Featured Post

TEMAN. MUNGKIN SIMPLE TAPI MAKNANYA MENDALAM. PERCAYALAH ITU.

Assalamu’alaikum wr wb Hi guys apa kabar semua? Gua harap kabar kalian akan baik-baik saja setelah kita seminggu lebih lamanya merasakan pe...

Friday, February 1, 2019

LAPORAN KARYA WISATA



KEINDAHAN KOTA JAKARTA
DAN BANDUNG
 Disusun oleh :
Dwiyanto (VIII D)
SMP NEGERI 1 PENGASIH
KULON PROGO


PENGANTAR dan PENDAHULUAN


Berwisata memang menyenangkan. Terlebih jika ditambah dengan pembelajaran, pasti akan membuat hati senang dan ilmu bertambah. Demikian juga kami, anak kelas VIII SMP N 1 Pengasih. Guna memberikan hiburan dan ilmu serta menambah kegiatan setelah menerima rapor, kami siswa VIII SMP N 1 Pengasih mengadakan sebuah kegiatan yang disebut “Karya Wisata”
Karya wisata tidak sekedar piknik atau mencari hiburan namun hiburan dan pandangan baru, tetapi juga bisa menambah ilmu dan menghasilkan sebuah karya. Karya itu adalah laporan perjalanan. Karya wisata juga akan lebih berkesan jika yang dipilih adalah obyek-obyek yang bagus, bernilai edukatif, populer, dan bermanfaat bagi semua orang. Karya wisata juga merupakan kegiatan yang unik karena kegiatan ini tidak seperti wisata pada umumnya. Dimana kegiatan ini tidak dilakukan secara perorangan maupun pribadi, tetapi lebih ditekankan pada sebuah kebersamaan. Karena karya wisata ini dilakukan secara terorganisasi baik oleh pihak sekolah, komite sekolah dan biro wisata.
Kebersamaan akan bermakna karena menyangkut canda tawa dan pengalaman yang tidak terlupakan. Entah pengalaman baik atau buruk. Semua akan diingat dan direkam di dalam memori kita masing-masing. Di mana canda tawa dan kebersamaan akan berperan aktif dan utama dalam perjalanan ini. Jadi, kebahagiaan akan merata tidak hanya dirasakan satu atau dua pihak saja.
SMP N 1 Pengasih mengadakan karya wisata untuk menambah wawasan anak-anak khususnya kelas VIII. Telah itu juga untuk menghibur anak-anak setelah belajar selama enam bulan. Kegiatan ini dapat terselenggarakan dengan kerjasama berbagai pihak. Perjalanan karya wisata kita, menuju Jakarta dan Bandung. Dua kota yang popular dengan pesona dan keindahannya. Selain itu, juga menyimpan tempat-tempat atau wahana edukatif yang banyak. Oleh karena itu, kami sangat menikmati perjalanan karya wisata ini.




KATA PENGANTAR


Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa akhirnya saya dapat menyelesaikan Laporan Perjalanan Karya Wisata yang berjudul “Keindahan Kota Jakarta dan Bandung” ini dengan tepat waktu.
Perjalanan Karya Wisata ini bertujuan untuk menambahkan kegiatan setelah selesai tahun ajaran 2011/2012 dan untuk menambah wawasan kita. Tujuan karya wisata kita adalah Jakarta-Bandung dan Bogor. Ketiga kota itu sangat mempesona. Di dalamnya menyimpan banyak keindahan dan daya tarik yang besar. Tak ketinggalan kota-kota itu juga menyimpan tempat yang bernilai edukatif. Sehingga, perjalanan ini juga telah banyak memberikan dan menambah wawasan kita.
Laporan perjalanan karya wisata ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari pihak lain. Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1)          Bapak Drs. H. Boko Suroso, M.Pd.I yang telah memberikan izin kepada kami untuk membuat karya tulis setelah mengadakan perjalanan karya wisata ini.
2)          Ibu Dra. Nurnaeni A.F yang telah membimbing kami dalam menyusun Laporan Perjalanan Karya Wisata ini.
3)          Pihak lainnya yang ikut andil dalam penyusuna laporan ini.

Saya menyadari Laporan Perjalanan ini masih ada kekurangannya, maka dari itu saran dan kritik saya harapkan dari pembaca laporan ini. Dan saya berharap semoga laporan perjalanan ini bermanfaat bagi pembacanya.

Pengasih, 10 Agustus 2012

Penyusun


Awal Perjalanan yang Melelahkan

Awal perjalanan karya wisata dimulai dari SMP N 1 Pengasih. Ketika semua siswa sudah berkumpul dengan barang-barang yang akan dibawanya, kami melakukan kegiatan ceking peserta. Setelah selesai ceking peserta, kami menuju busnya masing-masing. Tak lupa kami membawa barang-barang kami. Demikian juga aku, aku membawa tiga tas. Menurutku itu juga lumayan berat. Karena ada satu tas besar berisi pakaian dan seragam identitas, satu sedang berisi buku, kertas, dan alat tulis menulis, dan tak ketinggalan ada satu tas kecil berisi makanan keripik dan ketela rebus buatan ibuku.
Setelah semua siap, bus kamipun melaju. Bus meluncur dari sekolah pukul 07.15 dengan tujuan rumah makan padang “Mura Meriah” di Ciamis, Jawa Barat. Bus saya itu bus 3 dan berangkat dengan urutan kedua ssetelah bus 4. Bus kami berisi 42 siswa kelas VIII, terdiri atas VIII A, VIII C, dan VIII D. seorang kernet dan seorang sopir dari Biro, serta 5 orang guru dari SMP N 1 Pengasih, ada Pak Ngudi, Pak Hadi, Bu Tri, Bu Nur, dan Bu Apri. Bus kami menempuh rute perjalanan dengan jalur selatan. Dari SMP N 1 Pengasih, bus kami melewati kota Wates, Daerah Bendungan, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Ciamis di Jawa Barat.
Dalam perjalanan kami sangat asyik. Entah makan-makan bekal yang kami bawa, asyik mendengarkan musik dari HP pribadi maupun dari TV yang ada di dalam bus, dan juga sebagian dari kami ada yang asyik bertukar lagu, video, bluetooth karena kalau melalui mms itu berbayar. Aku kan lagi tidak ada pulsa. Aku juga menyaksikan pemandangan yang indah, entah pemandangan di desa maupun kota karena rute yang masih kasar tetapi jalannya tidak mengundang kemacetan lain di kota jalannya bagus tapi ada saatnya harus macet. Mengenai pemandangannya sendiri di desa masih asri sedangkan di kota sudah banyak gedung-gedung yang menjulang tinggi.
Saat pukul 10.00 WIB, bus kami sudah sampai Kabupaten Purworejo. Banyak dari kami yang sudah merasa lapar, lalu dibagikan snack. Kami makan snak dengan lahap. Saat pukul 11.00 WIB, bus sudah mencapai Kabupaten Banyumas. Afriansyah Purna Adirama W (VIII A) meminjam jadwal perjalanan karya wisata yang saya punya, lalu dia mengabarkan bahwa jam 12.00 WIB kami diharapkan sudah sampai di Rumah Makan Padang untuk makan siang. Kamipun senang karena tinggal satu jam lagi kami akan sampai dan makan siang. Tetapi harapan kami disusul rasa kecewa karena saat pukul 12.00 WIB, bus kami baru mencapai Kabupaten Cilacap.
Akhirnya penantian kami sampai juga. Pukul 15.10 kami telah sampai di rumah makan padang “Murah-Meriah” di Kabupaten Ciamis. Kamipun turun lalu menunaikan Sholat Luhur dan Asar dahulu di masjid yang ada di rumah makan itu. Beberapa dari kami ada yang kesulitan buang air kecil di masjid itu karena kamar mandinya hanya ada satu. Lebih parahnya saat masih kurang sepuluh orang yang berwudhu air dari kran habis sehingga, kami berwudhu harus cepat. Entah basah atau tidak. Setelah selesai sholat, kamipun makan siang di rumah Padang tersebut. Kami makan dengan lahap dan saling bertukar cerita dengan siswa dari bus lain. Obrolan kami banyak yang membicarakan siapa yang mabok perjalanan. Setelah selesai makan dan shalat, kamipun melanjutkan perjalanan ke Jakarta.

Perjalanan ke Jakarta

Kami berangkat dari rumah Makan Padang itu pukul 16.45. Kami berangkat melalui Ciamis lalu ke Kabupaten Bandung, Kabupaten Purwakerta, Kabupaten Karawang dan Jakarta Raya. Saat sampai di SPBU Kabupaten Purwakerta, banyak dari kami yang turun untuk buang air kecil, tidak terkecuali guru-guru kami. Tetapi ada juga yang membuang sampah. Setelah semua lengkap dan naik di bus, buspun melaju menuju Kabupaten Karawang. Di Kabupaten Karawang, kami menempuh jalur pedesaan. Tempatnya masih asri dan nyaman. Di kanan dan kiri jalan ada pepohonan yang masih rindang. Ada dari kami yang tertidur pulas mungkin karena lelah dan keenakan mendengarkan lagu-lagu yang diputar di TV bus kami. Pukul 18.00 WIB, bus kami sudah sampai di Jalan Raya Karawang. Menurut rencana bus kami mau ke Jakarta Raya melalui Kota Karawang, namun karena macet di jalan Raya Karawang, bus kami putar balik menuju SPBU Kota Karawang dan menuju Jakarta Raya melalui Bekasi. Saat mulai malam, aku mulai tidak memperhatikan lagi bus kami sampai mana karena sudah malam sehingga aku tidak bisa membaca petunjuk-petunjuk yang ada di jalan. Malam itu hanya aku isi dengan mendengarkan musik dari Hp-ku sendiri dan menikmati dinginnya malam itu. Pukul 21.10 WIB, mataku sudah tidak kuat lagi untuk menahan godaan kantuk, akupun tertidur pulas di kursi nomor 19.
Pukul 03.15 WIB, aku mulai bangun, ternyata bus kami sudah sampai di Graha Wisata Ragunan. Setelah saya bangun, kita semua lalu mengemasi barang-barang untuk dibawa ke Graha Wisata Ragunan untuk bermalam. Saat kita masuk, beberapa dari kami ada yang mampir menonton pertandingan pila Euro 2012 final antara Spanyol vs Italia. Kami sangat senang, kami tidak terlambat menonton pertandingan tersebut. Pendukung Spanyol merasa senang karena skornya sudah 2-0. Setelah puas menonton kami lalu naik mencari kamar. Kamar untuk siswa laki-laki ada di lantai 3.
Lalu aku mencari kamar. Akhirnya aku mendapat kamar dengan nomor 312. Aku sekamar dengan Rahmat Afian (VIII A). Agata Nanda Leonardi (VIII A), Dwi Octama (VIII A), Yoga (VIIIA), dan Wahyu Andrean (VIII D). Hal pertama yang aku lakukan setelah masuk kamar adalah meletakkan barang-barang bawaanku di tempat tidur pilihanku. Di setiap kamar ada 3 tempat tidur bertingkat satu. Aku memilih. Setelah itu aku sibuk mencari stop kontak untuk mengecash HP-ku. Karena baterainya sudah habis. Setelah aku mendapatkan tempatnya aku langsung turun untuk sholat maghrib dan Isya yang di Jama’ Qasar. Kami turun dan memuaskan hasrat untuk menonton Euro 2012 lagi, saat detik-detik akhir pertandingan skornya sudah 4-0 untuk Spanyol. Pendukung Spanyolpun bertambah gembira. Setelah pertandingan usai kami langsung menuju mushola yang ada di sebelah barat Graha Wisata Ragunan. Kami shalat pukul 03.30. Setelah selesai shalat kita semua makan malam di ruang makan sejak tadi sore. Setelah selesai makan, saya naik menuju lantai 3 lalu mencari kamar saya. Lalu saya menengok HP saya baterainya sudah penuh atau belum. Ternyata belum penuh tetapi sudah dapat dihidupkan. Kemudian saya santai sambil tidur-tiduran dan update status saya di Facebook. Ternyata dari kelas lain juga banyak yang online. Kamipun bertukar cerita melalui message di Facebook. Karena bosan, saya pun melihat-lihat suasana pagi di Jakarta melalui balkon di kamar saya. Pemandangannya bagus tetapi tidak seperti apa yang saya duga. Saya menduga bahwa Jakarta pasti banyak rumah susunnya sehingga padat. Tetapi yang terlihat hanya bangunan yang tidak terlalu tinggi tetapi masih sedikit rusak. Setelah bosan melihat pemandangan, aku lalu keluar kamar dan kemudian ada suara Pak Prapto yang menyuruh kita untuk shalat subuh ternyata sudah pukul 04.30 WIB. Akupun langsung meminjam sandalnya Agata Nanda Leonardi (VIII A) untuk alas kakiku karena kalau bawa sepatu terlalu lama memakai dan melepasnya kebetulan juga Nanda sedang mandi.
Aku lalu turun menuju mushola. Kamipun sholat subuh berjamaah. Setelah selesai sholat, kami menuju kamar masing-masing dan bersantai. Di kamar aku langsung mengambil peralatan mandiku. Aku lalu mandi kebetulan Nanda telah selesai mandi. Setelah selesai mandi, aku lalu berganti seragam identitas. Kami semua lalu mengemasi semua barang bawaan kami karena kami tahu setelah makan pagi kita akan langsung cek out. Pukul 07.00 WIB, waktunya kita makan pagi. Setelah selesai makan pagi, aku mengecek kamarku apakah ada barang yang tertinggal. Ternyata tidak. Aku pun langsung menuju bus 3. kami semua bersiap-siap untuk berangkat menuju Taman Mini Indonesia Indah.

Mengelilingi Kota Jakarta

Setelah semua siap, bus melaju. Kami berangkat pukul 07.55 WIB dari Graha Wisata Ragunan. Kami keluar dari Graha Wisata tersebut langsung melewati Gelora Ragunan, tempat untuk berolahraga warga Ragunan. Kata temen saya, kemarin saat kita tiba di Graha Wisata tersebut kita telah melewati Kebun Binatang Ragunan, tetapi karena mungkin saya sudah tertidur pada waktu itu, jadinya saya tidak tahu. Kita melaju ke utara melewati Gedung Kementrian Pertanian RI, Gedung Kaca, Universitas Tama Jagakarsa, Gedung Guru PGRI DKI Jakarta, dan RS Harapan Bunda. Di sepanjang jalan Mayor Jendral Sutoyo, banyak baleho calon Gubernur dan calon wakil Gubernur. Karena pada saat itu sedang musim pemilihan umum Gubernur di Jakarta. Lalu kita melewati jalan tol Dukuh I menuju ke utara dengan tujuan TMII.
Setelah kurang lebih 30 menit, kita sampai di TMII. Di area TMII ada wahanan dan fasilitas bondola. Sebenarnya saya ingin naik tetapi karena tidak diijinkan ya saya tidak naik. Kami pun mulai masuk area anjungan. Anjungan TMII itu sangat beragam. Sebenarnya TMII adalah miniatur dari wilayah Indonesia sendiri, begitu kata Ibu Apri. Baik dari segi budaya, bahwa bentuk geograpi, dan masih banyak corak lainnya. Di setiap anjungan itu terdapat bangunan rumah adat dan

1.      PP IPTEK TMII


PP IPTEK TMII adalah sebuah wahana sumber belajar non formal yang di bangun untuk melengkapi sarana pendidikan IPTEK. PP IPTEK di bangun oleh Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. PP IPTEK berada dalam komplek TMII. PP IPTEK dapat ditemukan setelah kita menyusuri Anjungan Propinsi. Obyek ini memiliki ciri khas yaitu bangunan yang digunakan untuk menunjukkan alat-alat peraga berbentuk melingkar karena itu saya dan teman saya Risa sempat bingung, kenapa kita kembali ke tempat semula. Banyak fasilitas disini, ada kantin, toilet, halaman parkir, audiotorium, perpustakaan, ruang seminar dan mushola. Di dalam PP IPTEK TMII terdapat kurangh lebih 300 alat peraga. Jika kita mau memperagakan alat peraga tersebut kita harus membaca petunjuk yang ada disamping alat peraga tersebut.



Macam-macam alat peraga tersebut antara lain :
a)      Animal Speak
Alat ini dapat menirukan berbagai suara binatang antara lain suara anjing, bebek, ayam, itik, dan kuda. Cara menggunakan alat ini, kita cukup menekan tombol yang ada, maka suara binatang akan keluar sesuai jenis binatang yang ditekan. Animal speak ini berguna memberi wawasan mengenai suara-suara binatang yang ada di sekitar kita. Pada alat praga ini juga ada keterangan suara binatang di atas dalam berbagai bahasa seperti Mandarin, Cina, Belanda, dan Jepang.

b)      Jam Pasir
Alat peraga ini menjelaskan mengenai alat yang digunakan orang zaman dahulu untuk mengetahui dan menentukan waktu yang disebut jam pasir. Jam pasir sendiri disini ada dua buah. Satu buah berwaktu 40 detik dan yang satu berwaktu 60 detik. Cara menggunakan alat ini kita cukup membalik ujung alat yang ada pasirnya lalu kita tunggu sampai habis pasirnya turun ke bawah.

c)      Jam Matahari
Jam matahari berfungsi untuk mengetahui waktu. Cara menggunakan alat ini kita pertama-tama harus menyalakan lampu dan kita tinggal menggeserkan lampu dan membaca angka yang di tunjuk bayangan lampu tadi oleh jarum penunjuk.

d)     Sudut dan Lingkaran
Alat peraga ini membuktikan hukum Matematika dan Fisika bahwa sudut lingkaran besarnya setengah kali dan besar sudut pusat yang menghadap busur lingkaran yang sama.

e)      Pantulan Suara
Alat peraga ini membuktikan bahwa suara dapat dipantulkan melalui dua buah para bola. Cara menggunakan alat peraga ini cukup mudah. Salah seorang siswa disalah satu parabola sedangkan siswa yang lain disalah satu parabola. Salah satu siswa berbisik di depan parabola, siswa yang lain sebagai indikator, apakah suara siswa tadi terdengar atau tidak.

f)       Benda Jatuh Antariksa
Alat ini bukan untuk diperagakan, namun hanya untuk dilihat. Benda ini adalah benda antariksa yang jatuh ke bumi. Benda ini sudah antariksa yang jatuh ke bumi. Benda ini sudah sedikit rusak dan berlubang mungkin karena gesekan dengan atmosfir bumi saat jatuh ke bumi. Benda antariksa ini ditemukan di daratan NTB.

g)      Bola Menggantung
Alat peraga ini membuktikan bahwa benda bulat akan diselubungi angin saat disembur angin. Cara menggunakan alat peraga ini kita cukup menyemburkan angin dari kran angin ke bagian tengah-tengah di antara dua buah bola yang menggantung, amati bola pasti malah semakin dekat bukan menjauh. Itu semua dapat terjadi karena angin yang kita semburkan ke celah dari dua buah bola tersebut mengelilingi dan menyelubungi bola bertemu lagi di tengah-tengah lagi sehingga dapat saling mendekat.

h)      Dunia Renik
Alat peraga ini berupa mikroskop elektron. Mikroskop elektron dapat digunakan untuk melihat benda-benda renik. Cara menggunakan alat peraga ini yang pertama kita harus menghidupkan tombol hijau yang ada disamping kanan mikroskop. Tombol hijau tersebut berguna untuk menyalakan lampu yang ada pada mikroskop. Setelah itu, kita hanya harus melihat mikroskop dang mengatur fokusnya saja.

i)        Sirkulasi Air
Alat peraga ini berupa alat penjelajah dengan teknologi komputer lengkap dengan mousenya. Saat kita mulai menggunakan alat ini ia akan memunculkan menu awal, sehingga kita hanya wajib mengikuti langkah-langkah selanjutnya. Alat ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran karena alat ini dapat menjelaskan mengenai sirkulasi air secara lengkap. Bahwa air yang ada dimuka bumi ini mengalami sirkulasi menerus sehingga airnya tidak akan pernah habis.

j)        Around The World
Alat peraga ini dapat digunakan untuk menjelajahi dunia. Dengan teknologi komputer yang canggih alat ini dapat menyajikan tempat-tempat di dunia yang bagus di kunjungi dan bernilai edukatif. Bahkan kita menyelusurinya bagai bermain game karena disertai misi. Perjalanan mengelilingi dunia jadi lelah asyik nih.

Saat saya sedang berkeliling di lantai dua, disitu ada sebuah demonstrasi. Demonstrasi ini akan menjelaskan bahwa suhu yang panas dengan tekanan udara yang rendah dapat memasukkan balon yang berukuran lebih besar dari mulut wadah benda. Ini dapat terjadi karena udara pada balon itu bersuhu rendah bertekanan tinggi. Menurut hukum tekanan bahwa angin bergerak dari yang bertekanan tinggi ke udara yang bertekanan rendah atau dari udara yang bersuhu dingin ke udara yang bersuhu panas. Sehingga balon tersebut dapat masuk ke dalam wadah. Caranya yang pertama kita harus memanaskan batang korek api yang telah terbakar ke dalam wadah supaya tekanan udaranya menjadi rendah. Setelah itu kita baru memasukkan balon ke dalam wadah, tetapi jangan kaget kalau ternyata balon mengecil.
Setelah kurang lebih satu jam kami mengadakan observasi di PP IPTEK. Kami harus segera keluar untuk menuju wahana berikutnya yaitu kawasan Taman Impian Jaya Ancol. Kami keluar melalui pintu exit di PP IPTEK. Saat saya keluar, wow banyak pedagang yang menjajakan dagangannya. Ada kaos, alat mainan, pernak-pernik, topi dan aksesoris. Sebenarnya, saya ingin sekali membeli kaos dan jam tangan, tetapi karena pada saat itu saya tidak membawa uang jadi saya tidak jadi membeli keduanya. Lantas saya kembali menuju bus. Kemudian saya duduk di kursi saya dan melihat-melihat catatan dan hasil potretan atau hasil foto- foto yang saya lakukan di PP IPTEK. Setelah selesai siswa, kemudian kita berangkat menuju Ancol.

Menyusuri Jakarta

Kami berangkat menuju Ancol pukul 10.25 WIB. Kami keluar dari kompleks TMII melewati Taman Budaya Tionghoa Indonesia, Stasiun Desa Wisata, Museum Transportasi, Wahana Dunia Air tawar, Taman Keong Mas, Museum Olahraga Nasional TMII, Museum Telekomunikasi, dan Graha Lukisan. Kami keluar dari TMII melalui kampung rambutan. Lalu kami melewati jalan tol Dukuh I dan keluar melalui jalan tol Cililitan 2. kata Bu Apri kita akan menuju Taman Impian Jaya Ancol melalui jalan dalam kota. Sehingga kita tidak akan melalui jalan tol dengan alasan supaya kita tahu wajah dan suasana kota Jakarta sesungguhnya. Kita juga melewati beberapa tempat dan gedung yang sangat pnting, antara lain :
a)      Gedung BPK DKI Jakarta
b)      Patung Pancoran
c)      Mabes TNI Pusjarah
d)     Direktorat Jendral Pajak
e)      Kementrian Keuangan
f)       Gedung Polda Metrojaya
g)      Gedung Bawaslu
h)      Hotel Indonesia
i)        Tugu Selamat Datang
j)        Supermarket Sarinah
k)      Pangkalan Utama TNI AL III
l)        Kementrian Perhubungan RI (Darat)
m)    Kementrian Perhubungan RI (Laut)
n)      Kementrian Perhubungan RI (Udara)
o)      Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
p)      Kementrian Koordinator Hukum dan HAM
q)      Kementrian Pertahanan RI
r)       Monumen Nasional (MONAS)
s)       Museum Gajah atau Museum Nasional
t)       Stasiun Gambir
u)      Radio Republik Indonesia
v)      Masjid Istiqhal

Saat melewati patung pancoran, kami sibuk memfotonya. Patungnya bagus. Demikian juga saat kita melewati Bundaran Hotel Indonesia dan Monumen Nasional. Bu Apri menjelaskan bahwa Bundaran Hotel Indonesia adalah tempat yang sering digunakan untuk berdemo mengeluarkan aspirasi masyarakat. Hotel Indonesia juga merupakan hotel pertama di Indonesia. Di depan Hotel Indonesia ada sebuah patung yang dinamakan patung selamat datang. Patung itu seakan memberi ucapan selamat datang kepada orang yang akan menuju Hotel Indonesia. Kami juga sempat melalui supermarket Sarinah. Supermarket Sarinah merupakan supermarket pertama di Indonesia. Bangunannya bagus dan megah. Kami juga melewati sebuah sungai yang membelah kota Jakarta. Sungai itu adalah Sungai Ciliwung. Sungai Ciliwung ternyata airnya sangat keruh, banyak sampah dan kumuh. Tidak heran jika saat musim hujan, kota Jakarta akan terendam banjir. Di dalam bus, kami malah asyik memberi komentar terhadap Sungai Ciliwung tadi. Asyiknya, saat kami melewati Gedung Kementrian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak kami malah asyik membicarakan Gayus Tambunan. Gayus Tambunan adalah seorang koruptor uang pajak. Tingkah lakunya sudah membuat geram masyarakat Indonesia. Tak salah jika kami malah mneghujatnya. Tetapi Bu Apri tetap berharap bahwa besok dikemudian hari ada salah satu dari kami bisa menjadi pegawai di Kementrian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak.
Melewati kota Jakarta tak lengkap kalau kita belum melihat maskot kota Jakarta. Ya, maskot kota Jakarta adalah Monas (Monumen Nasional). Kamipun menyempatkan untuk melihat dan memfotonya. Gedung megah dan mewah, karena dipuncak Monas ada emas asli. Tapi sayangnya kita tidak memasukkan Monas sebagai obyek wisata kami sehingga kami tidak mengunjunginya. Kami hany melewatinya saja. Hatiku sangat kecewa pada waktu itu. Kemudian kami melanjutkan perjalanan. Saat pukul 12.00 WIB, perut kami mulai bermain drum, kami sagant lapar. Akhirnya, Pak Hadi memutuskan sebelum kita masuk Taman Impian Jaya Ancol, kita berhenti dulu untuk makan siang. Kami makan siang di dalam bus. Kami makan nasi box. Saat makan, ternyata beberapa dari teman kami banyak yang mengomentari menu makan siang kami. Menunya adalah nasi putih, daging sapi dibuat rendang, sayuran buncis dibuat sayur oseng dan kerupuk. Ada yang berkomentar bahwa nasinya terlalu keras, sayur buncisnya belum matang dan daging sapinya terasa alot dan keras sekali. Sebenarnya aku juga sangat setuju dengan komentar-komentar mereka. Terlebih pada sayur buncis. Saya jadi tidak makan sayur buncis karena ada yang tidak matang. Jadinya, kalau saya makan nanti malah membuat saya alergi, mual dan tidak nyaman.
Setelah semua selesai makan kami mengumpulkan box nasi tadi ke sebuah tas plastik besar untuk dibuang. Saat Pak Ngudi mau membuang sampah tadi, tiba-tiba seorang nenek datang dari arah barat. Nenek itu rupanya seorang pemulung. Beliau mau mengambil sampah kami yang bisa didaur ulang. Beliau mengambil sendok plastik dan gelas aqua kami. Setelah aku perhatikan lebih lama, aku melihat nenek itu menyisihkan box nasi yang masih ada nasi dan lauknya walaupun itu bekas orang lain. Mungkin nasi tadi akan dimakan nenek itu. Aku sangat tersentuh melihatnya. Aku kasihan pada nenek itu. Saat aku berbicara mengenai perasaan itu, salah satu teman saya malah bercanda kepada saya. Dia berkata jika saya kasihan apakah saya mau memberikan Handphone saya kepada nenek itu. Saya jawab bukan begitu maksud saya. Setelah kita semua selsesai makan, sekitar pukul 12.25 WIB kita kembali melanjutkan perjalanan. Saya sangat menikmati perjalanan itu. Saya tidak menyempatkan tidur karena saya masih ingat betul pesan Pak Hadi. Bahwa kita dilarang tidur agar dapat menjelaskan secara penuh wajah kota Jakarta. Disepanjang jalan yang kita lewati saya sangat kagum terhadap halte. Karena halte itu mempunyai nama-nama yang unik dan penting. Seperti halte Kebon Jeruk, halte Tanah Abang, halte Catedral, halte Istiqlal dan masih banyak lagi. Yang lebih membuat saya kagum adalah letak haltenya itu berderet dengan jarak kurang lebih 100 sampai 150 meter. Jadi, penumpang bus dapat memilih halte yang dekat maupun halte kesukaannya. Lain halnya di Sentolo, di Sentolo belum ada halte. Jadi, penupang bebas memberhentikan busnya di sembarang tempat. Sehingga dapat menimbulkan kesemrawutan. Tetapi jika di Jakarta ada halte sehingga penumpang dapat lebih teratur. Setelah kurang lebih 2 jam 50 menit kita berjalan mengelilingi kota Jakarta, akhirnya kita sampai di Taman Impina Jaya Ancol pukul 13.15 WIB.

2.      Taman Impian Jaya Ancol



 
Bus pun melaju masuk ke arela Taman Impian Jaya Ancol lalu mencari tempat parkir. Setelah bus berhenti, kita segera turun dari bus. Ketika saya turun, Bu Nuraeni sempat menyuruh kita cepat-cepat untuk segera mengikuti Pak Prapto. Karena supaya kita tidak terlambat mendapatkan cap tanda masuk dan tiket yang telah dipesan Pak Prapto. Saya dan rombongan bus 3 lalu mengejar dan mengikuti Pak Prapto. Akhirnya saya berada diurutan terdepan dalam mengikuti Pak Prapto. Saya berjalan di pinggir trotoar disamping sebuah parit. Ternyata parit itu air kotor, warna airnya tidak jernih melainkan warna hijau kebiru-biruan. Bau parit itupun tidak sedap. Sebenarnya saya tidak tahan terhadap bau itu, tetapi saya tetap berjalan di samping sungai dengan menahan bau itu. Kamipun terus mengikuti Pak Prapto. Kemudian kami telah sampi ditempat penunjukkan tiket untuk masuk. Kemudian kami diharuskan untuk berbaris. Setelah kami berbaris, Pak Prapto, Bu Mulyani dan Pak Ngudi langsung membagikan tiket masuk kepada kami. Setelah kami mendapatkan tiket kamipun masuk. Kami masuk melalui jalur rombongan. Kami diharuskan menunjukkan tiket itu kepada petugas. Lalu petugas akan mengambil dan menyobek tiket itu pada sisi kanan kemudian  petugas itu akan mengembalikkan tiket itu kepada kami. Setelah tiket kami dosobek, tangan kami harus dicap. Pengecapan dilakukan oleh petugas. Setelah masuk kami langsung mengikuti Pak Prapto. Aku berjalan terus, tetapi disitu aku sangat nyaman. Perasaanku bangga dan senang karena itu adalah pertama kalinya aku masuk Gelanggang Samudra. Ternyata aku bertemu teman sekelasku. Selvi Catur NS (VIII D). Aku dan diapun saling berbagi cerita mengenai PP IPTEK TMII. Menurutnya PP IPTEK TMII itu bagus, menarik dan inovatif. Tetapi menurutku PP IPTEK TMII itu sangat bagus, edukatif dan bermanfaat. Tetapi kemudian aku terkejut karena ada suara tembakan yang sangat keras. Kupikir suara tembakan itu berasal dari salah satu wahana atraksi yang ada di Ancol. Suara tembakan itu tidak hanya sekali saja tetapi berulang kali. Kemudian kami semua sempat bingung mengenai wahana mana yang akan kami masuki. Itu terjadi karena kami semua mendahului Pak Prapto. Sehingga kami jadi salah pilih wahana. Seharusnya kami menuju utara tetapi kami malah menuju selatan, lalu Pak Prapto datang dan menyuruh kami berbalik arah. Tujuan kami adalah menonton atraksi singa laut di Ocean Dream Samudra Gelanggang Samudra Taman Impian Jaya Ancol. Waktu yang dibutuhkan dari pintu masuk menuju Ocean Dream Samudra relatif cepat yaitu kurang lebih 8 menit. Kemudian kami berjalan ke sana. Kamipun masuk dan mencari tempat duduk untuk menonton atraksi. Sebelum atraksi dimulai, kami rombongan dari SMP N 1 PENGASIH sempat ditanya oleh seorang narator asli dari mana kami berasal. Lantas Pak Prapto menjawab kami dari Malioboro. Saat itu juga aku tersenyum karena kenyataannya itu jauh sekali. Aku duduk di sebelah timur panggung atraksi.
Kemudian seorang narator membuka pertunjukan hewannya. Atraksi pertama yaitu atraksi tiga burung yang pintar dengan tiga pelatih laki-laki yang masih muda. Kemudian mereka memperkenalkan diri. Burung yang pertama bernama Soimah, burung ini berasal dari Brazil. Burung itu berjenis kelamin jantan dan itu merupakan burung macho dengan pelatih Kak Deri. Burung kedua termasuk burung kakak tua berasal dari Indonesia dengan nama Siti Jamilah. Burung itu dilatih oleh Kak Feri. Burung ketiga bernama Maisaroh dengan pelatih Kak Deni. Atraksi yang dilakukan pelatih Siti Jamilah adalah membalik papan-papan huruf yang membentuk kata “G-E-L-A-N-G-G-A-N-G”. Tetapi saat baru sampai kata “G-E-L-A” Siti Jamilah berhenti membalik papan huruf itu, sehingga harus digantikan oleh Soimah. Kemudian Soimah meneruskan atraksi Siti Jamilah. Dan Soimah berhasil menyusun papan-papan nama itu menjadi kata “GELANGGANG” dan sorak-sorak serta tepukan tangan penonton riuh bergema. Setelah Soimah selesai membalik papan-papan huruf tadi kemudian ia kembali beraksi dengan menaiki sepeda. Soimah berhasil menaiki sepeda dengan lancar dan sukses. Atraksi dari Soimah pun selesai dilanjutkan atraksi dari Maisaroh yang akan menunjukkan bahwa burung tidak buta warna. Pelatih menamakan atraksi Maisaroh dengan nama “Tes Warna Burung”. Tersedia tiga lingkaran dengan warna merah, kuning, dan hijau serta tiga buah tiang pendek dengan warna merah, kuning, dan hijau pula. Aturannya Maisaroh harus memasukkan tiga lingkaran warna itu ke ketiga tiang pendek itu dengan warna yang sama. Atraksi pertama Maisaroh yaitu memasukkan lingkaran dengan warna merah ke dalam tiang yang berwarna merah juga. Demikian juga dengan warna hijau. Atraksi Maisraoh berhasil dan kemudian disambut tepuk tangan penonton. Saat atraksi yang ketiga yaitu memasukkan warna kuning tersebut, ternyata Maisaroh salah. Maisaroh malah memasukkan lingkaran wana kuning tersebut ke dalam tiang yang berwarna merah. Demikian juga diulangi sampi tiga kali. Setelah ketiga kalinya narator bertanya kepada penonton siapa yang bodoh, burung atau pelatihnya. Serentak penonton menjawab pelatihnya. Setelah itu pelatihpun meminta kesempatan satu kali lagi untuk Maisaroh beraksi.
Penonton pun langusung mengijinkan. Kembali Maisaroh berbuat kesalahan. Ketika itu Maisaroh malah memasukkan lingkaran dengan warna kuning ke tiang yang berwarna hijau. Serentak penontonpun malah heran. Setelah itu, Maisaroh melanjutkan atraksi. Kali ini dia berhasil memasukkan lingkaran dengan warna kuning ke dalam tiang yang berwarna kuning. Kembali suara penonton memenuhi areal Ocean Dream Samudra Gelanggang Samudra. Atraksi ketiga burung cantik tadipun ditutup dengan penghormatan oleh ketiga burung itu dan pelatihnya kepada penonton kemudian ketiga burung itu keluar panggung. Setelah itu muncul burung kakak tua dengan pelatihnya Kak Dery. Lantas burung kakak tua itu memperkenalkan diri kak Dery lalu bertanya kepada burung kakak tua tadi, siapa namamu. Burung kakak tua tadi menjawab bahwa namanya itu “Jacob Jelek”. Jacob Jelek menurut pelatihnya berasal dari Tanah Papua, Indonesia kalu begitu aku langsung bangga dan berpikir sejenak bahwa ternyata burung juga jauh-jauh hijrah ke Jakarta. Pikiranku yang sejenak tadi terpotong oleh atraksi Jacob Jelek yang berhasil membawa sepucuk surat dari tangan pelatih dan memasukkannya ke dalam kotak surat. Ternyata burung juga bisa berkomunikasi dengan cara lewat surat. Setelah itu pelatih mencoba untuk mengirimkan uang. Pertama pelatih mengeluarkan uang sebesar Rp. 1.000,00 dan kemudian pelatih memanggil Jacob, namun Jacob tetap bertengger di atas keotak surat. Jacob tidak mau mengambil uang ditangan pelatih. Kemudian pelatih merogoh koceknya lagi. Ia mengganti uang Rp. 1.000,00 dengan Rp. 5.000,00. Namun Jacob pun tetap tidak mau menghampiri pelatih. Pelatihpun kembali mengganti uang Rp. 5.000,00 dengan Rp. 10.000,00. Namun Jacob pun malah tetap asyik bertengger di atas kotak surat sambil sekali-kali mematuk makanan yang ada di atas kotak surat. Suasanapun ramai kembali saat pelatih mau meminjam uang penonton untuk atraksi agar Jacob mau mengirim uang. Banyak penonton yang mau meminjmakan uangnya untuk atraksi si Jacob. Ada yang mau meminjamkan Rp. 5.000,00, Rp. 10.000,00 dan Rp. 15.000.000,00. Dan ada juga anak kecil yang mau meminjamkan uangnya sebesar Rp. 20.000,00 untuk atraksi si Jacob. Pelatihpun menghampirinya. Orang tua anak itupun ikhlas meminjamkan uangnya, namun saat pelatih meminta uangnya anak kecil itu seperti mau menangis tidak ikhlas. Akhirnya anak kacil itu mau melepas uangnya.
Saat uangnya ditaruh ditangan pelatih, Jacob pun sempat mau terbang menghinggapi tangan pelatih. Namun karena pelatih belum siap Jacob lalu kembali terbang putar arah kembali ke atas kotak surat. Kemudian pelatih bersiap dan memanggil kembali si Jacob dan akhirnya Jacob mau mengirimkan uang sebesar Rp. 20.000,00 itu ke atas kotak surat. Namun saat pelatih meminta uangnya dari pruh Jacob, Jacob malah menjatuhkan uangnya. Seketika itu pelatih mengatai Jacob dengan kata-kata kotor dan kasar. Aku tidak setuju dan tidak senang dengan perlakuan pelatih itu terhadap burung kakak tua. Karena burung kan juga makhluk hidup yang telah Tuhan ciptakan buat kita. Setelah Jacob selesai beraksi, Jacob pun ditemani oleh pelatihnya segera keluar dan meninggalkan stage untuk atraksi.
Atraksi selanjutnya adalah singa laut. Singa laut keluar ditemani pelatihnya masing-masing. Singa laut yang keluar berjumlah dua ekor. Yang jantan bernama Renaldi sedangkan yang betina bernama Cindy Claudia. Sebelum beraksi mereka berdua memberi salam dan penghormatan sebagai tanda perkenalan kepada semua penonton. Atraksinya pun segera dimulai. Atraksinya dibuka oleh aksi Cindy berhasil menangkap holahop yang dilemparkan oleh pelatih. Pelatih tidak hanya melemparkan holahop sekali saja namun berkali-kali dan ternyata Cindy berhasil menangkap dengan kepalanya. Kemudian perlatihnya juga melemparkan sebuah bola ke muka singa laut. Dan Cindy pun berhasil menangkapnya menggunakan rahang atas dan mulutnya. Seketika penonton bersorak-sorak senang. Setelah selesai beraksi Cindy pun kembali naik stage. Akupun terus memperhatikannya walaupun Cindy sedang tidak beraksi. Saat itu setelah Cindy berhasil beratraksi dengan baik pelatih akan memberikannya makanan.
Kupikir makanan itu berupa ikan yang telah dipotong-potong. Ternyata itu senjatanya agar singa laut dapat beraksi dengan baik. Atraksinya pun dilanjutkan oleh aksi si Renaldi dengan bergaya layaknya model dan artis terkenal. Ia juga bisa meliak-liukkan tubuhnya tanpa terjatuh. Ternyata gaya dan aksi Renaldi membuat para penonton tertawa terbahak-bahak. Memang saya akui gaya si Renaldi memang sangat lucu. Saya sendiri masih teringat-ingat dan merasa itu sangat menghibur. Aksi mereka berdua pun disambut tepuk tangan para penonton dengan meriah. Saat para penonton bertepuk tangan. Kedua singa laut itupun lalu mengangkat badannya untuk ikut bertepuk tangan menggunakan kedua sirip bagian depan. Keduanya membuat suasana pertunjukkan di Ocean Dream Samudra semakin ramai dan meriah. Atraksi pun dilanjutkan, kini giliran Cindy untuk mempertunjukkan kebolehannya. Dia mampu berenang dengan cepat dan dengan lincahnya berbelok arah. Dia juga mampu melompat dengan baik. Saat pelatih merentangkan tangan dan memanggil Cindy, dengan cepatnya Cindy melompati tangan pelatih itu. Setelah itu, Cindy kemudian berbalik arah dan kembali berenang mengelilingi stage pertunjukkan. Setelah Cindy selesai berenang, diapun kemudian mengangkat tubuhnya menuju daratan. Sampai di daratan, Cindy dan pelatihnya membuat sebuah atraksi yang sangat saya sukai. Mereka melakukan sebuah adegan yang romantis.
Diiringi oleh musik yang romantis dan suara naraotr yang mesra kedua saling berpelukan. Mereka melakukannya seperti seorang kekasih yang sedang jatuh cinta. Musik sangat mendukung adegan mereka. Saat itu juga dimainkan musik dengan lagu dari artis terkenal Anang dan Ashanty dengan lagunya yang berjudul “Jodohku”. So sweet khan??? Adegan mereka sangat menyihir para penonton terlebih bagi mereka yang sedang kasmaran. Tak hanya itu, Cindy dan pelatihnya juga sempat berciuman. Saat itu juga penonton langsung tertawa dan berteriak. Aku pun menyaksikan keduanya beradegan. Bagiku adegan mereka sangat lucu dan unik. Setelah adegan mereka selesai, Renaldi pun tidak mau kalah. Dia mau menunjukkan kebolehannya.
Pelatihnya menjelaskan bahwa Renaldi mau berjoget layaknya penyenyi terkenal, Trio Macan. Dengan lagunya yang fenomenal, Iwak Peyek, Renaldi bergoyang dan berjoget seperti Trio Macan. Renaldi berjoget dengan memutar-mutar kepalanya seperti Trio Macan yang sedang konser. Setelah Renaldi selesai konser seperti Trio Macan, penonton sangat antusias untuk bertepuk tangan. Saya dibuat terkejut dan heran serta penasaran terhadap si Renaldi bisa berjoget layaknya Trio Macan. Saya jadi berpikir bagaimana cara pelatihnya melatih dan mengajari si singa laut yang pintar itu pasti membutuhkan waktu yang lama dan kesabaran dari pelatihnya. Setelah selesai beratraksi, keduanya memberikan salam dan penghormatan yang terakhir. Kemudian keduanya keluar stage. Setelah itu narator pun membubarkan pertunjukkan. Kemudian kami keluar dari Ocena Dream Samudra. Saat keluar ternyata saya berdesak-desakan dengan pengunjung lainnya. Saya sempat berkata kepada Alifah (VIII A) bahwa ibu-ibu juga tidak mau kalah ingin keluar dengan cepat. Alifah (VIII A) pun menyetujui dengan senyum dan berkata “Ya”. Saya pun terus berjalan dan akhirnya saya dapat keluar dari desakkan ibu-ibu. Saya lalu berlari mangikuti Pak Prapto yang sedang berjalan menuju areal stage Dolphin Show. Saya pun terus berlari mengejar Pak Prapto yang telah meninggalkan saya sejauh 10 meter. Dan akhirnya saya dapat mengejar Pak Prapto hingga saya tepat berada di belakang Pak Prapto.
Tak begitu lama dari Ocean Dream Samudra kitapun sudah sampai di depan gedung areal Dolphin Show. Waktu yang dibutuhkan untuk beranjak dari tempat singa laut show ke Dolphin Show kurang lebih 6 menit. Jaraknya sendiri kurang lebih 35 meter. Saat berada di depan areal Dolphin Show, saya sempat terkagum-kagum dengan bangunannya. Bangunannya begitu unik yaitu dibentuk lingkaran yang luas, saya dan rombongan lalu masuk, karena saya yang terdepan, saya buru-buru mencari tempat duduk. Akhirnya saya mendapatkan tempat duduk yang berada diurutan paling depan. Setelah sudut demi sudut ruang pertunjukan atraksi lumba-lumba penuh, atraksi lumba-lumba segera dimulai. Pertama-tama, muncul dua orang pelatih lumba. Mereka adalah Kak Sony dan Kak Nano. Kemudian mereka memanggil dua ekor lumba-lumba. Mereka diberi nama Marcos dan Marcell. Aksi keduanyapun  sudah ditunggu-tunggu penonton yang ada. Saat mengawali atraksi Marcos dan Marcell berenang mengelilingi kolam sambil memberi salam perkenalan. Belum apa-apa keduanya sudah menghibur sekali dan merasa sudah memukai penonton. Tepuk tangan kemudian diraih keduanya. Atraksi selanjutnya adalah menyundul bola. Bola yang disundul keduanya sengaja telah digantung di tengah-tengah kolam agar memudahkan lumba-lumba untuk menyundulnya. Setelah bola selesai disundul tepukan tangan meriah penonton terdengar.
Aksi Marcos dan Marcell dilanjutkan. Aksi berikutnya adalah menerobos lingkaran saat lingkaran sudah digantung dan turunkan di tengah kolam, keduanya lalu bersiap. Mereka menunggu aba-aba dari pelatihnya. Saat pelatih meniup peluit. Mereka segera beraksi dan melompat menerobos lingkaran yang menggantungi. Namun saat atraksi yang berhasil melompat menerobos lingkaran hanya Marcos. Sedangkan Marcell hanya berenang mengintari kolam. Narator lalu memutuskan untuk mengulangi aksi keduanya. Tetapi Marcell masih tidak mau melompat. Setelah seorang narator bertanya kepada pelatih lumba-lumba, ternyata si Marcell mengalami cidera punggung sehingga Marcel tidak bisa melompat. Sebenarnya para penonton sedikit kecewa itu tergambar jelas di ekspresi penonton. Tak terkecuali saya, saya pun lama-lama bisa menerima itu. Akhirnya, saya dapat memahaminya. Tak lama kemudian aksi si Marcos dan Marcell yang bermain holahop kembali menghibur penonton. Mereka bermain holahop sambil berenang mengelilingi kolam. Mereka berenang dengan lincah. Saya pun sempat mengambil gambar, namun setiap saya mengambil gambar, hasilnya selalu tidak mmuaskan saya. Hasil gambarannya tidak sesuai dengan harapan saya.
Ruangannya sedikit gelap sehingga membuat hasil fotonya menjadi sedikit gelap. Namun saya terus berusaha untuk mencari posisi yang bagus untuk mengambil foto. Saya bisa mengambil foto yang bagus hanya saat lumba-lumba berenang. Aksi merekapun ditutup dengan aksi lumba-lumba yang memukau para penonton. Marcos dan Marcell berenang dengan cara unik. Mereka berenang hanya menggunakan ekornya saja. Itu sangat bagus sekali, mereka berenang mengelilingi kolam dengan penuh semangat. Itu tergambar jelas dari ekspresi lumba-lumba dalam berenang menggunakan ekornya. Jadi posisi lumba-lumba saat berenang ini berdiri. Itu menandakan kekuatan ekornya. Narator juga sempat menjelaskan bahwa dalam dunia lumba-lumba yang asli di samudra sana, ekornya berperan sangat penting. Ekornya dapat digunakan untuk melawan musuh ikan lumba-lumba di samudra adalah ikan hiu, ikan paus, dan ikan pari yang beracun. Atraksi lumba-lumba ini juga menandakan bahwa acara pertunjukan di Areal Dolphin Show telah berakhir. Atraksi ini juga dijadikan salam dan penghormatan terakhir dari lumba-lumba kepada penonton.
Saat tahu bahwa pertunjukan ikan lumba-lumba telah berakhir, kamipun segera membubarkan diri dari tempat duduk yang telah kami duduki. Walaupun pertunjukkan sudah selesai, ikan lumba-lumba masih setia beraksi dengan bernang di sekeliling kolam dan melompat di sana-sini. Kejadian yang membuat aku tersenyum pun terjadi. Saat keluar dari area pertunjukkan, Bu… berada di depan area pintu keluar. Karena masih berdesak-desakan Bu… berada pada urutan paling belakang dari pintu keluar. Tepatnya berada di pinggir kolam pertunjukkan tempat ikan lumba-lumba berenang saat ikan lumba-lumba berenang mendekati Bu Tin. Ikan lumba-lumba itu langsung melompat. Secara otomatis, air yang keluar dari kolam mucrat membasahi pakaian dan wajah Bu Tin, saat melihat peristiwa itu, aku sedikit tertawa geli. Saya lihat Bu Tin langsung meludah mungkin karena beliau jijik terhadap air itu. Kamipun terus berusaha keluar suasana yang sesak dan berdesak-desakan tidak dapat dihindarkan. Semua orang ingin cepat keluar dan mendapatkan tempat yang bagus dan nyaman di areal pertunjukan selanjutnya. Setelah berhasil keluar dari areal Dolphin Show saya lalu mengikuti teman-teman yang telah berada di depan saya. Saat saya melewati sebuah bangunan saya merasa heran dan kagum. Bangunan sangat indah dan bagus. Coraknya digambari raja-raja Mesir Kuno. Bangunan itu dibuat dari semen dan pasir. Satu lagi yang unik bangunan itu tinggi menjulang hampir mencapai 5 meter. Sayapun membayangkan bagaimana seandainya bangunan itu jatuh dan roboh pasti akan ada nyawa melayang dengan seketika dan pasti akan ada kerugian yang besar. Saya kira bangunan itu adalah sebuah museum yang ada di areal Taman Impian Jaya Ancol. Ternyata, saya salah bangunan itu adalah bangunan untuk pertunjukkan dibawah air. Namanya adalah Under Water Show.   Under Water Show adalah tempat tujuan kami untuk menyaksikan pertunjukan selanjutnya. Baik pertunjukan yang dimainkan manusia maupun hewan-hewan laut. Kami pun segera bergegas masuk. Di depan gerbang pintu masuk areal Under Water Show sudah ada sinar lesser. Dalam pikiranku yang muncul adalah pasti di dalam nanti ada permainan sinar lesser. Saat masuk areal ini kami tidak terlalu berdesakkan karena pintu masuknya dibuat lebar dan cukup tinggi. Setelah masuk, akupun sedikit terkejut karena letak bangku penonton yang dibuat bertingkat. Walaupun demikian, aku tetap berusaha menyelesaikan pertunjukan itu. Akupun segera mencari tempat duduk karena aku dan temanku tidak mendapat kursi untuk duduk, kamipun segera duduk pada tangga para penonton untuk naik walaupun demikian saat Pak Prapto masuk, kami malah dibiarkan saja kami tidak dimarahi. Kupikir kalau kita duduk di tangga, kami akan dimarahi dan disuruh pindah tempat. Ternyata tidak, Alhamdulillah. Setelah semua bangku penonton telah terisi, pertunjukan akan segera dimulai. Pertama, semua lampu yang masih menyala di dalam areal pertunjukan Under Wates Show dimatikan. Suasana pun gelap. Namun tak lama kemudian lampu-lampu lesser dihidupkan. Warna warnya bagus ada hijau, merah dan kuning. Lampu lesser itu menyorot dan menyamari semua penonton. Tak ketinggalan lampu untuk menyoroti narator pun dihidupkan. Tak ketinggalan proyektor yang menampilkan gambar lawan dan hewan yang ada didalamnya juga dihidupkan. Saat narator beraksi. Naratornya adalah seorang laki-laki. Diawal cerita dia menjelaskan bahwa cerita yang akan dibawakan itu sudah sangat terkenal dan fenomenal. Ceritanya adalah Ariel Si Putri Duyung. Dia juga menanyakan kepada penonton apakah putri duyung itu ada. Dan dia juga akan membuktikan bahwa putri duyung itu ada. Narator lalu berjalan menuju pinggir panggung pertunjukan. Seketika lampu yang menyorotinyapun padam. Dan kemudian sudah ada sekelompok bajak laut yang akan tampil. Kupikir bajak laut tadi akan berperang. Ternyata dugaan saya salah. Bajak laut tadi malah menari bersama dengan koreografi yang bagus dan unik serta diiringi dengan musik yang menarik dan menghibur. Dengan salah seorang dari kelompok bajak laut tadi menyanyi, merekapun menari dan santai dan kompak. Aku tidak tahu apakah yang menyanyi itu suara asli atau hanya liftsing. Tapi sayangnya nyanyiannya dalam bentuk bahasa Inggris. Jadi, saya sulit untuk menangkap maksud dan nyanyian tersebut. Merekapun terus menari dengan santai sampai pertunjukan untuk kelompok bajak laut tadi selesai. Setelah itu, muncul dua orang perempuan yang memainkan peran sebagai Ariel dan seorang temannya. Mereka memainkan drama dengan sempurna diiringi musik yang sesuai dengan bermain peran sebagai temannya Ariel kemuian bernyanyi. Nyanyiannya lagi-lagi dalam bahasa Inggris, saat dia bernyanyi kemudia dari tabung kaya yang ada dibawah layar muncul dua ekor lumba-lumba yang berenang dengan atraksi-atraksi yang unik. Setelah selesai beratraksi, kedua lumba-lumba itu keluar melalui lubang yang disediakan. Aksi kedua lumba-lumba tadi sangat menghibur bagiku. Kemudian disusul orang yang berperan sebagai ayahnya Ariel. Dia juga berperan sebagai raja lautan. Ia merajai ikan, udang, dan makhluk hidup yang hidup di lautan lainnya. Raja lautan datang bersama patih kepercayaannya. Patih itu adalah hewan kepiting. Patih itu lalu bernyanyi. Dia bernyanyi dengan merdunya saat patih itu menyanyi, semua orang berperan dalam drama atau cerita itu keluar. Mereka ada yang berperan sebagai lumba-lumba, udang, ubur-ubur dan makhluk laut lainnya. Tak ketinggalan bagi mereka yang tadi sudah tampil pun keluar lagi. Kemudian mereka membentuk koreografi yang unik dan kompak. Lalu mereka menari dipimpin oleh patih kepiting tadi.
Semua pengunjung merasa terhibur melihat pertunjukkan di Under Water Show. Terlebih bagi para putri duyung muncul dan berenang di dalam tabung kaca. Sebenarnya mereka bukan putri duyung yang sesungguhnya. Mereka hanya memakai kostum putri duyung. Kostum itu terdiri dari pakaian seperti putri duyung yang mempunyai ekor mirip ekor ikan dan sebuah kaca mata renang. Mereka terdiri atas empat orang. Ada yang ekornya berwarna merah, pink, kuning, dan hijau. Mereka berenang bak putri duyung, kemudian muncul juga dua ekor lumba-lumba tadi, yang muncul dari sebelah dalam lubang pada tabung kaca. Yang saya pikirkan adalah perasaan para pemain yang berperan sebagai putri duyung. Apakah mereka tidak takut berenang bersama lumba-lumba. Ternyata mereka merasa enjoy saja, berenang bersama kedua lumba-lumba itu. Rupanya kedua ekor lumba-lumba itu sudah jinak. Tak ketinggalan juga muncul dua orang penyelam lengkap dengan peralatan selam dengan dibarengi dua ekor lumba-lumba, saat mereka muncul, mereka memegangi moncong lumba-lumba itu. Benar dugaan saya, lumba-lumba itu tidak marah. Malah lumba-lumba itu sangat enjoy berenang dengan mereka. Mereka muncul dari bawah tabung kaca pertunjukan. Pertunjukan didalam tabung kaca semakin ramai. Demikian juga pertunjukan diluar tabung kaca. Pertunjukanpun ditutup dengan penghormatan dari para pemain drama itu baik yang ada didalam maupun diluar tabung. Semua memberi penghormatan.
Menurutku, penghormatanya yang unik adalah penghormatan dari empat orang yang berperan sebagai putri duyung tadi. Mereka berenang sambil berdiri tetapi tetap di dalam tabung kaca. Lalu mereka memberi penghormatan kepada penonton seperti orang yang sedang mengucapkan salam saat akan datang bulan puasa. Mereka memberi salam bak orang yang sedang iklan di televisi mengenai bulan Ramadhan. Hal itu membuat aku ingat bahwa sebentar lagi kita akan menghadapi bulan Ramadhan. Setelah pertunjukan selesai, lampu yang telah dipadamkan pada awal pertunjukan pun kembali dihidupkan, lampu lesser, proyektor, dan lampu sorot pun dipadamkan. Kemudian penonton berdiri dan bersiap-siap menuruni balkon tempat mereka duduk. Mereka segera membubarkan diri, saya dan teman saya segera menuruni balkon. Saya berada diurutan depan. Aya segera mengikuti teman yang ada didepan saya. Saya terus berlari dan berebutan. Kami memperebutkan jalan untuk masuk. Ternyata kami akan menuju wahana 4D. Dalam bayangan saya, kita pasti disuruh untuk memakai kaca mata 4D dan pasti menonton film-film yang horor. Film itu mungkin mengenai kuntil anak, pocong, dan genderuwo. Saya pun terus berlari menyusuri pintu masuk menuju tempat wahana 4D. Ternyata jalan masuk menuju tempat wahana 4D sangat panjang dan berkelok-kelok serta gelap. Jalannya pun bertingkat sehingga jika saya terus berlari itu cukup menguras tenaga saya. Tapi tidak lama lalu saya menemukan dua orang petugas yang memberikan saya kacamata 4D. kemudian saya sampai dan langsung memasuki areal wahana 4D. lalu saya segera memilih tempat duduk. Karena tempat duduk yang ada pada urutan paling depan berada di balkon paling bawah, saya pun segera berlari menuruni balkon dengan tergesa-gesa. Saat sudah berada di balkon urutan terdepan, saya segera mencari tempat yang paling tengah dan dekat dengan tangga. Sayapun segera duduk sambil memegangi kertas yang saya bawa untuk mencatat mengenai obyek wisata. Setelah itu saya pun menunggu. Sambil menunggu, saya melihat-lihat keadaan tempat wahana 4D seperti ada gambar pohon. Saat saya melihat-lihat sekitar, secara tiba-tiba teman saya, Selvi Catur Nilam S (VIII D) mendatangi saya dan duduk disebelah kanan saya. Ternyata Selvi, panggilan akrabnya datang tidak sendiri. Ia datang bersama Rosita Nur Aida (VIII D). Dia juga teman sekelas saya. Kemudian Rosita menggeser Selvi sehingga duduk disebelah kanan saya adalah Rosita. Katanya Rosita, dia ingin duduk disamping saya. Entah alasannya apa, saya tidak tahu. Saya pun merasa tidak terganggu.
Saat kita bertiga membicarakan ruangan ini, tiba-tiba Selvi mengatakan bahwa gambar pohon yang ada diatas kepala kami terlihat nyata. Saya pun segera menyetujui pengucapannya itu. Memang benar nampaknya gambar pohon itu seperti aslinya. Obrolan saya dan Selvi serta Rosita pun berlanjut. Saya juga bertanya apakah ibunya Selvi yang kemarin bertemu dengan ibuku pada saat mengambil rapor. Ternyata memang benar bahwa seorang ibu yang bertemu ibuku adalah ibunya Selvi. Obrolan kami terhenti karena tiba-tiba suara musik dan lagu-lagu yang sejak tadi dimainkan dimatikan. Lalu disusul suara seorang perempuan yang menjelaskan mengenai ruangan dan tempat duduk di wahana 4D. Dia berkata bahwa kamu semua harus duduk di atas kursi. Kami tidak boleh duduk ditangga maupun didepan pintu masuk. Kami juga disarankan untuk meletakkan barang apapun di kolong kursi maupun didepan kursi. Kemudian dia juga menerangkan mengenai tata aturan menonton film 4D. Diantaranya kami tidak boleh ada yang mempunyai gangguan penyakit jantung. Dan bagi ibu-ibu hamil disarankan untuk duduk diatas kursi yang paling depan karena kursi itu mempunyai pegangan yang ada didepan kursi itu. Saat kita menonton kita boleh melepas kacamatanya sejenak. Bagi mereka yang takut dan tidak mau melanjutkan menonton film 4D-nya boleh mengangkat tangannya maka petugas akan segera menghampirinya. Perasaan saya menjadi takut dan tegang setelah mendengar perkataan petugas wahana tadi. Apalagi dalam bayangan saya bahwa film yang akan diputar adalah film horor. Sayapun bertambah tegang, ketegangan saya mulai menurun saat petugas mengatakan bahwa film yang akan diputar berjudul “Dora dan Diego” yang berdurasi kurang leih 9 menit. Setelah semua siap, film akan segera diputar. Pertama-tema, lampu yang tadinya menyala kemudian dipadamkan. Setelah itu kita disuruh memakai kaca mata 4D.
Setelah itu film mulai diputar. Muncullah pemain utama film itu. Mereka adalah Dora, Diego dan Buts. Setelah itu, tiba-tiba kami berteriak karena kami terkejut. Saya juga terkejut karena kursi yang kami duduki secara tiba-tiba terangkat naik. Wajarlah bagi kami yang tidak siap. Setelah itu, Dora dan Diego memperkenalkan teman satwa mereka. Teman-teman mereka adalah seekor burung dengan anaknya, seekor ular dengan anaknya, dan seekor beruang dengan anaknya. Usai perkenalan, kami kembali seperti semula. Dramapun berlanjut. Setelah Dora memperkenalkan teman-temannya, Dora mendengar suara Swepper. Swepper adalah teman Dora yang mencuri. Kemudian Diego memutuskan untuk mencari letak Swepper menggunakan teropongnya. Kita sebagai penontonnya disuruh menyebutkan namanya (Swepper saat kita melihatnya). Saat saya melihatnya kemudian saya menyebutkan namanya. Namun saya menyebutkan namanya tidak terlalu keras. Takut ada yang mendengarkan suara saya. Saya benar-benar merasa ada didalam film itu. Itu membuat hati saya sangat senang. Mungkin itu terjadi karena ini adalah pengalaman pertamaku menonton film 4D. Setelah Swepper ketemu, ternyata dia sedang bermain-main dengan robot kupu-kupunya. Pada waktu itu. Remote control robot tersebut sedang dipegang Swepper. Dia mencoba menyuruh robotnya untuk mencuri pisang yang ada disampingnya dengan mengendalikannya melalui remote controlnya Swepper. Lantas robot itu mau mencuri dan mengambil pisang itu. Pertama Swepper hanya menyuruh mencuri satu helai pisang saja, namun akhir dia meminta semua pisang yang sudah matang itu. Namun saya heran kenapa Swepper menyuruh robot kupu-kupunya untuk mengembalikan semua pisang telah dicurinya. Kemudian dengan sombongnya, Swepper menyatakan bahwa dia bisa mencuri apa saja menggunakan robotnya. Namun kesombongan ucapannya terhenti karena robotnya telah mencuri remote controlnya. Swepper terkejut, menurutku itu memang balasan yang baik untuk Swepper. Ibarat senjata makan tuan. Kemudian robot itu mulai tidak terkontrol. Ia mencuri apa saja yang ia mau. Ia juga mencuri batang pohon tempat beruang tinggal, air rawa tempat ular hidup dan tempat hidup dan sarang burung temannya Diego dan Dora. Dari sinilah masalah muncul. Robot kupu-kupu itu seperti orang dendam, kejam dan tidak berperikehewanan. Penerowomgan robot itu oleh Diego pun diakhiri. Dora, Dioego dan Butz berniat akan menghentikan tindakan robot kupu-kupu yang tidak terkontrol itu. Karena remot controlnya berada di tanagn robot kupu-kupu itu maka ia dapat mengendalikan dirinya untuk mncuri apapun.
Tugas Diego  dan Dora nampaknya cukup sulit karena sekarang robot kupu-kupu itu sudah terbang jauh. Namun Dora tak kehabisan akal. Ia lalu meminta alat transportasi yang berupa kapal boat dari dalam tas ranselnya. Setelah kapal boat itu didapatkan sesuai keinginanya, ternyata banyak satwa yang mau ikut berpetualang untuk mengehentikan tindakan kupu-kupu yang kejam itu bersama mereka. Saat kapal boat mulai berjalan, kapal itu langsung terjun ke air. Lantas air yang terkena kapal itu muncrat. Akupun langsung terperanjat terkejut dan berteriak. Ternyata kami disemprot menggunakan air beneran. Aku teriak karena tidak terima dengan perlakuan itu. Memang pada waktu itu aku sedang memangku papan, kertas dan alat tulis menulis sehingga aku takut kalau airnya membasahi kertasku. Namun ternyata kertasku hanya basah sedikit di ujung pojok atas. Akupun bersyukur. Aku lalu melanjutkan menonton film 4Dnya. Petualangan Dora dan Diego pun berlanjut. Mereka tidak hanya menempuh perjalan di air dengan kapal boat, namun mereka juga menempuh perjalanan udara menggunakan helikopter milik Diego. Saat terbang di atas tebing, mereka kembali menemukan laut. Tat kala air muncrat. Kamipun kembali mendapatkan semprotan air. Entah dari mana, aku tidak tahu karena aku sudah menduga akan ada semprotan lagi, akupun lebih menjaga kertasku. Aku juga lebih menjaga pendengaranku karena dalam ruangan wahana 4D suara yang dikeluarkan film itu sangat keras. Namun aku tetap enjoy saja. Saat Dora dan Diego sampai di sebuah kutub mereka menemukan robot kupu-kupu itu sedang menghisap es tempat beruang hidup mendarat. Kemudian Dora dan teman-temannya berusaha mengambil alih remote controlnya. Karena terjadi perebutan remote control itupun jatuh. Mengambil remote control itu adalah tugas kami. Dora menyuruh kami untuk menangkap dan menekan tombol yang ada pada remote control yang melayang mendekati kami. Sayapun mencoba untuk menangkap remote control itu. Tapi tak ketangkap juga. Saya seperti berkhayal saja. Saat saya merasa sudah menangkapnya, saya kemudian mencoba menekan tombolnya. Namun saya harus berusaha berkali-kali sampai akhirnya kami semua dapat menekan tombol itu. Setelah tombol itu tertekan kami, robot kupu-kupu itupun segera mengeluarkan semua benda yang telah dicurinya. Tak terkecuali benda-benda milik ketiga teman Dora dan Diego. Meskipun berhasil Dora, Diego dan Butz segera pulang. Saat kembali ke taman, mereka menemukan kupu-kupu robot itu tengah terbang dan bermain-main dengan kupu-kupu lainnya. Akhirnya kupu-kupu robot dapat disenangi teman kupu-kupunya. Dora dan Diego pun senang. Mereka juga berterima kasih kepada kami yang telah membantunya.
Setelah itu, Dora dan Diego pergi untuk melanjutkan petualangannya. Film 4D pun segera berakhir. Saat film telah berakhir, kami semua bangkit dari tempat duduk dan melepas kaca mata 4Dnya. Kami pun keluar melalui pintu  “Exit” yang ada disamping kanan stage di wahana 4D, sambil keluar kita meletakkan kaca mata 4Dnya ditempat yang telah ditentukan petugas. Dipintu “Exit” ada dua jalur pintu untuk keluar. Ditengah-tengah pintu “Exit” ada seorang petugas yang memberikan alam dan ucapan terima kasih  dengan kami dengan sangat ramahnya. Saya dan rombongan segera keluar dengan tertib. Setelah keluar saya segera mencari Pak Prapto. Setelah ketemu, saya segera mengikuti beliau. Saat seorang petugas menghalau kami untuk menonton pertunjukkan di areal Scorpion States, Pak Prapto pun menolak dengan alasan kita akan segera menuju areal Sea World Indonesia. Sebenarnya aku sangat ingin menonton di areal Scorpion States karena aku menduga bahwa suara ledakan-ledakan yang terdengar saat pertama aku menginjakan kaki di sini berasal dari areal pertunjukkan itu. Menurutku pertunjukkan di areal Scorpion States berupa atraksi-atraksi dari manusia yang handal. Atraksi itu mungkin sangat mendebarkan dan sekaligus menegangkan. Namun saya tetap berprasangka baik terhadap keputusan Pak Prapto yang menolak untuk menonton pertunjukkan di Areal Scorpion States mungkin alasannya karena dua hal. Dua hal itu adalah waktu yang sudah semakin sore dan mungkin karena pertunjukkan di Scorpion States hanya untuk hiburan bukan edukasi atau pendidikan. Sayapun terus mengikuti langkah Pak Prapto. Saya mengikuti beliau di urutan paling depan tepatnya disamping kanan beliau, sambil berjalan, beliau bertanya kepada saya mengenai pengalaman saya di wahana 4D. Lalu saya menjelaskan bahwa disana diputarkan film anak-anak bukan film horor seperti yang saya bayangkan. Saya juga menceritakan bahwa kertas saya jadi basah gara-gara disemprot air beneran. Pak Prapto pun menanggapinya dengan santai, lantas beliau tersenyum dan menjelaskan bahwa dalam dunia wahana 4D, penontonnya seakan-akan berada dalam film itu. Istilahnya penontonnya ikut bermain peran akan penontonnya ambil bagian dalam film itu. Saya senang dengan penjelasan Pak Prapto. Kami kemudian menlanjutkan perjalanan menuju Sea World Indonesia. Tadinya Kami akan keluar dulu lalu baru menuju Seaworld Indonesia. Namun saat seorang petugas datang membawa kunci gembok yang berniat membukakan pintu gerbang untuk kami menuju Seaworld Indonesia, Pak Prapto memutuskan mengikutinya. Kemudian ia menuntun kami menuju sebuah pintu gerbang yang menghadap utara dengan pintunya tergembok. Ia lalu membuka pintu gemboknya, dan membuka lebar-lebar pintu gerbangnya. Kemudian Pak Prapto mengucapkan terimakasih lantas kami pun segera melewati pintu gerbang itu.
Setelah masuk, ternyata bangunan yang ada di depan mata kami adalah “Seaworld Indonesia”. Tak kukira ternyata jaraknya sangat dekat dengan Gelanggang Samudra kira-kira 10 meter. Kamipun masuk serambi Sea World Indonesia dengan terus mengikuti Pak Prapto. Pak Prapto kemudian bertanya kepada seorang kasir. Kami kemudian disuruh berbaris. Ternyata kami menunggu supaya dipersilakan masuk cukup lama. Kurang lebih selama 10 menit. Sambil menunggu dipersilakan masuk, saya bercanda denga teman-teman. Saya juga meminjam catatan teman-teman saya. Sambil membaca catatannya, saya juga bercanda mengenai obyek yang telah kami lalui. Saya juga sempat menghitung piagam MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk Seaworld Indonesia. Seaworld Indonesia berhasil meraih 27 piagam. Wow sangat banyak. Ternyata Seaworld berhasil mendapatakan MURI karena Seaworld Indonesia berhasil menjadi wahana yang bernilai edukatif yang mengutamakan materi dunia perairan khususnya ikan dan makhluk laut lainnya yang terbesar di Indonesia. Saya sangat kagum dan semakin penasaran dengan Seaworld Indonesia yang meraih penghargaan 27 rekor Muri.
Kami lalu disuruh masuk. Masuknya perempuan dahulu baru laki-laki. Setelah masuk, kamipun dicap dengan cap dari tangan petugas yang bergambar ikan. Setelah saya masuk, saya segera mengobservasi kondisi di sana. Saya juga segera mencatat semua yang saya lihat. Ikannya disini banyak. Ada yang diletakkan di dalam aquarium ada juga yang diletakkan di kolam. Bentuk dan jenis ikannya pun beragam. Ukuran dan tempat hidupnya juga berbeda-beda. Di sini memang fasilitas untuk belajar mengenai hewan laut sangat lengkap. Tak khayal kalau Seaworld Indonesia mendapatkan Rekor Muri sebanyak dua puluh tujuh kali sebagai apresiasinya dari Muri (Museum Rekor Indonesia). Ikan yang pertama saya lihat adalah ikan Aquatesy. Ikan itu mirip dengan ikan mas. Bentuknya tidak terlalu besar. Namun, ikan ini memiliki keindahan dan nilai estenias pada warna sisiknya yang berbeda-beda. Ikan ini berenang dengan indah seolah-olah menghiasi aquariumnya sendiri. Saya juga menemukan makhluk laut yang sebelumnya saya tidak menduga akan dapat menglihatnya di Seaworld ini. Hewan ini adalah patride dalam film animasi Spongebob Squarpant. Ya, hewan ini adalah bintang laut. Bintang laut itu ditempatkan pada sebuah kolam yang tidak terlalu luas dan di atasnya tidak diberi tutup. Kolam bintang laut itu dibuat dangkal sehingga saya dan pengunjung Seaworld lainnya tidak merasa kesulitan untuk melihat dan mengambil photo sebagai kenang-kenangan maupun untuk mencari inspirasi dan aspirasi. Saat itu saya sedang berkeliling wahana Seaworld Indonesia sendiri. Tiba-tia secara tidak sengaja saya bertemu dengan Prisca Carsa Moneteringtyas (VIII F). Kemudian saya bertanya kamu kenapa kok berkeliling sendiri. Diapun menjawab bahwa ia tertinggal Happy (VIII F), teman akrabnya. Lalu dia memutuskan untuk berkeliling bersama saya. Sayapun menyetujui gagasan itu. Untung-untung untuk mencari teman berkeliling karena dari tadi saya berkeliling sendiri. Kemudian kami memutuskan untuk melihat ikan dugong. Ikannya sangat besar. Ikan itu termasuk ikan yang bergerak dengan lambat. Namun tenaganya juga terlebih lebih kuat dari singa laut. Ikan itu sangat menarik untuk saya abadikan melalui kamera Handphone saya. Namun sayangnya, saya tidak bisa memotret semua bagian tubuhnya karena kepala ikan itu sedang berada di atas aquarium besar. Jadi saya hanya bisa memotret ekor dan setengah dari badannya. Mungkin ikan itu malu untuk difoto pikirku.
Kamipun melanjutkan observasinya. Sampailah kami di dalam ruangan Seaworld yang khusus menjelaskan mengenai kehidupan makhluk laut dengan lengkap dan detail. Disitu terpasang selebaran-selebaran yang berisi mengenai tata kehidupan laut. Selebaran itu dipasang pada dinding-dinding. Saya sempat membaca sebuah selebaran yang berisi mengenai cara adaptasi hewan-hewan laut dengan lingkungannya. Ternyata mereka memnggunakan semua bagian tubuhnya untuk beradaptasi. Ada yang berada possi dengan ekor, sirip, gigi dan warna tubuhnya. Penjelasannya cukup mudah untuk dipahami. Tak sampai disitu fasilitasnya. Disamping selebaran itu juga ada contoh adaptasi. Di situ ada ikan-ikan kecil yang sedang berenang yang menandakan bahwa ini adalah proses adaptasi yang sukses. Ternyata makhluk hidup yang dikarantina disitu tidak hanya ikan, bintang laut dan udang tetapi juga ada hewan bercangkang keras. Ya, binatang itu adalah kura-kura. Kura-kura berada di dalam kolam kecil seperti bintanglaut. Aku dan Prisca tidak dapat mengambil gambar dikarenakan cahaya yang ada di ruangan itu sangat redup. Tetapi kita masih bisa mengenang sedang dan hidupnya di air yang tidak diberi oksigen (02). Selain bintang laut dan kura-kura yang ditempatkan di kolam terbuka, ada juga hewan lain. Seperti ikan hiu, tapi tenang ikan hiu yang ada di kolam itu masih kecil-kecil dan pengunjung dapat memegangnya dengan syarat pengunjung hanya boleh memegang badannya saja. Pengunjung tidak diperbolehkan memegang sirip dan ekor ikan hiu tersebut. Pengnjung juga dilarang menarik dan mengangkat ikan hiu tersebut. Setelah membaca petunjuk dan peraturannya aku jadi tahu bahwa ikan itu adalah ikan hiu. Saat tahu bahwa ikan itu adalah ikan hiu aku jadi merasa tertantang untuk memegangnya. Kemudian saya dan Prisca bermusyawarah apakah saya dan Prisca akan memegangnya. Mufakatnya, saya akan memegangnya sedangkan Prisca (VIII F) tidak mau memegangnya, entah alasannya apa, saya sendiri tidak tahu. Kemudian saya memintanya untuk memegangkan catatan, papan, alat tulis menuluis dan handphone saya. Lantas saya kemudian mengulurkan tangan saya ke dalam air. Mulanya saya takut kalau-kalau ikan hiu megigigt tangan saya. Apalagi ikan yang ada disitu kurang lebih ada 5 ekor. Panjangnya masing-masing kira-kira 20 cm dan beratnya kurang lebih 2 ons.
Pertama saya berusaha memegang ikan hiu yang berenang ke arah barat namun saya tidak berhasil. Karena saya melihat pengunjung lainnya yang ada di dekat sedang berusaha memegang ikan hiu itu seperti saya memukul-mukul air itu supaya ikan hiunya mendekat, sayapun mengikutinya. Ternyata benar ada ikan hiu yang berenang mendekati tangan saya. Sayapun tidak melewatkan kesempatan itu yang sejak tadi saya tunggu-tunggu. Akhirnya saya dapat memegangnya. Perasaan saya pada saat itu sangat tegang. Saya takut kalau tiba-tiba ikan hiu itu berubah menjadi buas yang awalnya jinak. Setelah saya pegang ikan hiu itu segera berenang meninggalkan belaian tangan saya. Saya masih dibuat penasaran dengan ikan hiu itu. Saya ingin memegang ikan hiu itu lebih lama lagi. Sayapun kembali memukul-mukul air yang ada di depan saya. Namun kali ini yang datang bukan ikan hiu tetapi ikan pari. Saya tidak menyadari bahwa di dalam kolam itu tidak hanya ada ikan hiu tetapi juga dua ikan pari. Saat ikan pari itu datang ke tangan saya, sayapun langsung menarik tangan saya keluar dari air. Saya takut kena racun ikan pari karena sepengetahuan saya ikan pari tadi memiliki racun di bagian ekornya. Saya tidak tahu apakah ikan pari tadi memiliki racun di bagian ekornya atau tidak. Namun saya tetap berpostive thingking. Kalau misalnya ikan pari itu dipamerkan dan boleh dipegang pengunjung, pasti itu bukan ikan pari yang beracun. Saat saya mengeluarkan tangan saya dari air secara tiba-tiba, saya dan Prisca (VIII F) tersenyum. Sedikit tertawa mungkin karena saya menarik tangannya sedikit lucu. Prisca pun menertawakan saya sepuasnya.
Setelah saya mengeluarkan tangan saya dari air, sayapun langsung meminta semua barang yang telah saya titipkan kepadanya. Saya takut kalau Prisca kecapekan, karena barang-barang yang saya titipkan kepadanya bisa dibilang cukup berat. Priscapun lalu memberikan semua barang itu. Karena tangan saya masih basah barang itu saya letakkan di atas pinggiran kolam. Kemudian saya mengibas-ibaskan tangan saya supaya cepat kering. Secara tiba-tiba Prisca bertanya kepada saya apakah saya membutuhkan tissue. Ternyata Prisca (VIII F) membawa tissue, sayapun mengatakan membutuhkan tissue itu. Prisca lalu memberi saya dua buah lembar tissue. Saya kemudian berterimakasih kepadanya dan cepat-cepat mengeringkan tangan saya dengan tissue tadi. Setelah kering, tissue kotor itu saya masukkan ke dalam saku celana saya karena di situ tidak tersedia tempat sampah. Setelah itu saya mengambil semua barang yang saya letakkan di atas pinggiran kolam tadi.
Saya dan Prisca pun melanjutkan observasinya. Mulanya saya akan meneruskan observasinya ke lantai dasar dulu. Namun karena banyak pengunjung yang menaiki tangga ke lantai dua, saya dan Priscapun langsung mengikuti mereka. Saya tertarik menaiki tangga itu karena tangga itu unik. Tangga itu, dibangun di samping atas kolam ikan hiu tadi. Tangga itu dibangun dengan konsep tanah liat. Jadi tangga itu seperti tangga yang dibuat dengan tanah liat. Saya dan Prisca lalu menaiki tangga yang unik itu dengan santai. Sayapun menikmatinya. Setelah berada di atas kami dapat melihat kolam ikan yang terbuat dari kaca. Kolam itu dinamai Aquarium Besar. Didalam aqurium itu kita menjumpai ikan-ikan besar hidup disitu. Ikan-ikan itu bentuk dan warnanya beragam. Ada ikan pari, cakalang, kura-kura dan masih banyak lagi. Kami dapat melihatnya dari atas  kolam melalui sebuah jendela kaca yang berbentuk lingaran. Ikan-ikan yang aku lihat sangat mengagumkan. Ikan-ikan itu berenang kesana kemari dengan lincah.
Di dalam aquaium besar itu juga ditempatkan semacam batuan dari laut. Batu itu bermanfaat untuk menghiasi aquarium itu supaya terlihat seperti laut aslinya sekaligus sebagai tempat ikan untuk bersembunyi atau untuk membangun tempat tinggal mereka. Karena aquarium besar itu berada di ruang tertutup sehingga sinar matahari tidak dapat memasuki air di dalam aquarium itu. Padahal sinar matahari itu baik untuk ikan. Bisa uintuk membantu metabolisme dalam tubuh ikan itu sendiri maupun untuk mendapatkan rasa hangat dari sinar matahari. Untuk mengatasinya, pengelola wahana Seaworld Indonesia memasang lampu-lampu sumber energi di atas aquarium besar itu. Sehingga panas dari lampu itu dapat memancar ke dalam air dan dapat menghangatkan tubuh ikan-ikan itu. Setelah puas melihat-lihat ikan yang ada di situ, kamipun langsung beranjak pergi dari situ. Di sepanjang lokasi yang kita lewati ada tempat yang unik dan berwarna. Tempat itu berada di sepanjang tangga menurun tempat kami turun dari atas aquarium besar itu. Saat kita melewatinya pakaian kami yang mulanya berwarna biru gelap menjadi berwarna biru menyala. Kami dibuat heran tetapi saya sangat senang tangga itu berbelok. Saat saya belok saya dan Prisca bertemu dengan teman-teman Prisca (VIIIF).
Mereka banyak yang bercerita mengenai ikan-ikan yang telah mereka lihat. Kita semula saling melengkapi cerita sehingga data-data yang kami dapatkan dapat menjadi lebih jelas, lengkap dan banyak. Begitu juga saran Pak Hadi pada saat kita berangkat. Setelah selesai bertukar data, kami lalu turun dari tangga. Saat kami melangkah beberapa langkah, kita menemukan Aquarium Gold Fish. Di situ ada aquarium yang dihuni oleh ikan mas koki. Ikannya sangat cantik dan berwarna-warni. Ikan ini memiliki ciri khas yaitu bagian kepala dan perut yang membesar. Ikan ini dapat berenang dengan lincah. Usai mencatat semua hal mengenai ikan itu, saya tertarik untuk berfoto di samping aquarium tersebut. Saya tertarik karena di ruangan itu berwarna biru jadi saya pikir bagus untuk background belakang foto saya. Setelah saya foto bagus ruangan itu akan tetapi saat saya berfoto diri saya hasilnya tidak bagus. Hal itu dikarenakan redupnya cahaya yang ada. Jadi saya gagal memoto diri saya sendiri. Setelah selesai mencatat, kami pun langsung keluar dari Sea Wolrd. Saat menuju pintu keluar, saya dan Prisca bertemu dengan Happy (VIIIF). Orangnya humoris jadi kami bertiga berjalan sambil melewati ataupun bercanda. Saat sampai di pintu keluar, saya sempat bingung mau memilih keluar yang mana karena disitu ada tiga pintu keluar. Akhirnya saya memilih pintu keluar yang dipilih Prisca.

Gagal Membeli Oleh-oleh

Saat keluar dari pintu, woww banyak pedagang yang menjajakan boneka, kaos dan aksesoris yang bertemakan dunia laut. Ada boneka ikan, hiu, ikan tenggiri dan masih banyak model lainnya. Aku tertarik untuk membeli dan melihat-lihat boneka itu. Aku pun melihat-lihat sambil memegang-megangnya. Aku mau membeli barang itu sebelum membelinya. Aku ingin mendapatkan barang yang bagus kualitasnya. Saat kulihat-lihat, semua produk bonekanya bagus dan lembut. Bulu-bulu boneka dan jahitannya rapi. Setelah saya cek kualitasnya, baru saya melihat harganya. Alangkah terkejutnya saya ternyata harga boneka dan barang-barang lainnya disitu sangat mahal. Harga satu buah boneka ikan laut itu mencapai Rp. 128.000,00. Menurutku itu adalah harga yang pantas untuk membeli lima buah kaos. Jelas tidak sebanding dengan satu buah boneka. Saya jadi kecewa. Sebenarnya boneka itu akan saya oleh-olehkan untuk adik saya tercinta. Namun karena harganya sangat mahal saya tidak jadi beli. Saya pun hanya berkeliling sambil melihat-lihat barang lain. Pada saat itu saya tidak mau membeli kaos disitu karena saya tahu pasti gambar kaosnya ikan. Menurutku kalau kaos bergambar ikan itu untuk anak kecil bukan anak SMP seperti aku. Setelah jenuh berkeliling akupun langsung meninggalkan tempat perdagangan (toko) itu. Aku keluar tanpa membawa apa-apa. Jadi gagal aku membeli oleh-oleh boneka ikan untuk adikku gara-gara harganya yang menurutku terlalu tinggi. Setelah keluar aku terus berjalan bersama teman-temanku menuju bus kami.
Saat aku berjalan aku tidak terfokus. Pandanganku bukan melihat jalan yang aku lewati. Aku malah melihat-lihat pemadangan di sekeliling areal Sea World Indonesia. Aku menjumpai tumbuhan yang masih asri. Ternyata di Jakarta ada juga tumbuhan yang masih asri. Mungkin jumlahnya tidak banyak. Terlepas dari tumbuhan itu, aku melihat kolam besar di samping bangunan. Sayangnya kolam itu kosong tidak ada ikannya. Bahkan kolam besar itu malah terkesan kumuh dan tidak terawat karena di dalamnya ada air yang kotor ditambah sampah yang berserakan. Aku tidak terlalu memperdulikan kolam itu karena kolam itu kotor. Aku terus berjalan sampai aku menemukan tulisan “Terima kasih Atas Kunjungan Anda” terpasang di atas kepala saya. Saya kemudian melihat lebih jauh lagi hingga terlihat bahwa tulisan itu tidak hanya dalam satu bahasa. Ternyata dalam satu papan itu ada 4 buah bahasa. Ada bahasa Inggris, Cina, Indonesia dan Arab. Tulisan itu tersusun secara rapi dan bahasa itu terdengar halus di telinga. Hal itu membuat aku tertarik karena dapat diartikan bahwa yang datang ke Sea World Indonesia ini tidak hanya orang Indonesia. Bisa menyesal nich kalau aku sendiri orang Indonesia belum pernah ke sini. Akupun terus berjalan sampai aku menemukan dua jalur jalan. Jika di Jakarta kita kalau mau menyeberang harus melalui zebra cross. Saya lalu menyeberangi jalan itu dengan zebra cross dan lanjut menuju bus 3 SMP N 1 Pengasih. Sambil berjalan, aku melihat-lihat lapak pedagang yang menjual pakaian. Aku sangat ingin membeli kaos karena sejak awal aku memang berniat membeli kaos. Karena sejak awal aku memang berniat membeli kaos. Karena di PP IPTEK TMII tadi saya tidak membeli kaos makanya saya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk membeli kaos. Sayapun berjalan menuju bus kami untuk mengambil uang. Saat sampai di bus saya lalu berniat mengambil uang Rp. 50.000,00, akan tetapi karena saya berasa ingin membuang air kecil jadinya saya buang air kecil dulu di kamar mandi bus. Setelah selesai buang air kecil, saya turun dari bus. Saya lupa mengambil uang. Kemudian saya bekumpul di kerumunan teman-teman saya. Kemudian kami saling bercerita mengenai obyek wisata yang telah kami kunjungi. Saya juga sempat meminjam HP-nya Trimurtiningsih Laras (VIIID) untuk melihat-lihat hasil fotonya dan bertukaran lagu-lagu melalui aplikasi bluetooth. Saya meminta lagu kurang lebih jumlahnya 8 buah. Saya jadi ingat ingin membeli kaos saat Salma Nurultsani (VIII D) datang dan membawa barang kaos belajaannya, senilai Rp. 25.000,00. Setelah ingat sayapun bergegas akan membeli kaos. Karena tidak percya diri (PD) dan takut kalau tidak bisa menawar harganya, sayapun mengjak teman-teman saya. Saya juga mengajak Timurtiningsih namun ia menolak ajakan saya dengan alasan dia mau membeli kaosnya di Cibaduyut. Sayapun menyetujui saran itu dengan perasaan kecewa dan berat hati. Sayapun melajutkan percakapan dengan teman-teman saya. Setelah mendapatkan kabar bahwa kita akan segera berangkat meninggalkan Taman Impian Jaya Ancol, kita langsung membubarkan diri dan bergegas menuju bus kita masing-masing.
Kemudian kita memasuki bus dengan tertib. Setelah bus 3 SMP N 1 Pengasih penuh dan semua rombongan lengkap, Pak Ngudi memberikan pengumuman yang membuat saya terkejut. Pak Ngudi mengumumkan bahwa kita tidak jadi mengunjungi Pantai Marina karena keterbatasan waktu (waktu yang sudah sore) dan kondisi pantai Marina yang tidak lebih bagus dari Pantai Glagah. Pak Ngudi juga menjelaskan bahwa jika kita jadi mengunjungi Pantai Marina, kita akan kehilangan banyak waktu untuk menuju Cibaduyut. Pak Ngudi memperkirakan bahwa jika kita kehilangan banyak waktu di Pantai Marina, saat kita sampai di Cibaduyut kita tidak akan mendapatkan apa-apa karena sudah malam. Sayapun setuju dengan alasan itu, kalau kita tidak bisa membeli apa-apa di Cibaduyut, habislah diriku. Aku tidak bisa membeli kaos dan oleh-oleh khas Bandung. Tetapi saya sedikit tidak percaya dengan alasan kita tidak mengunjungi Pantai Marina yang kedua yaitu bahwa Pantai Marina lebih jelek dari Pantai Glagah. Sebagai orang yang pernah mengunjungi Pantai Glagah saya sedikit menyesalkan statement itu. Saya pun kembali bertanya kepada Pak Ngudi apakah statement itu benar adanya. Pak Ngudi pun kembali menjelaskan bahwa itu benar. Pendapat itu juga didukung oleh pendapat teman saya yang orang tuanya tinggal di kota Jakarta, Ageng Prasasti (VIII D). Setelah mendapat dua pendapat itu sayapun mencoba untuk mengerti walaupun saya masih sedikit tidak percaya. Sebelum kita berangkat, saya minum antimo dulu untuk jaga-jaga agar saya tidak mabok perjalanan karena saya sedikit tidak PD untuk tidak mabok perjalanan. Setelah minum antimo, ternyata kru bus membagikan minuman berkarbonasi dan snack. Karena saya sudah minum obat antimo saya dilarang minum berkarbonasi karena dapat memicu mual dan mabok perjalanan. Lambat kemudian cepat bus kami keluar dari Taman Impian Jaya Ancol. Melalui Pantai Ria di Jakarta Utara. Saat saya melewati Pantai Ria, saya sempat melihat-lihat pantainya. Ternyata bersih dan rapi.


Menuju Cibaduyut

Setelah puas melihat-lihat pemandangan di Pantai Ria melalui jendela kaca bus, saya langsung duduk santai sambil mendengarkan musik dari HP saya ditemani ayunan lambat langkah bus kami. Bus kami berangkat pada pukul 15.30 WIB. Bus keluar melalui pintu keluar Taman Impian Jaya Ancol.  Di sepanjang kawasan Ancol, saya melihat fasilitas-fasilitas yang banyak guna menunjang orang yang akan berwisata ke Ancol. Ada hotel dan motel untuk orang yang menginap, ada alat-alat olahraga air, dan masih banyak lagi. Sambil bus berjalan keluar, saya melihat hotel yang ada disamping jalan di kawasan Ancol. Ternyata tidak saya saja yang memperhatikan hotel itu. Hotel itu nampak sangat bagus dan mewah. Apalagi letak dan posisi hotel itu. Hotel itu menghadap ke barat terletak di samping kanan Pantai Ria Ancol. Jadi saat sore hari penghuni hotel itu dapat melihat sunset di Pantai Ria yang indah. Terlepas dari pikiran saya itu, tiba-tiba ada teman saya yang mengucapkan kenapa kita menginap di Graha Wisata Ragunan tidak di hotel itu. Sayapun tersenyum geli, pasti mahal kalau kita menginap di hotel itu. Lambat laun bus kami sampai di Jalan Laksamana R.E. Martadinata. Bus kami berjalan ke arah timur. Di sepanjang Jalan Laksmana R.E. Martadinata, kami dapat melihat tingginya angka kesenjangan sosial di Jakarta Utara. Di sepanjang jalan itu terlihat gedung-gedung mewah nan megah berdiri di antara ratusan bahkan ribuan rumah tak layak huni. Salah satu teman saya bahkan menyebut kumpulan itu sebagai sebuah kerajaan. Sayapun sependapat karena barisan itu membentang dari barat sampai dengan timur kurang lebih sepanjang 3 km, bak sebuah kerajaan yang saya herankan ada salah satu rumah yang berani dibangun di bawah menara tower seluler karena kalau di desa tidak ada yang berani. Terlepas dari pemandangan tadi, ternyata bus kami sudah sampai di Kecamatan Cilinung, Jakarta Utara. Setelah mengetahui itu saya jadi ingin tidur (ngantuk sekali). Saya tidak tahu tiba-tiba ngantuk, entah karena obat antimo tadi atau karena kecapekan. Saya pun segera menjadi PW untuk tidur di kursi saya, mengingat Pak Hadi memperbolehkan kita untuk tidur saat kita melakukan perjalanan pulang. Setelah dapat PW sayapun segera tidur. Perjalanan tidak terasa saat saya tidur dengan keinginan cepat sampai di Cibaduyut dengan tepat waktu dan selamat.

Di Cibaduyut, Asyiknya Wisata Belanja Murah

Sekitar pukul 21.00 WIB, aku secara tiba-tiba bangun. Saat aku bangun ternyata kita sudah ada di Cibaduyut. Sebelum aku tahu, aku sedikit terkejut karena bus kita tiba berada di tengah-tengah kerumunan orang berdagang seperti pasar. Saat aku mengetahui bahwa di situ adalah Cibaduyut tempat kita akan membeli oleh-oleh, akupun langsung mengambil sejumlah uang dan langsung keluar bus mengikuti teman yang ada di depan saya. Saat sudah sampai di luar bus, tanpa berpikir panjang saya menghampiri sebuah kios pakaian yang dimiliki seorang pemuda. Saya tertarik dengan kios pakaian itu karena disetiap barisan kaos yang dijualnya terpasang papan harga yang murah. Harga pakaian atau kaos di situ beragam tergantung kualitas dan corak bahannya. Harganya antara Rp. 15.000,00 sampai Rp. 100.000,00. Di situ saya langsung mengambil lima potong kaos yang coraknya menurutku bagus. Kebanyakan coraknya di situ bertuliskan “Bandung Paris van Java”. Asyiknya, beli kaos bagus dan murah, kapan lagi. Beli lagi yang banyak. Sebenarnya harganya boleh ditawar, namun karena harga kaos semuanya sudah pas atau harga mati jadinya saya gagal menawar. Usai membayar, saya beranjak pergi dari kios pakaian itu. Ternyata saat saya keluar dari kaos itu, ada sebuah kios yang menjual pakaian kaos, celana yang murah-murah. Saat saya memilih kaos, saya senang karena disitu ada kaos kesukaan saya. Sayapun cepat-cepat memilih mengingat Pak Prapto hanya memberi waktu lebih kurang 45 menit untuk berbelanja. Akhirnya saya memilih satu kaos berukuran “small” dan sebuah celana “boxer”. Rencananya celana boxer itu untuk saya dan kaosnya untuk adik saya sebagai oleh-oleh. Transaksi harga selesai, ya langsung keluar dari kios pakaian itu. Saya berjalan ke utara.
Saya berniat membeli jam tangan digital. Setelah saya berjalan kurang lebih 5 menit, akhirnya saya menemukan kios jam tangan saya langung masuk dan melihat-lihat jam tangan yang dijajakan. Jam tangannya ukuran, model, dan bentuknya bervariasi. Saya jadi bingung mau meilih yang mana. Jam tangan digital berwarna hitam pilihan saya. Lalu saya bertanya harganya. Ternyata harganya masih terlalu mahal bagi saya. Sayapun menawarnya. Harganya pun langsung anjlok kurang lebih 20%. Namun setelah saya pikir-pikir, saya tidak terlalu membutuhkan jam digital karena saya jarang keluar rumah (pergi main). Dari segi harga masih mahal dan harganya itu cukup untuk membeli dua kaos yang bagus. Khan mubatzir! Karena saya tidak jadi membeli jam digital sayapun langsung keluar dari outlet jam tangan tersebut. Di depan outlet jam tangan itu saya melihat banyak teman-teman saya memasuki toko yang di lantai dua. Tokonya tampak besar, bersih, dan bagus. Tokonya juga megah semacam distro pakaian. Sayapun tertarik untuk membeli pakaian di sana. Tanpa pikir panjang, saya mengejar teman-teman saya itu namun sayangnya tidak terkejar. Sayapun memasuki distro pakaian itu sendiri. Saya langsung masuk dan melihat-lihat barang yang dijual di dalam distro itu. Barangnya banyak, tersusun rapi di dalam rak. Banyak barang yang dijual diantaranya kaos berbagai motif dan corak, sepatu, jam tangan, sandal dan masih banyak lagi. Lantainya bersih dan suasananya tenang. Saya langsung berkeliling untuk mencari barang yang cocok untuk oleh-oleh. Sayapun langsung melihat barang-barang yang ada di rak pinggir. Di situ saya menemukan pakaian dengan berbagai ukuran dan motif. Ukurannya banyak dan beragam dari S sampai XL semua ada. Motifnya pun beragam ada kaos batik, sablon dan gambar lain. Saya suka sekali dengan kaos batik. Namun karena harganya melebihi rata-rata kaos yang saya beli, akhirnya saya tidak jadi membelinya. Sayapun tetap memikirkan keadaan dan kondisi kantong “kocek” saya.
Akhirnya saya hanya membeli dua potong kaos yang berukuran M. Setelah saya mengambil dua buah kaos itu, saya lalu mendaftarkan barang itu pada penjual. Lalu penjual memberi saya nota dan sebuah kantong plastik untuk membawa kedua buah potong kaos tadi. Namun saya juga diberi pesan oleh penjualnya bahwa bukan kantong plastik itu yang untuk membawa kaos tadi pulang melainkan kantong plastik itu harus ditukar di tempat kasir untuk mendapatkan kantong plastik yang untuk membawa pulang kaos tadi. Sayapun segera menuju kasir. Karena awalnya saya tidak tahu letak kasir di mana, sayapun bertanya kepada seorang ibu yang sedang berbelanja. Ibu itu lalu menjelaskan dengan detail letak kasir. Saat saya tanya ibu itu menjawab dengan ramahnya. Saya lalu berterima kasih kepada ibu tadi. Saya segera mengikuti petunjuk ibu tadi. Saya segera mengikuti petunjuk ibu tadi. Setelah kurang lebh tiga menit saya berjalan, akhirnya saya menemukan letak kasir. Ternyata letak kasir itu berada di tempat paling belakang jika ditinjau dari tempat pintu masuk saya tadi. Tanpa berlama-lama saya langsung menyerahkan sekantong plastik yang diserahkan penjual tadi kepada saya. Kasir lalu menghitung harganya dan membungkusnya. Saya lalu membayar. Setelah barang tadi berada di tangan saya, saya langsung meninggalkan kasir. Tak lupa dengan mengucapkan terima kasih kepada kasirnya dan ia pun menjawab dengan ramah dan sopan. Saat saya berbalik ternyata di depan kasir itu ada seorang penjual jam tangan. Lagi-lagi saya tertarik untuk membelinya. Saya lalu mencoba untuk mendekati penjual jam tangan itu. Ternyata penjual jam tangan itu seorang wanita yang masih muda dan cantik. Saya lalu berusaha menyapa dan melihat-lihat jam tangan itu. Moga-moga bisa dapat jam tangan digital yang harganya lebih murah dari jam tangan yang dijual di outlet luar tadi.
Saya lalu melihat jam tangan digital yang berwarna hitam pekat. Saya lalu bertanya harganya. Dengan lemah lembut penjualnya menjawab ternyata harganya masih mahal sekali. Saya coba untuk menawarnya dengan harga yang lebih murah. Penjualnya lalu menjawab tawaran saya. Penjualnya menjawab karena seluruh jam tangan yang dijual di rak tempatnya berjualan sudah di diskon 30%. Namun saya tetap berusaha untuk menawarnya dengan cara merengek-rengek minta turun harga. Akhirnya hati penjual wanita itu luluh juga. Ia setuju dengan tawaran saya. Namun saya berpikir-pikir lagi harganya masih mahal untuk sebuah jam tangan digital. Sayapun kembali menawar harganya. Alhamdulillah, saya diperolehkan membawa jam tangan digital itu untuk di setting kan sekalian. Kemudian penjual jam tangan wanita itu mencari temannya untuk men-setting-kan jam tangan digital yang akan saya beli. Saat ia bersemangat jam tangan digitalnya akan saya beli, saya secara tiba-tiba memutuskan untuk tidak jadi membeli jam tangannya karena alasan ekonomis dan kegunaannya. Saya sedikit takut nanti kalau saya beli orang tua tidak setuju karena harganya terlalu mahal. Saya sangat menyesal dan kecewa. Namun saya tetap berpositif thinking mungkin bukan waktunya saya untuk membeli jam tangan digital. Saya lantas pergi dari jajakan dagangan wanita itu.
Saya lalu melanjutkan berkeliling melihat-lihat barang-barang lain yang dijual di distro itu. Saya berjalan menuju tempat penjualan celana panjang, kaos kaki dan sepatu. Saya lihat celana panjang, namun menurut saya tidak ada cocok ukurannya untuk saya. Saya mau membeli kaos kaki tetapi saya tiba-tiba teringat bahwa saya masih punya kaos kaki di rumah. Saya lalu memutuskan untuk membeli sepatu. Lalu saya melihat-lihat barangnya. Sepatunya unik, bagus, dan bervariasi bentuknya. Akupun sampai bingung mau memilih sepatu yang mana. Rencananya aku juga mau memberi barang itu (sepam) untuk adik-adikku di rumah saat aku sudah memilih ternyata ukurannya kekecilan untukku. Jadi tidak ada yang pas ukurannya dengan kakiku. Lalu saya mencari dulu sepatu yang untuk saya pribadi. Untuk yang dibuat oleh-oleh nanti mencarinya belakangan. Setelah cukup lama melihat-lihat sepatu yang dijajakan, saya jatuh ati pada sepatu yang berwarna hitam cerah. Saya tidak tahu sepatu itu apa merk-nya. Nampaknya sepatu-sepatu yang dijual tidak ber-merk atau mungkin itu barang dalam negri. Tanpa pikir panjang, saya langsung bertanya pada karyawan distro (toko)  itu, berapa harganya. Ternyata harganya sangat mahal, bahkan tiga kali lipat lebih dari harga kaos-kaos yang saya beli. Saya barusaha menawarnya. Namun harganya sudah pasti dan mati. Sepatu itu tidak boleh saya lagi ditawar harganya. Saya lalu memutuskan untuk tidak jadi membeli sepatu itu. Saya lantas berjalan meninggalkan tempat sepatu itu. Sebenarnya saya sangat kecewa. Namun saya ingat kembali pesan teman saya, Ageng Prasasti (VIII D) yang mengatakan bahwa di Cibaduyut banyak sepatu yang murah namun cepat rusak. Dia juga menambahkan bahwa walaupun sepatu-sepatu di Cibaduyut bagus-bagus, tapi tidak tahan lama dipakai. Setelah mengingat pesan itu, aku jadi tidak galau lagi dech.
Keberuntungan yang Tak Terduga

Lantas aku segera keluar dari distro (toko) itu. Aku keluar menuruni tangga yang kulewati saat masuk distro (toko) itu. Aku turun dengan hati-hati karena tangganya sedikit licin. Setelah sampai dibawah aku meneruskan wisata belanja ini. Dari kejauhan aku melihat siswa-siswi SMP N 1 Pengasih banyak yang sedang membeli oleh-oleh berupa makanan khas kota Bandung. Disana juga ada guru kami Bu Siwi, Bu Wahzanati, dan Bu Rini. Aku melihat-lihat sekilas makanan makanan khas kota Bandung. Di sana banyak sekali makanan khas yang dijual. Ada dodol, pisang selai, kue mocci, peyem, jenang, dan lain-lain. Dodol yang dijual beraneka ragam dan bervariasi. Ada dodol kacang merah, dodol susu, dan dodol ketan. Jenangnya juga beragam ada jenang garut dan jenang manis. Di sana guru-guru kami banyak membeli oleh-oleh tak terkecuali Bu Wahzanati. Ternyata Bu Wahzanati sedang membeli selai pisang. Saya pun langsung bertanya apakah selai pisang itu enak atau tidak. Ternyata Bu Wazanati menjawab enak dan Bu Wahzanati membeli pisang selainya sampai tiga bungkus. Aku terbuat heran dan penasaran untuk membeli selai pisang itu. Setelah bertanya kepada Bu Wahzanati, saya lalu memilih-milih selai pisang unutuk saya beli. Tiba-tiba, Bu wahzanati memanggil nama saya dan beliau langsung memberikan sesuatu di tangan saya sambil tersenyum. Saya langsung membuka tangan saya dan ternyata isinya adalah sejumlah uang. Sayapun langsung berterima kasih dan Bu Wahzanati membalas sambil berpesan agar uangmu dibelikan oleh-oleh untuk keluargaku. Terima kasih Bu Wahzanati, ibu baik dech! Saya lalu membungkus beberapa makanan khas kota Bandung, ada dodol dengan berbagai rasa dan juga tidak ketinggal saya membungkus jenang khas Bandung. Setelah ini saya menuju kasir untuk membayar. Ternyata harga semua barang yang telah saya bungkus sama dengan sejumlah uang yang diberikan Bu Wahzanati. Saya senang menjalankan amanah Bu Wahzanati dengan sangat sempurna. Setelah selesai membeli dan membayar harga oleh-oleh, saya pun langsung meninggalkan lapak penjual oleh-oleh itu. Saya memutuskan untuk berjalan menuju bus untuk menaruh semua barang-barang yang sudah saya beli di bus karena saya rasa sudah terlalu berat untuk saya bawa.
Saya berjalan menuju bus dengan tergesa-gesa karena waktu yang diberikan untuk berbelanja sudah hampir habis padahal saya belum membeli oleh-oleh yang dipesan adik saya yaitu boneka. Saya berjalan menuju bus kurang lebih dua menit dengan jarak antara 100-130 meter. Setelah sampai di luar bus, saya segera mencari pintu masuk. Saya menemukan pintu masuk depan, namun karena pintu masuk depan sulit di buka, akhirnya saya memasuki bus dengan membawa barang belanjaan saya melalui pintu masuk belakang. Di dalam bus, saya lalu menaruh semua barang yang sudah saya beli di atas kursi saya. Saya pun menatanya agar terlihat rapi dan nyaman nanti jika kursinya saya gunakan untuk duduk. Saat saya menata barang belanjaan saya, saya tidak menyadari bahwa dalam bus tepatnya kursi depan nomor dua ada teman saya dari kelas VIII C, yaitu Muhammad Ilyas yang sedang sakit. Secara tiba-tiba ,dia memanggil nama saya. Saya pun terkejut dan langsung mencari suara itu, kalau-kalau ada membutuhkan bantuan saya. Setelah saya tahu bahwa yang memanggil saya adalah Muh. Ilyas cs, saya langsung menghampirinya. Ternyata benar dia membutuhkan bantuan saya. Dia meminta saya untuk membelikan minuman hangat (teh manis hangat disebelah timur Pasar Cibaduyut. Tanpa pikir panjang saya memenuhi permintaannya, itung-itung sebagai sarana untuk mencari amal/pahala. Diapun memberikan sejumlah uang untuk membeli teh manis hangat itu. Saya lalu pergi ke sebelah timur Pasar Cibaduyut. Saya berjalan sambil sekali-kali berlari agar menghemat waktu dan Muh. Ilyas (VIII C) agar tidak terlalu lama dia menunggu saya.
Mengingat bahwa Ilyas sejak tadi pagi sakit (tidak enak badan) karena mabok perjalanan saat bus berjalan menuju taman Impian jaya Ancol. Tentunya dia membutuhkan minuman hangat untuk menghangatkan badannya dan dinginnya malam di Cibaduyut. Saat saya berjalan dengan langkah kecil-kecil di tengah halaman pasar Cibaduyut, saya bertemu dengan teman sekelas saya. Mereka adalah Risky F (VIII D) dan Afin D (VIII D). Mereka sedang duduk sambil jongkok di tengah lapangan. Saya tidak tahu, mereka sedang menunggu siapa. Saat saya lewat did epan mereka, mereka sedang asyik bercakap-cakap dan terlihat di samping mereka terdapat semacam oleh-oleh yang dibungkus koran dan dimasukkan ke dalam wadah yang berlubang seperti tempat ayam. Menurut saya itu unik. Saya pun bertanya kepada mereka, oleh-oleh apa yang mereka beli. Mereka menajwab bahwa oleh-olh yang mereka beli adalah “peyem”. Lalu saya bertanya apa itu peyem? Ternyata peyem adalah sejenis tape, tetapi bukan tape. Pada umumnya keduanya memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Kalau tapi biasanya berwarna putih dabn berair serta lunak. Beda dengan peyem, peyem lebih kering, tidak keras dan juga tidak lunak namun warnanya kuning alami. Peyem rasanya juga lebih manis daripada tape. Pasalnya tape itu berair, bahkan ada yang agak kecut, sepet, atau pahit karena kebanyakan ragi. Dengan alasan itu akupun berniat akan akan memberli peyem setelah membelikan Muh. Ilyas the manis hangat. Karena saya tidak tahu tempat orang yang men jual peyem, saya bertanya kepada Ann D (VIII D). Dan Afin menjawab bahwa tempat penjual peyem itu ada disamping tempat saya membeli oleh-oleh bersam Bu Wahzanati tadi. Setelah kurang lebih 30 detik, saya berbincang-bincang dengan mereka, saya kemudian meneruskan langkah saya. Saya berjalan sambil melihat kanan kiri supaya saya bisa menemukan warung yang menjual minuman hangat.
Dari kejauhan saya melihat beberapa teman saya membeli seplastik minuman. Kemudian saya menghampiri mereka, saya lalu menyapa mereka dan langsung menuju warung yang mereka tinggalkan. Setelah sampai di warung itu, saya bertanya kepada penjualnya, apakah di warung ibu ada minuman hangat? Ya, ibu penjual minuman itu menjawab ada. Lalu saya memesan satu gelas teh manis hangat yang dibungkus plastik. Setelah mendengar ada pesan saya, ibu itu lalu beranjak membuat the manis hangat. Sambil menunggu saya melihat-lihat keadaan sekitar warug ibu tadi. Ternyata disekitar ibu berjualan minuman hangat itu, ada fasilitas kamar mandi umum. Dan tanpa sengaja saya melihat beberapa teman saya duduk-duduk di samping kamar mandi umum itu. Fasilitas di Cibaduyut ternyata lengkap-lengkap juga. Setelah teh manis yang dibuat oleh penjual wanita tersebut jadi, saya langsung membayar.
Ternyata uang yang dititipkan Muh Ilyas (VIII C) ada kembaliannya. Setelah ibu itu memberikan uang kembalian itu saya lalu berterima kasih kepadanya dan langsung beranjak pergi meninggalkan warung minuman ibu tadi. Saya berjalan cukup santai karena khawatir kalau nanti minuman hangat yang saya bawa itu pecah. Apalagi itu bukan minuman saya, bisa-bisa saya dimarahi Ilyas. Saat saya sadar bahwa saya masih punya rencana untuk membeli peyem saya pun mempercepat langkah saya. Saya berjalan kurang lebih dua menit jika dihitung dari warung penjual minuman tadi menuju tempat bus kami parkir. Setelah saya sampai di bus, saya lalu masuk bus dan langsung memberikan minuman plastik pesanan Ilyas kepadanya. Tak lupa juga saya menyerahkan uang kembaliannya kepadanya. Setelah Ilyas mengucapkan terima kasih kepada saya lantas saya menjawabnya. Lalu saya dengan agak tergesa-gesa, berlari-lari kecil menuju tempat saya membeli oleh-oleh tadi. Karena saya berlari, otomatis saya cepat sampai di tempat penjual oleh-oleh tadi. Sampai disana, saya langsung memesan satu kilo peyem dan harganya tidak mahal. Kurang dari Rp. 10.000,00. tidak mahal khan? Penjualnya malah menjawab pesanan saya dengan kata “iya, peyemnya baru dibuatkan”.
Mendengar jawaban penjualnya saya sedikit heran, karena saya melihat-lihat apa yang dilakukan semua karyawan penjual oleh-oleh itu tidak ada satupun dari mereka yang melakukan packing peyem. Ternyata yang membeli peyem itu tidak hanya saya sendiri, sehingga kita saling berteriak memesan peyem. Secara tiba-tiba seorang penjual oleh-oleh tadi, berbicara bahwa penjul peyemnya tidak ada ditokonya tetapi berada di samping tokonya. Beliau berbicara sambil menunjukkan arah dimana penjual peyem itu berada. Lantas beberapa dari kami langsung kecewa dan berteriak sebagai tanda penyesalan karena penjualnya tidak berterus terang sejak awal bahwa penjualnya berada di samping tokonya. Beberapa dari kami lalu beranjak menuju tempat penjual peyem tersebut. Jaraknya tidak terlalu jauh hanya sekitar 50 meter.
Setelah sampai di tempat penjual peyem kami siswa-siswi SMP N 1 Pengasih yang antri membeli peyem saling berteriak memesan peyem. Ada yang memesan satu kilogram, dua kilogram, dan bahkan ada yang memesan empat kilogram. Apa tidak berat tuh? Ya, memang pada awalnya saya hanya memesan satu kilogram, namun pada akhirnya sama memutuskan untuk membeli peyem seberat dua kilogram dengan alasan agar penjualnya cepat dalam memberikan uang kembaliannya kepada kami. Saya pun terus antri dan berteriak memesan peyem seberat dua kilogram. Akhirnya, setelah saya menunggu kurang lebih 5 menit, kini giliran saya untuk membawa peyem pulang. Setelah peyem berada di tangan saya tidak lupa membayar dengan harga yang telah ditentukan. Setelah saya mendapatkan peyem yang akan saya bawa pulang sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah, saya pun langsung pergi. Saya pun pergi, namun setelah melihat di samping penjual peyem itu ada seorang penjual buah strawberry, saya pun tertarik untuk membelinya. Dan saya kembali mengunjungi toko itu. Setelah sampai disana, penjual buah itu menawarkan dagangannya. Dia menawari saya buah strawberry dan buah kelengkeng. Saya pun memilih membeli buah kelengkeng. Saya juga tidak salah pilih. Saya memilih buah strawberry yang sudah bersih, besar-besar, dan kelihatan masih segar. Saya lalu bertanya soal harganya.
Harganya sedikit mahal untuk saya karena itu saya menawarnya. Ditengah cara transaksi kami, penjual buah itu bertanya kepada saya, saya ringking berapa di kelas. Saya lantas menjawab ringking satu. Setelah mendengar saya ringking satu, penjual buah itu akhirnya lunak juga hatinya untuk mengurangi harganya. Setelah kami sepakat tentang harganya, saya lalu membawa barangnya, dan tak lupa sebelum beranjak pergi saya membayar dulu. Setelah ini saya langsung pergi. Saat saya berjalan dengan santai, tiba-tiba terdengar suara Pak Prapto yang menginformasikan bahwa bus kami akan segera meluncur pulang. Maka dri itu, semua siswa SMP N 1 Pengasih yang sedang berada di luar bus terutama yang sedang berbelanja diharap segera menuju bus masing-masing. Mendengar informai itu, saya terus berlari-lari takut nanti tertinggal bus. Beban belanjaan yang ada di kanan dan kiri tangan saya mencapai 2 kg lebih tidak saya hiraukan. Dalam pikiran saya hanya berlari cepat secepat mungkin dan cepat sampai dibus agar tidak tertinggal bus. Saya pun terus berlari sampai capek dan berkeringat karena jaraknya memang cukup jauh kurang lebih 1 km. setelah kurang lebih 4 menit saya berlari, alhamdulillah akhirnya sampai juga saya di depan bus rombongan saya.
Alhamdulillah ternyata bus 3 SMP N 1 Pengasih, bus rombongan saya belum berangkat. Setelah itu saya langsung memasuki bus lewat pintu masuk depan. Setelah berada di dalam bus, saya pun langsung mencari kursi milik saya. Setelah berada di dalam kursi, saya lalu rebahan di atas kursi itu sambil meletakkan dan menata semua barang-barang yang sudah saya beli. Setelah selesai menata, saya melihat sekeliling kursi yang ada di dalam bus. Ternyata belum semua kursi terisi teman saya berarti hanya saya yang ada di dalam bus ditemani beberapa teman saya dari kelas lain. Melihat itu, pikiran saya acuh tak acuh, yang penting saya sudah berada di dalam bus dan tidak tertinggal di Cibaduyut. Tetapi setelah menunggu kurang lebih 5 menit, keadaan bus masih sama, yaitu sepi. Saya pun menyesalkan informasi yang Pak Prapto sampaikan tidak 100% benar. Nyatanya bus belum juga berangkat. Dengan pertimbangan itulah, saya memberanikan diri untuk keluar dan melanjutkan wisata belanja saya. Setelah berada di luar bus, saya melihat ada sekelompok deretan penjual boneka. Tiba-tiba sayapun teringat akan janji saya kepada adik saya untuk membelikannya boneka yang bagus. Tanpa pikir panjang saya langsung berjalan ke arah penjual boneka yang letaknya paling ujung. Di situ saya langsung memilih-milih boneka yang bagus.
Ada dua pertimbangan saya dalam memilih boneka untuk adik saya tersayang. Yang pertama, boneka itu harus ada nilai edukatif-nya dan yang kedua, agar boneka itu berwarna sehingga dapat membuatnya senang. Atas dasar itu, saya memutuskan untuk membeli boneka panda yang menggendong anaknya dengan dominasi warna putih dan pink. Saya kemudian menanyakan harga boneka panda itu. Walaupun bentuknya sedang, ternyata harganya juga sedikit mahal. Mungkin karena bahan yang digunakan untuk membuat boneka itu cukup berkualitas. Saya pun berusaha menawar harganya. Namun sayangnya penjual boneka itu tetap pada pendiriannya bahwa harganya sudah “pas” tidak boleh ditawar. Saya lalu berpikir sejenak. Dalam pikiran saya, janji harus diutamakan uang tidak menjadi penghalang. Setelah itu, saya lalu menyetujui harganya. Saya meminta penjualnya untuk membungkus boneka panda itu agar terlihat rapi dan tidak kotor karena bahan lapisan luarnya mudah terkena debu dan kusam. Setelah saya membayar, saya berjalan menuju bus. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya berkisar antara 5-6 meter. Sampai di bus, saya langsung naik dan mencari tempat duduk saya. Saya mulai melepas kepenatan sambil rebahan di atas kursi setelah seharian tadi kita melakukan wisata belajar dengan meng-observasi obyek wisata.
Karena bosan, saya lalu mengaktifkan Hp. Saya bisa Facebook-an untuk melepas kejenuhan sambil menunggu bus berjalan meluncur pulang, kami satu bus banyak bercerita tentang pengalaman berbelanja kami di Cibaduyut. Ada yang berbelanja kaos yang seragam, boneka-boneka unik, dan lainnya. Semuanya senang dengan bercanda ria. Tapi saya jadi tidak enak hati karena ada beberapa orang dari kami yang tidak berbelanja dengan alasan lagi sakit jadi, kondisinya tidak fit untuk berbelanja di luar. Apalagi udara malam di Cibaduyut saat itu terbilang cukup dingin. Ya, semoga mereka cepat sembuh, amien! Kalau untuk saya pribadi, dinginnya udara malam di Cibaduyut itu tidak terasa karena tertutup oleh rasa senang saya dalam menikmati wisata belanja malam di sana. Apalagi di sana harganya murah-murah, bisa ditawar lagi. Kesan saya yang paling mendalam adalah pada saat saya bertransaksi barang dengan penjual-penjual di sana. Rata-rata penjualnya adalah orang sunda asli. Ya, otomatis saya harus berusaha belajar sambil mempraktekkan bahasa sunda secara langsung. Ternyata saya bisa belajar walaupun sedikit demi sedikit. Kesan yang lain, adalah para penjual di sana ramah tamah dan juga jujur. Buktinya sewaktu saya membeli barang, penjualnya melayani saya dengan baik. Juga saat ada pembeli yang mau menge-chash Hp-nya di toko panjualnya, penjualnya mengingatkan agar nanti jangan sampai lupa untuk mengambilnya. Bukan malah mau mengambil Hp pembelinya.
Selamat Tinggal Cibaduyut

Setelah kurang lebih 15 menit kami menunggu, akhirnya crew bus dan para guru pendamping bus kami mulai memasuki bus. Setelah peserta cheking dan semua sudah lengkap, bus mulai berjalan meninggalkan Cibaduyut. Bus berjalan ke arah selatan dengan tujuan RM “Sukahati”. Bus berangkat dari Cibaduyut pukul 22.50 WIB. Pemandangan malam nampaknya tidak terlalu asyik karena dibarengi oleh dinginnya udara pada saat itu walaupun sudah semua AC ditutup.
Memandangi luar bus lewat jendela bus pun ku akhiri, saya lalu mencari hiburan lain di dalam bus. Sampai aku teringat bahwa aku masih mempunyai snack dan minumam bersoda. Mungkin kalau saya makan badan bisa tambah hangat dan bisa membangkitkan “mud” saya. Saya lantas membuka snack itu dulu. Saya memakan sebagian isinya. Saya lantas memintakan teman saya untuk membukakan tutup botol “Sprite” saya. Ternyata dia bisa, walaupun itu tidak menggunakan alat pencongkel (pembuka) tutup botol. Lantas saya meminumnya dengan cara menggunakan sedotan. Saya minum beberapa tegukan, namun badan rasanya sudah mulai segar. Saya mulai aktif lagi. Sambil makan dan minum, saya melihat-lihat indahnya malam Kota Bandung. Dingin tak terasa lagi. Saya lalu mendengarkan music player dari Hp saya. Semuanya gembira, tak terlihat seorang pun yang murung. Mungkin karena sudah puas berbelanja. Perjalanan ini seperti lama, namun ternyata sebentar. Hanya sekitar dua jam, maka pada pukul 23.15 WIB, kami sampai di Rumah Makan Sukahati. Kami kemudian turun untuk makan malam. Kami masuk dan tanpa penjelasan dari pihak bus, kami disuruh memasuki lorong menuju ruang makan untuk siswa. Ternyata ruang makan untuk para siswa itu letaknya berada di belakang lorong  para penjual. Ya, di dalam lorong itu kami dapat menjumpai para pedagang yang menjual barang-barang oleh-oleh, seperti ada kaos, boneka, jaket, dan aksesoris lainnya. Pada saat saya melewati seorang pedagang laki-laki, dia menawari saya dua buah boneka kecil “shaun the sheep” dengan harga yang sangat terjangkau. Saya juga melihat, dia tidak hanya menjajakan boneka saja tetapi banyak aksesoris. Saya ingin juga meng-oleh-olehkan adik saya boneka itu karena adik saya memang suka film “shaun the sheep”.
Karena tak bawa uang, sayapun lalu menunda keinginan saya itu. Saya berencana membeli boneka itu setelah makan malam. Saya lalu mengikuti langkah teman-teman yang terus menyusuri lorong itu. Sampai di ujung lorong, saya menemukan rumah yang ada ruang makannya dan lengkap dengan kamar mandi. Namun, letak kamar mandi itu ada di luar ruang makan sebelah kiri rumah makan. Karena saya merasa kurang nyaman sebelum buang air kecil, maka saya memutuskan untuk menuju kamar mandi terlebih dahulu. Setelah selesai buang hajat, saya lalu memasuki ruang makan dan mulai mengambil piring untuk makan. Semua dilayani petugas rumah makan, mulai dari mengambil sayur, mengambil tempe, dan mengambil daging. Namun, saya merasa tidak nyaman kalau harus dilayani terus seperti itu. Saya lalu mengambil kerupuk dan secangkir teh manis hangat. Beranjak dari meja tempat mengambil makanan saya menuju meja makan. Saya memilih tempat yang banyak teman-teman saya. Saya memilih tempat makan di sebelah barat. Tanpa berbosa-basi lagi, perut mulai meminta makanan alias perut keroncongan. Saya lalu berdo’a dan menyantap makanan dengan santai. Semua saya nikmati dengan penuh rasa. Setelah saya makan, saya lalu mengikuti teman-teman yang mau sholat Maghrib dan Isya yang di jama’ qasar. Tiba lagi saat saya melewati lorong itu. Saya kembali menemukan hal yang menarik bagi saya. Saya tertarik melihat kaos-kaos yang bergambar Kota Bandung. Namun, saya tetap menimbang-nimbang lagi apakah saya butuh kaos itu. Saya rasa kaos yang sudah saya beli sudah cukup banyak bagi saya. Sehingga saya tidak jadi membeli kaos itu. Saya juga tidak jadi membeli boneka “shaun the sheep” karena saat tawar harganya, penjualnya tidak memperbolehkan. Jadi, saya juga tidak jadi membeli boneka itu.
Sebenarnya saya menyesal tidak jadi membelikan boneka itu untuk adik saya. Namun apa dikata, saya sudah memutuskan untuk membelinya. Dengan rasa galau, saya meninggalkan pedagang aksesoris itu. Lorong kembali saya telusuri sampai ujung. Sampai di ujung, kami menemukan pintu keluar. Lantas saya berusaha mencari masjid. Pada waktu itu, saya berjalan berkelompok dengan teman-teman saya. Secara tiba-tiba, kami dihadang beberapa orang pedagang. Ada pedagang syal, boneka, dan makanan serta baju dan kaos. Saya sendiri secara langsung dihadang oleh seorang kakek-kakek yang berjualan syal. Saat ditawari syal, sebenarnya saya mau membelinya, supaya kalau nanti saya pakai, saya bisa terlihat keren dan modis. Saya jadi mengurungkan niat saya dan saya menolak untuk membeli syal itu karena ternyata kebanyakkan syalnya itu bertuliskan suporter sepak bola. Ada Viking, Jack mania, dan lainnya. Saya tidak jadi membeli syal-syal itu karena takut nanti kalau bisa menimbulkan perpecahan karena sekarang ini banyak suporter bola yang suka bentrok. Saya menolak membeli syal itu kepada kakek itu dengan alasan bahwa saya bukan jack mania ataupun viking. Lantas saya langsung meninggalkan kakek itu.
Saat saya mau berjalan ke bus untuk menaruh jacket, tiba-tiba di depan saya adas seorang bapak-bapak yang berjualan jenang dodol. Dia menawari saya jenang dodol itu. Namun karena saya merasa sudah pernah merasakan dan memakannya. Saya jadi kurang begitu menyukainya. Tapi saya tetap ingin membelinya sebagai tambahan oleh-oleh untuk keluarga di rumah walaupun kemarin pada saat adikku piknik, dia juga sudah membeli oleh-oleh seperti itu di Jogja. Langsung saya bertanya harganya. Saat saya dengar harganya sama di Jogja, saya pun lalu menawarnya. Karena penjualnya berkeras dengan harganya, saya jadi ilfeel dan saya tidak jadi membeli. Saya pun meninggalkan bapak-bapak itu. Saat saya mau kembali memasuki bus, saya kembali dihadang oleh seorang penjual boneka. Penjual boneka itupun langsung menyodorkan dagangannya dan langsung menawari saya.
Dia menawarkan dagangannya sambil promosi ria. Dia mengatakan bahwa bonekanya bagus, halus, chiby-chiby dan harganya kalau kita membeli di supermarket bisa 1,5 kali lipat lebih mahal. Memang, saya lihat boneka itu sedang, unik bentuknya, dan halus bulu-bulunya. Saya tertarik untuk membeli. Kemudian saya mengambil uang di dalam bus. Saat uang sudah berada di tangan saya langsung turun ke luar bus. Seketika itu, penjual boneka tadi berada di depan pintu bus. Saya langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk menawar harganya karena pada saat itu banyak siswa yang mau naik turun bus untuk mengambil sesuatu di dalam bus. Karena merasa tergesa-gesa, akhirnya penjual itu memperbolehkan boneka dagangannya saya beli dengan harga yang jauh lebih murah daripada harga yang tadi ditawarkan. Terima kasih penjual boneka. Setelah mendapatkan boneka itu saya kembali ke dalam bus untuk meletakkan boneka itu di kursi saya. Tiba-tiba, aku teringat sesuatu saat Pak Khusnul menjemput kami. Oh … iya, tujuan kami setelah makan malam adalah sholat jama’ qashar di Masjid RM Sukahati. Dengan segera kamipun turun dari bus dan berjalan menuju masjid itu.

Pusing yang Mendera

Jarak masjid itu dengan bus kami tidak terlalu jauh, hanya sekitar 50 meter. Jalan yang saya tempuh sudah bagus. Jalanannya sudah dicorblock. Tiba di depan masjid itu saya langsung terbelalah. Soalnya di depan masjid itu ada beberapa orang pedagang jacket yang menjajakan dagangannya dengan beralaskan tikar. Saya sebetulnya ingin sekali membeli jacket itu. Saya lihat jacket-nya bagus dan halus. Saya tidak jadi membeli karena uang saya tertinggal di dalam bus. Saya pun mengurungkan niatan saya untuk membeli jacket itu. Melihat banyak teman yang sudah mulai berwudhu, saya pun langsung segera mengikuti mereka, takut tertinggal. Saya lantas memasuki tempat wudhu untuk berwudhu. Fasilitas di tempat itu sudah cukup lengkap. Di sana ada kamar mandi, WC, kaca untuk berkaca, dan lantai tempat wudhunya bersih. Pokoknya nyaman di sana. Setelah berwudhu saya mulai memasuki areal masjid. Ternyata di dalam sana sudah ada beberapa teman saya yang sedang menunaikan sholat. Saya pikir shalat yang mereka lakukan adalah shalat subuh, sehingga saya berniat shalat subuh dan langsung mengikuti mereka. Pada saat berdiri, saya merasa seluruh bangunan masjid itu bergerak. Saya pusing dan bingung. Rasanya saya berputar-putar sendiri. Setelah shalat, saya baru sadar bahwa shalat yang harus kita kerjakan adalah shalat jama’ qhasar maghrib dan isya’.
Ternyata saya salah. Saya jadi bingung. Untung saja ada rombongan Pak Didit yang akan melakukan sholat jama’ qasar magrib dan isya’, tanpa ragu saya lalu mengikuti mereka menjadi makmum. Saat saya berdiri dan sujud, saya kembali merasa pusing. Sholat yang saya lakukan jadi tidak khusuk. Sambil sholat saya mencari sebab asal saya pusing. Mungkin karena bangunan masjid yang menurut saya menghadap ke arah timur atau juga karena saya kurang tidur. Setelah selesai sholat, saya berdo’a agar saya diberi kesembuhan dari pusing ini oleh Allah dan semoga kita sampai di SMP N 1 Pengasih dengan selamat. Amien!!! Setelah selesai sholat, saya kemudian meninggalkan masjid itu dan berjalan menuju bus kami. Sampai di bus, saya langsung tiduran di atas kursi dan berharap semoga rasa pusing saya cepat hilang. Saya dan rombongan juga merasa capek. Kami menunggu crew bus selama 15 menit. Setelah semua crew bus memasuki bus, kami langsung meluncur menuju SMP N 1 Pengasih. Kami berangkat pada pukul 23.55 WIB.
Saat bus kami berjalan, saya kembali menata semua barang yang telah saya beli. Saya menata mereka dengan tujuan agar posisi duduk saya nyaman. Pada saat itu “Sprite” saya belum habis, maka saya menatanya di tempat paling atas dan bersandarkan kursi teman saya, Jody Prasetya (VIII A). Setelah itu saya mencari posisi yang nyaman untuk saya tidur-tiduran dan mendengarkan musik. Saya kemudian menghidupkan Hp saya dan langsung memutar music player dalam Hp saya. Saya memutar lagu yang menurut saya bagus untuk didengar dan bagus untuk mengantar saya tidur. Lama-lama saya terlalu asyik mendengarkan lagu. Saat saya mulai bosan akupun meletakkan Hp ku di samping jendela bus dan sekaligus mematikan music player-nya. Saat aku mulai ngantuk, tiba-tiba ada seorang teman yang meminta izin meminjam Hp saya. Sayapun memperbolehkannya. Lama-kelamaan saya tertidur pulas. Sebelum tertidur, saya masih sempat melihat jam, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 01.15 WIB. Saya sudah ngantuk sekali. Mungkin karena saya sudah terlalu capek. Akhirnya, rasa capekpun membawa saya ke alam mimpi.


Perjalanan ke Gombong

Bus terus melaju tanpa saya sadari. Saya baru sadar saat saya bangun pada pukul 04.15 WIB. Saat saya bangun, tiba-tiba bus berhenti di depan sebuah SPBU, saya tidak tahu SPBU mana itu karena tidak menemukan petunjuk jalan dan tempat disitu. SPBU itu sendiri belum ada petugasnya. Selesai melihat-lihat keadaan luar, tiba-tiba terdengar suara Pak Ngudi yang menginstruksikan kita supaya turun menuju mushola. Sayapun segera turun dan mengikuti langkah Pak Ngudi. Ternyata kita dibawa ke sebuah mushola yang jaraknya tidak terlalu jauh dari bus kami. Hanya sekitar 200 meter. Sampai di mushola itu saya dan teman-teman langsung duduk di serambi mushola. Kami duduk di sana sambil mengucek-ucek mata karena masih ngantuk. Apalagi kita tidurnya kurang dari 4 jam. Setelah 5 menit kami duduk-duduk, tiba-tiba ada seorang pengurus mushola itu yang memberi informasi bahwa ternyata belum masuk waktu sholat subuh. Mendengar informasi itu, hati saya menjadi tergugah untuk menunaikan sholat tahajud. Saya pun segera mengambil air wudhu dan langsung berwudhu. Selesai berwudhu, saya lalu memasuki mushola itu. Saya langsung menunaikan sholat tahajud. Dalam sholat, saya masih sempat pusing dan merasa bahwa mushola itu berputar-putar. Maka dari itu, saat saya melakukan gerakan sujud, saya sempatkan untuk membaca do’a agar disembuhkan dari penyakit “pusing” ini. Setelah selesai sholat sayapun duduk-dudk di dalam masjid sambil menunggu adzan subuh. Setelah kurang lebih 5 menit kami menunggu, akhirnya datanglah seorang pengurus masjid yang langsung berada di barisan depan dan mulai adzan. Pada saat beliau adzan, saya sedikit tertawa geli karena mendengar suara logat adzan muadzin tersebut. Saya sedikit merasa asing dengan logat itu, namun pada dasarnya lafal adzan yang dibacakan sama. Maka dari itu, saya tetap berusaha menyesuaikan diri. Setelah muadzin tadi ber-adzan, para siswa dan guru serta masyarakatpun langsung berdatangan menuju mushola itu. Namun karena musholanya terbilang kecil, orang yang mau sholat subuh harus bergantian dan berkloter-kloter seperti orang yang mau ibadah haji.
Alhamdulillah saya berada di kloter pertama, jadi saya langsung bisa sholat subuh berjamaah. Setelah selesai sholat subuh berjamaah, saya lalu keluar mushola itu untuk segera memakai sepatu mengingat masih banyak orang yang belum menunaikan sholat subuh. Sambil memakai sepatu saya berbincang-bincang dengan teman saya. Saya dan teman saya membicarakan tentang toilet yang ada di hadapan kami tetapi toilet itu bukan bagian bangunan dan mushola itu. Saat saya tanya teman saya tentang jasa penggunaan toilet itu, saya terkejut mendengar jawabannya. Ternyata, toilet itu digunakan tidak untuk cuma-cuma alias kita harus membayar kepada penjaga toilet itu setelah kita menggunakan toilet itu. Saya jadi mengurungkan niat saya untuk buang air kecil di toilet itu karena sebenarnya pada saat itu saya ingin buang air kecil. Saya kemudian berjalan menuju bus bersama teman-teman dan Pak Khusnul. Saya tidak tahu apa tujuan Pak Khusnul berjalan menuju bus 3. Setahu saya, Pak Khusnul bukan bagian crew bus 3 maupun guru pembimbing kami. Saya baru tahu tujuan Pak Khusnul menuju bus 3 saat Pak Khusnul membangunkan para siswa SMP N 1 Pengasih yang belum sholat subuh. Ternyata masih banyak teman-teman saya yang masih terlelap tidur. Kemudian Pak Khusnul membangunkan mereka dengan paksa. Sayapun setuju dengan tindakan Pak Khusnul yang bertujuan untuk mendidik itu.
Setelah mereka bangun, Pak Khusnul mengajak mereka ke mushola tadi untuk menunaikan sholat subuh. Setelah kejadian itu, bus pun menjadi sepi. Karena tadi saya belum jadi buang air kecil, saya pun mencari toilet. Mengingat di tempat itu ada SPBU, pasti ada toiletnya. Kemudian saya berjalan menuju SPBU itu. Saya terus mencari-cari toilet di SPBU itu, namun sialnya saya tidak menemukannya. Sayapun kembali ke bus. Tanpa melihat-lihat keadaan bus itu saya lagsung membuka pintunya. Namun, ternyata orang-orang yang ada di dalamnya bukan teman-teman saya. Saya kemudian tersadar bahwa itu bukan bus saya. Sayapun langsung keluar dan menutup kembali pintu bus itu. Betapa malunya saya pada saat itu, kemudian saya mencari bus saya. Sebelum saya masuk bus, saya terlebih dahulu menelitinya. Dan akhirnya saya menemukan bus saya. Ternyata bus saya tidak jauh dari bus yang salah saya masuki tadi. Kedua bus itu parkir bersebelahan. Sayapun kemudian masuk bus saya dan saya memutuskan untuk buang air kecil di dalam kamar mandi bus. Setelah selesai buang air kecil saya duduk di kursi saya sambil bersantai menunggu teman-teman saya yang sholat subuh tadi. Tak berselang 15 menit, teman-teman saya yang dari mushola mulai berdatangan. Setelah semua memasuki bus dan sudah lengkap, tak terkecuali crew bus dan para guru pendamping kami, bus kamipun mulai meluncur menuju Gombong, tempat terakhir kita untuk membeli oleh-oleh.
Kami berangkat pukul 04.20 WIB. Di perjalanan menuju Gombong aku banyak tidur di dalam bus. Mungkin karena kelelahan dan rasa pusing yang mendera saya. Saya tidak tahu jalan-jalan mana yang dilewati saat saya tidur. Saya baru terbangun saat bus sedang berhenti di depan sebuah toko. Toko itu bernama Gethuk Goreng “88” Pak Rodus. Toko itu menjual aneka makanan oleh-oleh dan gethuk goreng. Bus kami berhenti disitu karena kami akan membeli oleh-oleh di toko itu. Mendengar bahwa toko itu adalah toko tempat kita akan membeli oleh-oleh di Gombong, saya langsung turun bus mengikuti teman-teman yang sudah ada di depan. Kamipun memasuki toko itu dan segera memilih-milih makanan yang dijajakan. Semua makanan dijajakan di atas rak kecuali untuk gethuk goreng. Gethuk goreng dibungkus menggunakan besek dan diletakkan di atas meja kasir yang luas. Sehingga saat pembeli mau membeli gethuk goreng bisa secara langsung pesan di tempat kasir. Saya dan teman-teman lain serta para guru juga sibuk memilih oleh-oleh. Saya sendiri tidak bermaksud membeli oleh-oleh dengan alasan penghematan.
Saat saya sampai di rak yang ada dodol garutnya, saya menjadi ingin membeli. Namun saya tidak jadi membeli dodol itu karena seorang guru, Bu Tin mengatakan bahwa dodol itu tidak enak rasanya alias kecut karena dodol itu berperasa nanas. Bu Tin juga menyarankan saya untuk membeli gethuk goreng. Beliau mengatakan bahwa gethuk goreng rasanya lebih enak daripada dodol itu.
Sayapun tertarik untuk membeli gethuk goreng itu. Maka dari itu, saya berjalan menuju kasir. Kebetulan disitu ada sepiring gethuk goreng yang khusus untuk dicoba para pembeli sebelum mereka membelinya. Saya tidak melewatkan kesempatan itu. Awalnya saya hanya mengambil satu potong gethuk goreng, dan sayapun mencicipinya. Ternyata rasanya biasa saja, seperti gethuk yang digoreng biasa. Dengan alasan itu, saya tidak jadi membeli gethuk gorengnya. Karena saya tidak jadi membeli, saya jadi ingin mencicipi lagi gethuk goreng itu. Akhirnya saya mengambil dua potong gethuk goreng lagi. Gethuk goreng itu saya nikmati sambil berjalan menuju bus tanpa membeli oleh-oleh apapun. Saya lalu memasuki bus dan duduk di kursi saya sambil menunggu teman-teman yang sedang membeli oleh-oleh di toko itu. Kami menunggu mereka kurang lebih selama 25 menit. Kemudian semuanya mulai memasuki bus masing-masing. Setelah semua lengkap, bus kami berjalan pulang menuju SMP N 1 Pengasih.

Perjalanan Pulang
Bus mulai berjalan menuju SMP N 1 Pengasih pada pukul 09.00 WIB. Di dalam bus, udara sudah terasa panas mungkin karena hari sudah mulai siang. Kemudian, saya membuka lubang AC yang ada di atas kepala saya. Setelah saya membukanya, wah udara terasa sejuk. Kemudian saya menikmati pemandangan yang tersaji di kanan dan kiri jalan yang kami lewati. Ternyata jalur yang kami lewati itu berbeda dari jalur kita berangkat. Saya tidak tahu jalan mana saja yang dilewati. Pemandangan itu lama-lama membuat rasa kantukku bermain. Saya merasa tidak tahan lagi menahan rasa kantuk saya. Akhirnya rasa kantuk itu mengantarkan saya pada alam mimpi yang indah. Saya baru terbangun dari tidur saya saat saya melewati sebuah jalan yang banyak debunya. Saya sungguh terkejut, kenapa jalan-jalan itu tertutup debu yang cukup tebal. Bukan hanya badan jalan yang tertutup debu namun juga pohon-pohon dan tumbuhan yang ada di kanan kiri jalan itu.
Saya tidak tahu daerah mana itu. Saya baru tahu daerah yang saya lewati pada saat bus sudah mulai memasuki kawasan Pantai Glagah. Saya mengetahui bahwa kita sudah sampai Kecamatan Temon, berarti sebentar lagi kita akan sampai di SMP N 1 Pengasih. Bus kemudian memasuki daerah Plumbon dan kemudian memasuki daerah Wates. Kami juga melewati Alun-alun Wates dan perjalanan dilanjutkan menuju SMP N 1 Pengasih. Tak berapa lama, bus kamipun sampai di SMP N 1 Pengasih. Alhamdulillah, semua sampai di SMP N 1 Pengasih dengan selamat. Kemudian, kami turun dari bus masing-masing sambil membawa barang-barang yang telah kami beli. Kemudian kami melakukan ceking peserta. Setelah itu semua siswa diperbolehkan pulang menuju rumah masing-masing. Alhamdulillah, karya wisata ini dapat sukses dan lancar.

 PENUTUP


Alhamdulillah, karya wisata ini dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Kesuksesan karya wisata ini tak luput dari kerjasama berbagai pihak. Maka dari itu saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu. Semoga Perjalanan Karya Wisata SMP N 1 Pengasih ini dapat menjadi sebuah kenangan yang berharga dan sulit untuk dilupakan. Dan semoga menjadi kesan tersendiri bagi kita semua.
Bagi saya sendiri, saya sangat merasa senang. Mungkin perjalanan karya wisata ini bisa menjadi perjalanan saya yang pertama dan terakhir ke Jakarta. Makanya saya sangat mengapresiasi kegiatan karya wisata ini. Bagi saya, pengalaman ini adalah pengalaman yang berkesan sekali. Di perjalanan itu saya seperti menemukan keluarga kedua setelah keluarga pertama yang ada di rumah. Di perjalanan itu pula saya banyak menemukan motivasi hidup dan yang terpenting dari itu semua adalah kebersamaan yang terjalin di antara kita. Rasanya saya sangat ingin mengulangi momentum itu. Semua rasanya bagitu cepat. Namun saya masih terus mengenang perjalanan itu.
Saran-saran yang saya berikan diantaranya :
1)      Semua peralatan yang akan digunakan karya wisata sebaiknya dicek dulu supaya tidak ada gangguan dalam perjalanan.
2)      Sebaiknya saat perjalanan, rute-rute yang akan dilewati dipastikan dulu supaya nanti tidak terjebak macet.
3)      Dalam perjalanan, sebaiknya semua perjalanan dipastikan tepat waktu.
4)      Obyek-obyek wisata yang kurang bersih, sebaiknya dibersihkan lagi.
5)      Sebaiknya, sarana dan prasarana MCK baik di dalam bus maupun di obyek wisata pelayanannya lebih ditingkatkan.
Menurut saya, cukup sekian saran-saran yang saya berikan, semoga bisa menjadi periksa dan pelayanannya dapat ditingkatkan. Harapan saya semoga karya wisata yang akan datang lebih baik lagi. Aamiin!


No comments:

Post a Comment