KEINDAHAN KOTA JAKARTA
DAN BANDUNG
Disusun oleh :
Dwiyanto (VIII D)
SMP NEGERI 1 PENGASIH
KULON PROGO
PENGANTAR dan PENDAHULUAN
Berwisata memang menyenangkan. Terlebih jika ditambah dengan
pembelajaran, pasti akan membuat hati senang dan ilmu bertambah. Demikian juga
kami, anak kelas VIII SMP N 1 Pengasih. Guna memberikan hiburan dan ilmu serta
menambah kegiatan setelah menerima rapor, kami siswa VIII SMP N 1 Pengasih mengadakan
sebuah kegiatan yang disebut “Karya Wisata”
Karya wisata tidak sekedar piknik atau mencari hiburan namun hiburan dan
pandangan baru, tetapi juga bisa menambah ilmu dan menghasilkan sebuah karya.
Karya itu adalah laporan perjalanan. Karya wisata juga akan lebih berkesan jika
yang dipilih adalah obyek-obyek yang bagus, bernilai edukatif, populer, dan
bermanfaat bagi semua orang. Karya wisata juga merupakan kegiatan yang unik
karena kegiatan ini tidak seperti wisata pada umumnya. Dimana kegiatan ini
tidak dilakukan secara perorangan maupun pribadi, tetapi lebih ditekankan pada
sebuah kebersamaan. Karena karya wisata ini dilakukan secara terorganisasi baik
oleh pihak sekolah, komite sekolah dan biro wisata.
Kebersamaan akan bermakna karena menyangkut canda tawa dan pengalaman
yang tidak terlupakan. Entah pengalaman baik atau buruk. Semua akan diingat dan
direkam di dalam memori kita masing-masing. Di mana canda tawa dan kebersamaan
akan berperan aktif dan utama dalam perjalanan ini. Jadi, kebahagiaan akan
merata tidak hanya dirasakan satu atau dua pihak saja.
SMP N 1 Pengasih mengadakan karya wisata untuk menambah wawasan anak-anak
khususnya kelas VIII. Telah itu juga untuk menghibur anak-anak setelah belajar
selama enam bulan. Kegiatan ini dapat terselenggarakan dengan kerjasama
berbagai pihak. Perjalanan karya wisata kita, menuju Jakarta dan Bandung. Dua
kota yang popular dengan pesona dan keindahannya. Selain itu, juga menyimpan tempat-tempat
atau wahana edukatif yang banyak. Oleh karena itu, kami sangat menikmati
perjalanan karya wisata ini.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa akhirnya saya dapat
menyelesaikan Laporan Perjalanan Karya Wisata yang berjudul “Keindahan Kota
Jakarta dan Bandung” ini dengan tepat waktu.
Perjalanan Karya Wisata ini bertujuan untuk menambahkan kegiatan setelah
selesai tahun ajaran 2011/2012 dan untuk menambah wawasan kita. Tujuan karya
wisata kita adalah Jakarta-Bandung dan Bogor. Ketiga kota itu sangat mempesona.
Di dalamnya menyimpan banyak keindahan dan daya tarik yang besar. Tak
ketinggalan kota-kota itu juga menyimpan tempat yang bernilai edukatif.
Sehingga, perjalanan ini juga telah banyak memberikan dan menambah wawasan
kita.
Laporan perjalanan karya wisata ini dapat tersusun dengan baik berkat
bantuan dan bimbingan dari pihak lain. Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1)
Bapak Drs. H. Boko Suroso, M.Pd.I yang telah memberikan
izin kepada kami untuk membuat karya tulis setelah mengadakan perjalanan karya
wisata ini.
2)
Ibu Dra. Nurnaeni A.F yang telah membimbing kami dalam
menyusun Laporan Perjalanan Karya Wisata ini.
3)
Pihak lainnya yang ikut andil dalam penyusuna laporan
ini.
Saya menyadari Laporan Perjalanan ini masih ada kekurangannya, maka dari
itu saran dan kritik saya harapkan dari pembaca laporan ini. Dan saya berharap
semoga laporan perjalanan ini bermanfaat bagi pembacanya.
Pengasih, 10 Agustus 2012
Penyusun
Awal Perjalanan yang Melelahkan
Awal perjalanan karya wisata dimulai dari SMP N 1 Pengasih. Ketika semua
siswa sudah berkumpul dengan barang-barang yang akan dibawanya, kami melakukan
kegiatan ceking peserta. Setelah selesai ceking peserta, kami menuju busnya
masing-masing. Tak lupa kami membawa barang-barang kami. Demikian juga aku, aku
membawa tiga tas. Menurutku itu juga lumayan berat. Karena ada satu tas besar
berisi pakaian dan seragam identitas, satu sedang berisi buku, kertas, dan alat
tulis menulis, dan tak ketinggalan ada satu tas kecil berisi makanan keripik
dan ketela rebus buatan ibuku.
Setelah semua siap, bus kamipun melaju. Bus meluncur dari sekolah pukul
07.15 dengan tujuan rumah makan padang “Mura Meriah” di Ciamis, Jawa Barat. Bus
saya itu bus 3 dan berangkat dengan urutan kedua ssetelah bus 4. Bus kami
berisi 42 siswa kelas VIII, terdiri atas VIII A, VIII C, dan VIII D. seorang
kernet dan seorang sopir dari Biro, serta 5 orang guru dari SMP N 1 Pengasih,
ada Pak Ngudi, Pak Hadi, Bu Tri, Bu Nur, dan Bu Apri. Bus kami menempuh rute
perjalanan dengan jalur selatan. Dari SMP N 1 Pengasih, bus kami melewati kota
Wates, Daerah Bendungan, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kebumen, Kabupaten
Banyumas, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Ciamis di Jawa Barat.
Dalam perjalanan kami sangat asyik. Entah makan-makan bekal yang kami
bawa, asyik mendengarkan musik dari HP pribadi maupun dari TV yang ada di dalam
bus, dan juga sebagian dari kami ada yang asyik bertukar lagu, video, bluetooth
karena kalau melalui mms itu berbayar. Aku kan lagi tidak ada pulsa. Aku juga
menyaksikan pemandangan yang indah, entah pemandangan di desa maupun kota
karena rute yang masih kasar tetapi jalannya tidak mengundang kemacetan lain di
kota jalannya bagus tapi ada saatnya harus macet. Mengenai pemandangannya
sendiri di desa masih asri sedangkan di kota sudah banyak gedung-gedung yang
menjulang tinggi.
Saat pukul 10.00 WIB, bus kami sudah sampai Kabupaten Purworejo. Banyak
dari kami yang sudah merasa lapar, lalu dibagikan snack. Kami makan snak dengan
lahap. Saat pukul 11.00 WIB, bus sudah mencapai Kabupaten Banyumas. Afriansyah
Purna Adirama W (VIII A) meminjam jadwal perjalanan karya wisata yang saya
punya, lalu dia mengabarkan bahwa jam 12.00 WIB kami diharapkan sudah sampai di
Rumah Makan Padang untuk makan siang. Kamipun senang karena tinggal satu jam
lagi kami akan sampai dan makan siang. Tetapi harapan kami disusul rasa kecewa
karena saat pukul 12.00 WIB, bus kami baru mencapai Kabupaten Cilacap.
Akhirnya penantian kami sampai juga. Pukul 15.10 kami telah sampai di
rumah makan padang “Murah-Meriah” di Kabupaten Ciamis. Kamipun turun lalu
menunaikan Sholat Luhur dan Asar dahulu di masjid yang ada di rumah makan itu.
Beberapa dari kami ada yang kesulitan buang air kecil di masjid itu karena kamar
mandinya hanya ada satu. Lebih parahnya saat masih kurang sepuluh orang yang
berwudhu air dari kran habis sehingga, kami berwudhu harus cepat. Entah basah
atau tidak. Setelah selesai sholat, kamipun makan siang di rumah Padang
tersebut. Kami makan dengan lahap dan saling bertukar cerita dengan siswa dari
bus lain. Obrolan kami banyak yang membicarakan siapa yang mabok perjalanan.
Setelah selesai makan dan shalat, kamipun melanjutkan perjalanan ke Jakarta.
Perjalanan ke Jakarta
Kami berangkat dari rumah Makan Padang itu pukul 16.45. Kami berangkat
melalui Ciamis lalu ke Kabupaten Bandung, Kabupaten Purwakerta, Kabupaten
Karawang dan Jakarta Raya. Saat sampai di SPBU Kabupaten Purwakerta, banyak
dari kami yang turun untuk buang air kecil, tidak terkecuali guru-guru kami. Tetapi
ada juga yang membuang sampah. Setelah semua lengkap dan naik di bus, buspun
melaju menuju Kabupaten Karawang. Di Kabupaten Karawang, kami menempuh jalur
pedesaan. Tempatnya masih asri dan nyaman. Di kanan dan kiri jalan ada pepohonan
yang masih rindang. Ada dari kami yang tertidur pulas mungkin karena lelah dan
keenakan mendengarkan lagu-lagu yang diputar di TV bus kami. Pukul 18.00 WIB,
bus kami sudah sampai di Jalan Raya Karawang. Menurut rencana bus kami mau ke
Jakarta Raya melalui Kota Karawang, namun karena macet di jalan Raya Karawang,
bus kami putar balik menuju SPBU Kota Karawang dan menuju Jakarta Raya melalui
Bekasi. Saat mulai malam, aku mulai tidak memperhatikan lagi bus kami sampai
mana karena sudah malam sehingga aku tidak bisa membaca petunjuk-petunjuk yang
ada di jalan. Malam itu hanya aku isi dengan mendengarkan musik dari Hp-ku
sendiri dan menikmati dinginnya malam itu. Pukul 21.10 WIB, mataku sudah tidak
kuat lagi untuk menahan godaan kantuk, akupun tertidur pulas di kursi nomor 19.
Pukul 03.15 WIB, aku mulai bangun, ternyata bus kami sudah sampai di
Graha Wisata Ragunan. Setelah saya bangun, kita semua lalu mengemasi
barang-barang untuk dibawa ke Graha Wisata Ragunan untuk bermalam. Saat kita
masuk, beberapa dari kami ada yang mampir menonton pertandingan pila Euro 2012
final antara Spanyol vs Italia. Kami sangat senang, kami tidak terlambat
menonton pertandingan tersebut. Pendukung Spanyol merasa senang karena skornya
sudah 2-0. Setelah puas menonton kami lalu naik mencari kamar. Kamar untuk
siswa laki-laki ada di lantai 3.
Lalu aku mencari kamar. Akhirnya aku mendapat kamar dengan nomor 312. Aku
sekamar dengan Rahmat Afian (VIII A). Agata Nanda Leonardi (VIII A), Dwi Octama
(VIII A), Yoga (VIIIA), dan Wahyu Andrean (VIII D). Hal pertama yang aku lakukan
setelah masuk kamar adalah meletakkan barang-barang bawaanku di tempat tidur
pilihanku. Di setiap kamar ada 3 tempat tidur bertingkat satu. Aku memilih.
Setelah itu aku sibuk mencari stop kontak untuk mengecash HP-ku. Karena baterainya
sudah habis. Setelah aku mendapatkan tempatnya aku langsung turun untuk sholat
maghrib dan Isya yang di Jama’ Qasar. Kami turun dan memuaskan hasrat untuk menonton
Euro 2012 lagi, saat detik-detik akhir pertandingan skornya sudah 4-0 untuk
Spanyol. Pendukung Spanyolpun bertambah gembira. Setelah pertandingan usai kami
langsung menuju mushola yang ada di sebelah barat Graha Wisata Ragunan. Kami
shalat pukul 03.30. Setelah selesai shalat kita semua makan malam di ruang
makan sejak tadi sore. Setelah selesai makan, saya naik menuju lantai 3 lalu
mencari kamar saya. Lalu saya menengok HP saya baterainya sudah penuh atau
belum. Ternyata belum penuh tetapi sudah dapat dihidupkan. Kemudian saya santai
sambil tidur-tiduran dan update status saya di Facebook. Ternyata dari
kelas lain juga banyak yang online. Kamipun bertukar cerita melalui message di Facebook. Karena bosan, saya pun
melihat-lihat suasana pagi di Jakarta melalui balkon di kamar saya.
Pemandangannya bagus tetapi tidak seperti apa yang saya duga. Saya menduga
bahwa Jakarta pasti banyak rumah susunnya sehingga padat. Tetapi yang terlihat
hanya bangunan yang tidak terlalu tinggi tetapi masih sedikit rusak. Setelah
bosan melihat pemandangan, aku lalu keluar kamar dan kemudian ada suara Pak
Prapto yang menyuruh kita untuk shalat subuh ternyata sudah pukul 04.30 WIB.
Akupun langsung meminjam sandalnya Agata Nanda Leonardi (VIII A) untuk alas
kakiku karena kalau bawa sepatu terlalu lama memakai dan melepasnya kebetulan
juga Nanda sedang mandi.
Aku lalu turun menuju mushola. Kamipun sholat subuh berjamaah. Setelah
selesai sholat, kami menuju kamar masing-masing dan bersantai. Di kamar aku
langsung mengambil peralatan mandiku. Aku lalu mandi kebetulan Nanda telah
selesai mandi. Setelah selesai mandi, aku lalu berganti seragam identitas. Kami
semua lalu mengemasi semua barang bawaan kami karena kami tahu setelah makan
pagi kita akan langsung cek out. Pukul 07.00 WIB, waktunya kita makan pagi.
Setelah selesai makan pagi, aku mengecek kamarku apakah ada barang yang
tertinggal. Ternyata tidak. Aku pun langsung menuju bus 3. kami semua
bersiap-siap untuk berangkat menuju Taman Mini Indonesia Indah.
Mengelilingi Kota Jakarta
Setelah semua siap, bus melaju. Kami berangkat pukul 07.55 WIB dari Graha
Wisata Ragunan. Kami keluar dari Graha Wisata tersebut langsung melewati Gelora
Ragunan, tempat untuk berolahraga warga Ragunan. Kata temen saya, kemarin saat
kita tiba di Graha Wisata tersebut kita telah melewati Kebun Binatang Ragunan,
tetapi karena mungkin saya sudah tertidur pada waktu itu, jadinya saya tidak
tahu. Kita melaju ke utara melewati Gedung Kementrian Pertanian RI, Gedung
Kaca, Universitas Tama Jagakarsa, Gedung Guru PGRI DKI Jakarta, dan RS Harapan
Bunda. Di sepanjang jalan Mayor Jendral Sutoyo, banyak baleho calon Gubernur
dan calon wakil Gubernur. Karena pada saat itu sedang musim pemilihan umum
Gubernur di Jakarta. Lalu kita melewati jalan tol Dukuh I menuju ke utara
dengan tujuan TMII.
Setelah kurang lebih 30 menit, kita sampai di TMII. Di area TMII ada
wahanan dan fasilitas bondola. Sebenarnya saya ingin naik tetapi karena tidak
diijinkan ya saya tidak naik. Kami pun mulai masuk area anjungan. Anjungan TMII
itu sangat beragam. Sebenarnya TMII adalah miniatur dari wilayah Indonesia sendiri,
begitu kata Ibu Apri. Baik dari segi budaya, bahwa bentuk geograpi, dan masih
banyak corak lainnya. Di setiap anjungan itu terdapat bangunan rumah adat dan
1. PP IPTEK TMII
PP IPTEK TMII adalah sebuah wahana sumber belajar non formal yang di
bangun untuk melengkapi sarana pendidikan IPTEK. PP IPTEK di bangun oleh
Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. PP IPTEK berada dalam komplek
TMII. PP IPTEK dapat ditemukan setelah kita menyusuri Anjungan Propinsi. Obyek
ini memiliki ciri khas yaitu bangunan yang digunakan untuk menunjukkan
alat-alat peraga berbentuk melingkar karena itu saya dan teman saya Risa sempat
bingung, kenapa kita kembali ke tempat semula. Banyak fasilitas disini, ada
kantin, toilet, halaman parkir, audiotorium, perpustakaan, ruang seminar dan
mushola. Di dalam PP IPTEK TMII terdapat kurangh lebih 300 alat peraga. Jika
kita mau memperagakan alat peraga tersebut kita harus membaca petunjuk yang ada
disamping alat peraga tersebut.
Macam-macam alat
peraga tersebut antara lain :
a)
Animal Speak
Alat ini dapat menirukan berbagai suara binatang
antara lain suara anjing, bebek, ayam, itik, dan kuda. Cara menggunakan alat
ini, kita cukup menekan tombol yang ada, maka suara binatang akan keluar sesuai
jenis binatang yang ditekan. Animal speak ini berguna memberi wawasan mengenai
suara-suara binatang yang ada di sekitar kita. Pada alat praga ini juga ada
keterangan suara binatang di atas dalam berbagai bahasa seperti Mandarin, Cina,
Belanda, dan Jepang.
b)
Jam Pasir
Alat peraga ini menjelaskan mengenai alat yang
digunakan orang zaman dahulu untuk mengetahui dan menentukan waktu yang disebut
jam pasir. Jam pasir sendiri disini ada dua buah. Satu buah berwaktu 40 detik
dan yang satu berwaktu 60 detik. Cara menggunakan alat ini kita cukup membalik
ujung alat yang ada pasirnya lalu kita tunggu sampai habis pasirnya turun ke
bawah.
c)
Jam Matahari
Jam matahari berfungsi untuk mengetahui waktu. Cara
menggunakan alat ini kita pertama-tama harus menyalakan lampu dan kita tinggal
menggeserkan lampu dan membaca angka yang di tunjuk bayangan lampu tadi oleh
jarum penunjuk.
d)
Sudut dan Lingkaran
Alat peraga ini membuktikan hukum Matematika dan Fisika
bahwa sudut lingkaran besarnya setengah kali dan besar sudut pusat yang
menghadap busur lingkaran yang sama.
e)
Pantulan Suara
Alat peraga ini membuktikan bahwa suara dapat
dipantulkan melalui dua buah para bola. Cara menggunakan alat peraga ini cukup
mudah. Salah seorang siswa disalah satu parabola sedangkan siswa yang lain
disalah satu parabola. Salah satu siswa berbisik di depan parabola, siswa yang
lain sebagai indikator, apakah suara siswa tadi terdengar atau tidak.
f)
Benda Jatuh Antariksa
Alat ini bukan untuk diperagakan, namun hanya untuk
dilihat. Benda ini adalah benda antariksa yang jatuh ke bumi. Benda ini sudah antariksa
yang jatuh ke bumi. Benda ini sudah sedikit rusak dan berlubang mungkin karena
gesekan dengan atmosfir bumi saat jatuh ke bumi. Benda antariksa ini ditemukan
di daratan NTB.
g)
Bola Menggantung
Alat peraga ini membuktikan bahwa benda bulat akan
diselubungi angin saat disembur angin. Cara menggunakan alat peraga ini kita
cukup menyemburkan angin dari kran angin ke bagian tengah-tengah di antara dua
buah bola yang menggantung, amati bola pasti malah semakin dekat bukan menjauh.
Itu semua dapat terjadi karena angin yang kita semburkan ke celah dari dua buah
bola tersebut mengelilingi dan menyelubungi bola bertemu lagi di tengah-tengah
lagi sehingga dapat saling mendekat.
h)
Dunia Renik
Alat peraga ini berupa mikroskop elektron. Mikroskop
elektron dapat digunakan untuk melihat benda-benda renik. Cara menggunakan alat
peraga ini yang pertama kita harus menghidupkan tombol hijau yang ada disamping
kanan mikroskop. Tombol hijau tersebut berguna untuk menyalakan lampu yang ada
pada mikroskop. Setelah itu, kita hanya harus melihat mikroskop dang mengatur
fokusnya saja.
i)
Sirkulasi Air
Alat peraga ini berupa alat penjelajah dengan
teknologi komputer lengkap dengan mousenya. Saat kita mulai menggunakan alat
ini ia akan memunculkan menu awal, sehingga kita hanya wajib mengikuti
langkah-langkah selanjutnya. Alat ini dapat digunakan sebagai media
pembelajaran karena alat ini dapat menjelaskan mengenai sirkulasi air secara
lengkap. Bahwa air yang ada dimuka bumi ini mengalami sirkulasi menerus
sehingga airnya tidak akan pernah habis.
j)
Around The World
Alat peraga ini dapat digunakan untuk menjelajahi
dunia. Dengan teknologi komputer yang canggih alat ini dapat menyajikan
tempat-tempat di dunia yang bagus di kunjungi dan bernilai edukatif. Bahkan
kita menyelusurinya bagai bermain game karena disertai misi. Perjalanan
mengelilingi dunia jadi lelah asyik nih.
Saat saya sedang berkeliling di lantai dua, disitu ada sebuah
demonstrasi. Demonstrasi ini akan menjelaskan bahwa suhu yang panas dengan
tekanan udara yang rendah dapat memasukkan balon yang berukuran lebih besar
dari mulut wadah benda. Ini dapat terjadi karena udara pada balon itu bersuhu
rendah bertekanan tinggi. Menurut hukum tekanan bahwa angin bergerak dari yang
bertekanan tinggi ke udara yang bertekanan rendah atau dari udara yang bersuhu
dingin ke udara yang bersuhu panas. Sehingga balon tersebut dapat masuk ke
dalam wadah. Caranya yang pertama kita harus memanaskan batang korek api yang
telah terbakar ke dalam wadah supaya tekanan udaranya menjadi rendah. Setelah
itu kita baru memasukkan balon ke dalam wadah, tetapi jangan kaget kalau
ternyata balon mengecil.
Setelah kurang lebih satu jam kami mengadakan observasi di PP IPTEK. Kami
harus segera keluar untuk menuju wahana berikutnya yaitu kawasan Taman Impian
Jaya Ancol. Kami keluar melalui pintu exit di PP IPTEK. Saat saya keluar, wow
banyak pedagang yang menjajakan dagangannya. Ada kaos, alat mainan,
pernak-pernik, topi dan aksesoris. Sebenarnya, saya ingin sekali membeli kaos
dan jam tangan, tetapi karena pada saat itu saya tidak membawa uang jadi saya
tidak jadi membeli keduanya. Lantas saya kembali menuju bus. Kemudian saya
duduk di kursi saya dan melihat-melihat catatan dan hasil potretan atau hasil
foto- foto yang saya lakukan di PP IPTEK. Setelah selesai siswa, kemudian kita
berangkat menuju Ancol.
Menyusuri Jakarta
Kami berangkat menuju Ancol pukul 10.25 WIB. Kami keluar dari kompleks
TMII melewati Taman Budaya Tionghoa Indonesia, Stasiun Desa Wisata, Museum
Transportasi, Wahana Dunia Air tawar, Taman Keong Mas, Museum Olahraga Nasional
TMII, Museum Telekomunikasi, dan Graha Lukisan. Kami keluar dari TMII melalui
kampung rambutan. Lalu kami melewati jalan tol Dukuh I dan keluar melalui jalan
tol Cililitan 2. kata Bu Apri kita akan menuju Taman Impian Jaya Ancol melalui
jalan dalam kota. Sehingga kita tidak akan melalui jalan tol dengan alasan
supaya kita tahu wajah dan suasana kota Jakarta sesungguhnya. Kita juga
melewati beberapa tempat dan gedung yang sangat pnting, antara lain :
a)
Gedung BPK DKI Jakarta
b)
Patung Pancoran
c)
Mabes TNI Pusjarah
d)
Direktorat Jendral Pajak
e)
Kementrian Keuangan
f)
Gedung Polda Metrojaya
g)
Gedung Bawaslu
h)
Hotel Indonesia
i)
Tugu Selamat Datang
j)
Supermarket Sarinah
k)
Pangkalan Utama TNI AL III
l)
Kementrian Perhubungan RI (Darat)
m)
Kementrian Perhubungan RI (Laut)
n)
Kementrian Perhubungan RI (Udara)
o)
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia
p)
Kementrian Koordinator Hukum dan HAM
q)
Kementrian Pertahanan RI
r)
Monumen Nasional (MONAS)
s)
Museum Gajah atau Museum Nasional
t)
Stasiun Gambir
u)
Radio Republik Indonesia
v)
Masjid Istiqhal
Saat melewati patung pancoran, kami sibuk memfotonya. Patungnya bagus.
Demikian juga saat kita melewati Bundaran Hotel Indonesia dan Monumen Nasional.
Bu Apri menjelaskan bahwa Bundaran Hotel Indonesia adalah tempat yang sering
digunakan untuk berdemo mengeluarkan aspirasi masyarakat. Hotel Indonesia juga
merupakan hotel pertama di Indonesia. Di depan Hotel Indonesia ada sebuah patung
yang dinamakan patung selamat datang. Patung itu seakan memberi ucapan selamat
datang kepada orang yang akan menuju Hotel Indonesia. Kami juga sempat melalui
supermarket Sarinah. Supermarket Sarinah merupakan supermarket pertama di
Indonesia. Bangunannya bagus dan megah. Kami juga melewati sebuah sungai yang
membelah kota Jakarta. Sungai itu adalah Sungai Ciliwung. Sungai Ciliwung
ternyata airnya sangat keruh, banyak sampah dan kumuh. Tidak heran jika saat
musim hujan, kota Jakarta akan terendam banjir. Di dalam bus, kami malah asyik
memberi komentar terhadap Sungai Ciliwung tadi. Asyiknya, saat kami melewati
Gedung Kementrian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak kami malah asyik
membicarakan Gayus Tambunan. Gayus Tambunan adalah seorang koruptor uang pajak.
Tingkah lakunya sudah membuat geram masyarakat Indonesia. Tak salah jika kami
malah mneghujatnya. Tetapi Bu Apri tetap berharap bahwa besok dikemudian hari
ada salah satu dari kami bisa menjadi pegawai di Kementrian Keuangan RI
Direktorat Jenderal Pajak.
Melewati kota Jakarta tak lengkap kalau kita belum melihat maskot kota
Jakarta. Ya, maskot kota Jakarta adalah Monas (Monumen Nasional). Kamipun
menyempatkan untuk melihat dan memfotonya. Gedung megah dan mewah, karena
dipuncak Monas ada emas asli. Tapi sayangnya kita tidak memasukkan Monas
sebagai obyek wisata kami sehingga kami tidak mengunjunginya. Kami hany
melewatinya saja. Hatiku sangat kecewa pada waktu itu. Kemudian kami
melanjutkan perjalanan. Saat pukul 12.00 WIB, perut kami mulai bermain drum, kami
sagant lapar. Akhirnya, Pak Hadi memutuskan sebelum kita masuk Taman Impian
Jaya Ancol, kita berhenti dulu untuk makan siang. Kami makan siang di dalam
bus. Kami makan nasi box. Saat makan, ternyata beberapa dari teman kami banyak
yang mengomentari menu makan siang kami. Menunya adalah nasi putih, daging sapi
dibuat rendang, sayuran buncis dibuat sayur oseng dan kerupuk. Ada yang
berkomentar bahwa nasinya terlalu keras, sayur buncisnya belum matang dan
daging sapinya terasa alot dan keras sekali. Sebenarnya aku juga sangat setuju
dengan komentar-komentar mereka. Terlebih pada sayur buncis. Saya jadi tidak
makan sayur buncis karena ada yang tidak matang. Jadinya, kalau saya makan
nanti malah membuat saya alergi, mual dan tidak nyaman.
Setelah semua selesai makan kami mengumpulkan box nasi tadi ke sebuah tas
plastik besar untuk dibuang. Saat Pak Ngudi mau membuang sampah tadi, tiba-tiba
seorang nenek datang dari arah barat. Nenek itu rupanya seorang pemulung.
Beliau mau mengambil sampah kami yang bisa didaur ulang. Beliau mengambil
sendok plastik dan gelas aqua kami. Setelah aku perhatikan lebih lama, aku
melihat nenek itu menyisihkan box nasi yang masih ada nasi dan lauknya walaupun
itu bekas orang lain. Mungkin nasi tadi akan dimakan nenek itu. Aku sangat
tersentuh melihatnya. Aku kasihan pada nenek itu. Saat aku berbicara mengenai
perasaan itu, salah satu teman saya malah bercanda kepada saya. Dia berkata
jika saya kasihan apakah saya mau memberikan Handphone saya kepada nenek itu.
Saya jawab bukan begitu maksud saya. Setelah kita semua selsesai makan, sekitar
pukul 12.25 WIB kita kembali melanjutkan perjalanan. Saya sangat menikmati
perjalanan itu. Saya tidak menyempatkan tidur karena saya masih ingat betul
pesan Pak Hadi. Bahwa kita dilarang tidur agar dapat menjelaskan secara penuh
wajah kota Jakarta. Disepanjang jalan yang kita lewati saya sangat kagum
terhadap halte. Karena halte itu mempunyai nama-nama yang unik dan penting.
Seperti halte Kebon Jeruk, halte Tanah Abang, halte Catedral, halte Istiqlal
dan masih banyak lagi. Yang lebih membuat saya kagum adalah letak haltenya itu
berderet dengan jarak kurang lebih 100 sampai 150 meter. Jadi, penumpang bus
dapat memilih halte yang dekat maupun halte kesukaannya. Lain halnya di
Sentolo, di Sentolo belum ada halte. Jadi, penupang bebas memberhentikan busnya
di sembarang tempat. Sehingga dapat menimbulkan kesemrawutan. Tetapi jika di
Jakarta ada halte sehingga penumpang dapat lebih teratur. Setelah kurang lebih
2 jam 50 menit kita berjalan mengelilingi kota Jakarta, akhirnya kita sampai di
Taman Impina Jaya Ancol pukul 13.15 WIB.
2. Taman Impian Jaya Ancol
Bus pun melaju masuk ke arela Taman Impian Jaya Ancol lalu mencari tempat
parkir. Setelah bus berhenti, kita segera turun dari bus. Ketika saya turun, Bu
Nuraeni sempat menyuruh kita cepat-cepat untuk segera mengikuti Pak Prapto.
Karena supaya kita tidak terlambat mendapatkan cap tanda masuk dan tiket yang
telah dipesan Pak Prapto. Saya dan rombongan bus 3 lalu mengejar dan mengikuti
Pak Prapto. Akhirnya saya berada diurutan terdepan dalam mengikuti Pak Prapto.
Saya berjalan di pinggir trotoar disamping sebuah parit. Ternyata parit itu air
kotor, warna airnya tidak jernih melainkan warna hijau kebiru-biruan. Bau parit
itupun tidak sedap. Sebenarnya saya tidak tahan terhadap bau itu, tetapi saya
tetap berjalan di samping sungai dengan menahan bau itu. Kamipun terus
mengikuti Pak Prapto. Kemudian kami telah sampi ditempat penunjukkan tiket
untuk masuk. Kemudian kami diharuskan untuk berbaris. Setelah kami berbaris,
Pak Prapto, Bu Mulyani dan Pak Ngudi langsung membagikan tiket masuk kepada
kami. Setelah kami mendapatkan tiket kamipun masuk. Kami masuk melalui jalur
rombongan. Kami diharuskan menunjukkan tiket itu kepada petugas. Lalu petugas
akan mengambil dan menyobek tiket itu pada sisi kanan kemudian petugas itu akan mengembalikkan tiket itu
kepada kami. Setelah tiket kami dosobek, tangan kami harus dicap. Pengecapan
dilakukan oleh petugas. Setelah masuk kami langsung mengikuti Pak Prapto. Aku
berjalan terus, tetapi disitu aku sangat nyaman. Perasaanku bangga dan senang
karena itu adalah pertama kalinya aku masuk Gelanggang Samudra. Ternyata aku
bertemu teman sekelasku. Selvi Catur NS (VIII D). Aku dan diapun saling berbagi
cerita mengenai PP IPTEK TMII. Menurutnya PP IPTEK TMII itu bagus, menarik dan
inovatif. Tetapi menurutku PP IPTEK TMII itu sangat bagus, edukatif dan
bermanfaat. Tetapi kemudian aku terkejut karena ada suara tembakan yang sangat
keras. Kupikir suara tembakan itu berasal dari salah satu wahana atraksi yang
ada di Ancol. Suara tembakan itu tidak hanya sekali saja tetapi berulang kali.
Kemudian kami semua sempat bingung mengenai wahana mana yang akan kami masuki.
Itu terjadi karena kami semua mendahului Pak Prapto. Sehingga kami jadi salah
pilih wahana. Seharusnya kami menuju utara tetapi kami malah menuju selatan,
lalu Pak Prapto datang dan menyuruh kami berbalik arah. Tujuan kami adalah
menonton atraksi singa laut di Ocean Dream Samudra Gelanggang Samudra Taman
Impian Jaya Ancol. Waktu yang dibutuhkan dari pintu masuk menuju Ocean Dream
Samudra relatif cepat yaitu kurang lebih 8 menit. Kemudian kami berjalan ke
sana. Kamipun masuk dan mencari tempat duduk untuk menonton atraksi. Sebelum
atraksi dimulai, kami rombongan dari SMP N 1 PENGASIH sempat ditanya oleh
seorang narator asli dari mana kami berasal. Lantas Pak Prapto menjawab kami
dari Malioboro. Saat itu juga aku tersenyum karena kenyataannya itu jauh
sekali. Aku duduk di sebelah timur panggung atraksi.
Kemudian seorang narator membuka pertunjukan hewannya. Atraksi pertama
yaitu atraksi tiga burung yang pintar dengan tiga pelatih laki-laki yang masih
muda. Kemudian mereka memperkenalkan diri. Burung yang pertama bernama Soimah,
burung ini berasal dari Brazil. Burung itu berjenis kelamin jantan dan itu
merupakan burung macho dengan pelatih Kak Deri. Burung kedua termasuk burung
kakak tua berasal dari Indonesia dengan nama Siti Jamilah. Burung itu dilatih
oleh Kak Feri. Burung ketiga bernama Maisaroh dengan pelatih Kak Deni. Atraksi
yang dilakukan pelatih Siti Jamilah adalah membalik papan-papan huruf yang
membentuk kata “G-E-L-A-N-G-G-A-N-G”. Tetapi saat baru sampai kata “G-E-L-A”
Siti Jamilah berhenti membalik papan huruf itu, sehingga harus digantikan oleh
Soimah. Kemudian Soimah meneruskan atraksi Siti Jamilah. Dan Soimah berhasil
menyusun papan-papan nama itu menjadi kata “GELANGGANG” dan sorak-sorak serta
tepukan tangan penonton riuh bergema. Setelah Soimah selesai membalik
papan-papan huruf tadi kemudian ia kembali beraksi dengan menaiki sepeda.
Soimah berhasil menaiki sepeda dengan lancar dan sukses. Atraksi dari Soimah
pun selesai dilanjutkan atraksi dari Maisaroh yang akan menunjukkan bahwa
burung tidak buta warna. Pelatih menamakan atraksi Maisaroh dengan nama “Tes
Warna Burung”. Tersedia tiga lingkaran dengan warna merah, kuning, dan hijau
serta tiga buah tiang pendek dengan warna merah, kuning, dan hijau pula.
Aturannya Maisaroh harus memasukkan tiga lingkaran warna itu ke ketiga tiang
pendek itu dengan warna yang sama. Atraksi pertama Maisaroh yaitu memasukkan
lingkaran dengan warna merah ke dalam tiang yang berwarna merah juga. Demikian
juga dengan warna hijau. Atraksi Maisraoh berhasil dan kemudian disambut tepuk
tangan penonton. Saat atraksi yang ketiga yaitu memasukkan warna kuning tersebut,
ternyata Maisaroh salah. Maisaroh malah memasukkan lingkaran wana kuning
tersebut ke dalam tiang yang berwarna merah. Demikian juga diulangi sampi tiga
kali. Setelah ketiga kalinya narator bertanya kepada penonton siapa yang bodoh,
burung atau pelatihnya. Serentak penonton menjawab pelatihnya. Setelah itu
pelatihpun meminta kesempatan satu kali lagi untuk Maisaroh beraksi.
Penonton pun langusung mengijinkan. Kembali Maisaroh berbuat kesalahan.
Ketika itu Maisaroh malah memasukkan lingkaran dengan warna kuning ke tiang
yang berwarna hijau. Serentak penontonpun malah heran. Setelah itu, Maisaroh
melanjutkan atraksi. Kali ini dia berhasil memasukkan lingkaran dengan warna
kuning ke dalam tiang yang berwarna kuning. Kembali suara penonton memenuhi
areal Ocean Dream Samudra Gelanggang Samudra. Atraksi ketiga burung cantik
tadipun ditutup dengan penghormatan oleh ketiga burung itu dan pelatihnya kepada
penonton kemudian ketiga burung itu keluar panggung. Setelah itu muncul burung
kakak tua dengan pelatihnya Kak Dery. Lantas burung kakak tua itu
memperkenalkan diri kak Dery lalu bertanya kepada burung kakak tua tadi, siapa
namamu. Burung kakak tua tadi menjawab bahwa namanya itu “Jacob Jelek”. Jacob Jelek
menurut pelatihnya berasal dari Tanah Papua, Indonesia kalu begitu aku langsung
bangga dan berpikir sejenak bahwa ternyata burung juga jauh-jauh hijrah ke
Jakarta. Pikiranku yang sejenak tadi terpotong oleh atraksi Jacob Jelek yang
berhasil membawa sepucuk surat dari tangan pelatih dan memasukkannya ke dalam
kotak surat. Ternyata burung juga bisa berkomunikasi dengan cara lewat surat.
Setelah itu pelatih mencoba untuk mengirimkan uang. Pertama pelatih
mengeluarkan uang sebesar Rp. 1.000,00 dan kemudian pelatih memanggil Jacob,
namun Jacob tetap bertengger di atas keotak surat. Jacob tidak mau mengambil
uang ditangan pelatih. Kemudian pelatih merogoh koceknya lagi. Ia mengganti
uang Rp. 1.000,00 dengan Rp. 5.000,00. Namun Jacob pun tetap tidak mau
menghampiri pelatih. Pelatihpun kembali mengganti uang Rp. 5.000,00 dengan Rp.
10.000,00. Namun Jacob pun malah tetap asyik bertengger di atas kotak surat
sambil sekali-kali mematuk makanan yang ada di atas kotak surat. Suasanapun
ramai kembali saat pelatih mau meminjam uang penonton untuk atraksi agar Jacob mau
mengirim uang. Banyak penonton yang mau meminjmakan uangnya untuk atraksi si
Jacob. Ada yang mau meminjamkan Rp. 5.000,00, Rp. 10.000,00 dan Rp.
15.000.000,00. Dan ada juga anak kecil yang mau meminjamkan uangnya sebesar Rp.
20.000,00 untuk atraksi si Jacob. Pelatihpun menghampirinya. Orang tua anak
itupun ikhlas meminjamkan uangnya, namun saat pelatih meminta uangnya anak
kecil itu seperti mau menangis tidak ikhlas. Akhirnya anak kacil itu mau
melepas uangnya.
Saat uangnya ditaruh ditangan pelatih, Jacob pun sempat mau terbang
menghinggapi tangan pelatih. Namun karena pelatih belum siap Jacob lalu kembali
terbang putar arah kembali ke atas kotak surat. Kemudian pelatih bersiap dan
memanggil kembali si Jacob dan akhirnya Jacob mau mengirimkan uang sebesar Rp.
20.000,00 itu ke atas kotak surat. Namun saat pelatih meminta uangnya dari pruh
Jacob, Jacob malah menjatuhkan uangnya. Seketika itu pelatih mengatai Jacob
dengan kata-kata kotor dan kasar. Aku tidak setuju dan tidak senang dengan
perlakuan pelatih itu terhadap burung kakak tua. Karena burung kan juga makhluk
hidup yang telah Tuhan ciptakan buat kita. Setelah Jacob selesai beraksi, Jacob
pun ditemani oleh pelatihnya segera keluar dan meninggalkan stage untuk
atraksi.
Atraksi selanjutnya adalah singa laut. Singa laut keluar ditemani
pelatihnya masing-masing. Singa laut yang keluar berjumlah dua ekor. Yang
jantan bernama Renaldi sedangkan yang betina bernama Cindy Claudia. Sebelum
beraksi mereka berdua memberi salam dan penghormatan sebagai tanda perkenalan
kepada semua penonton. Atraksinya pun segera dimulai. Atraksinya dibuka oleh
aksi Cindy berhasil menangkap holahop yang dilemparkan oleh pelatih. Pelatih
tidak hanya melemparkan holahop sekali saja namun berkali-kali dan ternyata
Cindy berhasil menangkap dengan kepalanya. Kemudian perlatihnya juga
melemparkan sebuah bola ke muka singa laut. Dan Cindy pun berhasil menangkapnya
menggunakan rahang atas dan mulutnya. Seketika penonton bersorak-sorak senang.
Setelah selesai beraksi Cindy pun kembali naik stage. Akupun terus
memperhatikannya walaupun Cindy sedang tidak beraksi. Saat itu setelah Cindy
berhasil beratraksi dengan baik pelatih akan memberikannya makanan.
Kupikir makanan itu berupa ikan yang telah dipotong-potong. Ternyata itu
senjatanya agar singa laut dapat beraksi dengan baik. Atraksinya pun
dilanjutkan oleh aksi si Renaldi dengan bergaya layaknya model dan artis
terkenal. Ia juga bisa meliak-liukkan tubuhnya tanpa terjatuh. Ternyata gaya
dan aksi Renaldi membuat para penonton tertawa terbahak-bahak. Memang saya akui
gaya si Renaldi memang sangat lucu. Saya sendiri masih teringat-ingat dan
merasa itu sangat menghibur. Aksi mereka berdua pun disambut tepuk tangan para
penonton dengan meriah. Saat para penonton bertepuk tangan. Kedua singa laut itupun
lalu mengangkat badannya untuk ikut bertepuk tangan menggunakan kedua sirip
bagian depan. Keduanya membuat suasana pertunjukkan di Ocean Dream Samudra
semakin ramai dan meriah. Atraksi pun dilanjutkan, kini giliran Cindy untuk
mempertunjukkan kebolehannya. Dia mampu berenang dengan cepat dan dengan
lincahnya berbelok arah. Dia juga mampu melompat dengan baik. Saat pelatih
merentangkan tangan dan memanggil Cindy, dengan cepatnya Cindy melompati tangan
pelatih itu. Setelah itu, Cindy kemudian berbalik arah dan kembali berenang
mengelilingi stage pertunjukkan. Setelah Cindy selesai berenang, diapun
kemudian mengangkat tubuhnya menuju daratan. Sampai di daratan, Cindy dan
pelatihnya membuat sebuah atraksi yang sangat saya sukai. Mereka melakukan
sebuah adegan yang romantis.
Diiringi oleh musik yang romantis dan suara naraotr yang mesra kedua
saling berpelukan. Mereka melakukannya seperti seorang kekasih yang sedang
jatuh cinta. Musik sangat mendukung adegan mereka. Saat itu juga dimainkan
musik dengan lagu dari artis terkenal Anang dan Ashanty dengan lagunya yang
berjudul “Jodohku”. So sweet khan??? Adegan mereka sangat menyihir para
penonton terlebih bagi mereka yang sedang kasmaran. Tak hanya itu, Cindy dan
pelatihnya juga sempat berciuman. Saat itu juga penonton langsung tertawa dan
berteriak. Aku pun menyaksikan keduanya beradegan. Bagiku adegan mereka sangat
lucu dan unik. Setelah adegan mereka selesai, Renaldi pun tidak mau kalah. Dia
mau menunjukkan kebolehannya.
Pelatihnya menjelaskan bahwa Renaldi mau berjoget layaknya penyenyi
terkenal, Trio Macan. Dengan lagunya yang fenomenal, Iwak Peyek, Renaldi
bergoyang dan berjoget seperti Trio Macan. Renaldi berjoget dengan
memutar-mutar kepalanya seperti Trio Macan yang sedang konser. Setelah Renaldi
selesai konser seperti Trio Macan, penonton sangat antusias untuk bertepuk
tangan. Saya dibuat terkejut dan heran serta penasaran terhadap si Renaldi bisa
berjoget layaknya Trio Macan. Saya jadi berpikir bagaimana cara pelatihnya
melatih dan mengajari si singa laut yang pintar itu pasti membutuhkan waktu
yang lama dan kesabaran dari pelatihnya. Setelah selesai beratraksi, keduanya
memberikan salam dan penghormatan yang terakhir. Kemudian keduanya keluar
stage. Setelah itu narator pun membubarkan pertunjukkan. Kemudian kami keluar
dari Ocena Dream Samudra. Saat keluar ternyata saya berdesak-desakan dengan
pengunjung lainnya. Saya sempat berkata kepada Alifah (VIII A) bahwa ibu-ibu
juga tidak mau kalah ingin keluar dengan cepat. Alifah (VIII A) pun menyetujui
dengan senyum dan berkata “Ya”. Saya pun terus berjalan dan akhirnya saya dapat
keluar dari desakkan ibu-ibu. Saya lalu berlari mangikuti Pak Prapto yang
sedang berjalan menuju areal stage Dolphin Show. Saya pun terus berlari
mengejar Pak Prapto yang telah meninggalkan saya sejauh 10 meter. Dan akhirnya
saya dapat mengejar Pak Prapto hingga saya tepat berada di belakang Pak Prapto.
Tak begitu lama dari Ocean Dream Samudra kitapun sudah sampai di depan
gedung areal Dolphin Show. Waktu yang dibutuhkan untuk beranjak dari tempat
singa laut show ke Dolphin Show kurang lebih 6 menit. Jaraknya sendiri kurang
lebih 35 meter. Saat berada di depan areal Dolphin Show, saya sempat
terkagum-kagum dengan bangunannya. Bangunannya begitu unik yaitu dibentuk
lingkaran yang luas, saya dan rombongan lalu masuk, karena saya yang terdepan,
saya buru-buru mencari tempat duduk. Akhirnya saya mendapatkan tempat duduk
yang berada diurutan paling depan. Setelah sudut demi sudut ruang pertunjukan
atraksi lumba-lumba penuh, atraksi lumba-lumba segera dimulai. Pertama-tama,
muncul dua orang pelatih lumba. Mereka adalah Kak Sony dan Kak Nano. Kemudian
mereka memanggil dua ekor lumba-lumba. Mereka diberi nama Marcos dan Marcell.
Aksi keduanyapun sudah ditunggu-tunggu
penonton yang ada. Saat mengawali atraksi Marcos dan Marcell berenang
mengelilingi kolam sambil memberi salam perkenalan. Belum apa-apa keduanya
sudah menghibur sekali dan merasa sudah memukai penonton. Tepuk tangan kemudian
diraih keduanya. Atraksi selanjutnya adalah menyundul bola. Bola yang disundul
keduanya sengaja telah digantung di tengah-tengah kolam agar memudahkan
lumba-lumba untuk menyundulnya. Setelah bola selesai disundul tepukan tangan
meriah penonton terdengar.
Aksi Marcos dan Marcell dilanjutkan. Aksi berikutnya adalah menerobos
lingkaran saat lingkaran sudah digantung dan turunkan di tengah kolam, keduanya
lalu bersiap. Mereka menunggu aba-aba dari pelatihnya. Saat pelatih meniup
peluit. Mereka segera beraksi dan melompat menerobos lingkaran yang
menggantungi. Namun saat atraksi yang berhasil melompat menerobos lingkaran
hanya Marcos. Sedangkan Marcell hanya berenang mengintari kolam. Narator lalu
memutuskan untuk mengulangi aksi keduanya. Tetapi Marcell masih tidak mau
melompat. Setelah seorang narator bertanya kepada pelatih lumba-lumba, ternyata
si Marcell mengalami cidera punggung sehingga Marcel tidak bisa melompat.
Sebenarnya para penonton sedikit kecewa itu tergambar jelas di ekspresi
penonton. Tak terkecuali saya, saya pun lama-lama bisa menerima itu. Akhirnya,
saya dapat memahaminya. Tak lama kemudian aksi si Marcos dan Marcell yang
bermain holahop kembali menghibur penonton. Mereka bermain holahop sambil
berenang mengelilingi kolam. Mereka berenang dengan lincah. Saya pun sempat
mengambil gambar, namun setiap saya mengambil gambar, hasilnya selalu tidak
mmuaskan saya. Hasil gambarannya tidak sesuai dengan harapan saya.
Ruangannya sedikit gelap sehingga membuat hasil fotonya menjadi sedikit
gelap. Namun saya terus berusaha untuk mencari posisi yang bagus untuk mengambil
foto. Saya bisa mengambil foto yang bagus hanya saat lumba-lumba berenang. Aksi
merekapun ditutup dengan aksi lumba-lumba yang memukau para penonton. Marcos
dan Marcell berenang dengan cara unik. Mereka berenang hanya menggunakan
ekornya saja. Itu sangat bagus sekali, mereka berenang mengelilingi kolam
dengan penuh semangat. Itu tergambar jelas dari ekspresi lumba-lumba dalam berenang
menggunakan ekornya. Jadi posisi lumba-lumba saat berenang ini berdiri. Itu
menandakan kekuatan ekornya. Narator juga sempat menjelaskan bahwa dalam dunia
lumba-lumba yang asli di samudra sana, ekornya berperan sangat penting. Ekornya
dapat digunakan untuk melawan musuh ikan lumba-lumba di samudra adalah ikan
hiu, ikan paus, dan ikan pari yang beracun. Atraksi lumba-lumba ini juga
menandakan bahwa acara pertunjukan di Areal Dolphin Show telah berakhir.
Atraksi ini juga dijadikan salam dan penghormatan terakhir dari lumba-lumba
kepada penonton.
Saat tahu bahwa pertunjukan ikan lumba-lumba telah berakhir, kamipun
segera membubarkan diri dari tempat duduk yang telah kami duduki. Walaupun
pertunjukkan sudah selesai, ikan lumba-lumba masih setia beraksi dengan bernang
di sekeliling kolam dan melompat di sana-sini. Kejadian yang membuat aku
tersenyum pun terjadi. Saat keluar dari area pertunjukkan, Bu… berada di depan
area pintu keluar. Karena masih berdesak-desakan Bu… berada pada urutan paling
belakang dari pintu keluar. Tepatnya berada di pinggir kolam pertunjukkan
tempat ikan lumba-lumba berenang saat ikan lumba-lumba berenang mendekati Bu
Tin. Ikan lumba-lumba itu langsung melompat. Secara otomatis, air yang keluar
dari kolam mucrat membasahi pakaian dan wajah Bu Tin, saat melihat peristiwa
itu, aku sedikit tertawa geli. Saya lihat Bu Tin langsung meludah mungkin
karena beliau jijik terhadap air itu. Kamipun terus berusaha keluar suasana
yang sesak dan berdesak-desakan tidak dapat dihindarkan. Semua orang ingin
cepat keluar dan mendapatkan tempat yang bagus dan nyaman di areal pertunjukan
selanjutnya. Setelah berhasil keluar dari areal Dolphin Show saya lalu
mengikuti teman-teman yang telah berada di depan saya. Saat saya melewati
sebuah bangunan saya merasa heran dan kagum. Bangunan sangat indah dan bagus.
Coraknya digambari raja-raja Mesir Kuno. Bangunan itu dibuat dari semen dan
pasir. Satu lagi yang unik bangunan itu tinggi menjulang hampir mencapai 5
meter. Sayapun membayangkan bagaimana seandainya bangunan itu jatuh dan roboh
pasti akan ada nyawa melayang dengan seketika dan pasti akan ada kerugian yang
besar. Saya kira bangunan itu adalah sebuah museum yang ada di areal Taman
Impian Jaya Ancol. Ternyata, saya salah bangunan itu adalah bangunan untuk
pertunjukkan dibawah air. Namanya adalah Under Water Show. Under
Water Show adalah tempat tujuan kami untuk
menyaksikan pertunjukan selanjutnya. Baik pertunjukan yang dimainkan manusia
maupun hewan-hewan laut. Kami pun segera bergegas masuk. Di depan gerbang pintu
masuk areal Under Water Show sudah ada sinar lesser. Dalam pikiranku yang
muncul adalah pasti di dalam nanti ada permainan sinar lesser. Saat masuk areal
ini kami tidak terlalu berdesakkan karena pintu masuknya dibuat lebar dan cukup
tinggi. Setelah masuk, akupun sedikit terkejut karena letak bangku penonton
yang dibuat bertingkat. Walaupun demikian, aku tetap berusaha menyelesaikan
pertunjukan itu. Akupun segera mencari tempat duduk karena aku dan temanku
tidak mendapat kursi untuk duduk, kamipun segera duduk pada tangga para
penonton untuk naik walaupun demikian saat Pak Prapto masuk, kami malah
dibiarkan saja kami tidak dimarahi. Kupikir kalau kita duduk di tangga, kami
akan dimarahi dan disuruh pindah tempat. Ternyata tidak, Alhamdulillah. Setelah
semua bangku penonton telah terisi, pertunjukan akan segera dimulai. Pertama,
semua lampu yang masih menyala di dalam areal pertunjukan Under Wates Show
dimatikan. Suasana pun gelap. Namun tak lama kemudian lampu-lampu lesser
dihidupkan. Warna warnya bagus ada hijau, merah dan kuning. Lampu lesser itu
menyorot dan menyamari semua penonton. Tak ketinggalan lampu untuk menyoroti
narator pun dihidupkan. Tak ketinggalan proyektor yang menampilkan gambar lawan
dan hewan yang ada didalamnya juga dihidupkan. Saat narator beraksi. Naratornya
adalah seorang laki-laki. Diawal cerita dia menjelaskan bahwa cerita yang akan
dibawakan itu sudah sangat terkenal dan fenomenal. Ceritanya adalah Ariel Si
Putri Duyung. Dia juga menanyakan kepada penonton apakah putri duyung itu ada.
Dan dia juga akan membuktikan bahwa putri duyung itu ada. Narator lalu berjalan
menuju pinggir panggung pertunjukan. Seketika lampu yang menyorotinyapun padam.
Dan kemudian sudah ada sekelompok bajak laut yang akan tampil. Kupikir bajak
laut tadi akan berperang. Ternyata dugaan saya salah. Bajak laut tadi malah
menari bersama dengan koreografi yang bagus dan unik serta diiringi dengan
musik yang menarik dan menghibur. Dengan salah seorang dari kelompok bajak laut
tadi menyanyi, merekapun menari dan santai dan kompak. Aku tidak tahu apakah
yang menyanyi itu suara asli atau hanya liftsing. Tapi sayangnya nyanyiannya dalam
bentuk bahasa Inggris. Jadi, saya sulit untuk menangkap maksud dan nyanyian
tersebut. Merekapun terus menari dengan santai sampai pertunjukan untuk
kelompok bajak laut tadi selesai. Setelah itu, muncul dua orang perempuan yang
memainkan peran sebagai Ariel dan seorang temannya. Mereka memainkan drama
dengan sempurna diiringi musik yang sesuai dengan bermain peran sebagai
temannya Ariel kemuian bernyanyi. Nyanyiannya lagi-lagi dalam bahasa Inggris,
saat dia bernyanyi kemudia dari tabung kaya yang ada dibawah layar muncul dua
ekor lumba-lumba yang berenang dengan atraksi-atraksi yang unik. Setelah
selesai beratraksi, kedua lumba-lumba itu keluar melalui lubang yang
disediakan. Aksi kedua lumba-lumba tadi sangat menghibur bagiku. Kemudian
disusul orang yang berperan sebagai ayahnya Ariel. Dia juga berperan sebagai raja lautan. Ia merajai ikan,
udang, dan makhluk hidup yang hidup di lautan lainnya. Raja lautan datang
bersama patih kepercayaannya. Patih itu adalah hewan kepiting. Patih itu lalu
bernyanyi. Dia bernyanyi dengan merdunya saat patih itu menyanyi, semua orang
berperan dalam drama atau cerita itu keluar. Mereka ada yang berperan sebagai
lumba-lumba, udang, ubur-ubur dan makhluk laut lainnya. Tak ketinggalan bagi
mereka yang tadi sudah tampil pun keluar lagi. Kemudian mereka membentuk
koreografi yang unik dan kompak. Lalu mereka menari dipimpin oleh patih
kepiting tadi.
Semua pengunjung merasa terhibur melihat pertunjukkan di Under Water
Show. Terlebih bagi para putri duyung muncul dan berenang di dalam tabung kaca.
Sebenarnya mereka bukan putri duyung yang sesungguhnya. Mereka hanya memakai
kostum putri duyung. Kostum itu terdiri dari pakaian seperti putri duyung yang
mempunyai ekor mirip ekor ikan dan sebuah kaca mata renang. Mereka terdiri atas
empat orang. Ada yang ekornya berwarna merah, pink, kuning, dan hijau. Mereka
berenang bak putri duyung, kemudian muncul juga dua ekor lumba-lumba tadi, yang
muncul dari sebelah dalam lubang pada tabung kaca. Yang saya pikirkan adalah
perasaan para pemain yang berperan sebagai putri duyung. Apakah mereka tidak
takut berenang bersama lumba-lumba. Ternyata mereka merasa enjoy saja, berenang
bersama kedua lumba-lumba itu. Rupanya kedua ekor lumba-lumba itu sudah jinak.
Tak ketinggalan juga muncul dua orang penyelam lengkap dengan peralatan selam
dengan dibarengi dua ekor lumba-lumba, saat mereka muncul, mereka memegangi
moncong lumba-lumba itu. Benar dugaan saya, lumba-lumba itu tidak marah. Malah
lumba-lumba itu sangat enjoy berenang dengan mereka. Mereka muncul dari bawah
tabung kaca pertunjukan. Pertunjukan didalam tabung kaca semakin ramai.
Demikian juga pertunjukan diluar tabung kaca. Pertunjukanpun ditutup dengan
penghormatan dari para pemain drama itu baik yang ada didalam maupun diluar
tabung. Semua memberi penghormatan.
Menurutku, penghormatanya
yang unik adalah penghormatan dari empat orang yang berperan sebagai putri
duyung tadi. Mereka berenang sambil berdiri tetapi tetap di dalam tabung kaca.
Lalu mereka memberi penghormatan kepada penonton seperti orang yang sedang
mengucapkan salam saat akan datang bulan puasa. Mereka memberi salam bak orang
yang sedang iklan di televisi mengenai bulan Ramadhan. Hal itu membuat aku
ingat bahwa sebentar lagi kita akan menghadapi bulan Ramadhan. Setelah
pertunjukan selesai, lampu yang telah dipadamkan pada awal pertunjukan pun
kembali dihidupkan, lampu lesser, proyektor, dan lampu sorot pun dipadamkan.
Kemudian penonton berdiri dan bersiap-siap menuruni balkon tempat mereka duduk.
Mereka segera membubarkan diri, saya dan teman saya segera menuruni balkon.
Saya berada diurutan depan. Aya segera mengikuti teman yang ada didepan saya.
Saya terus berlari dan berebutan. Kami memperebutkan jalan untuk masuk.
Ternyata kami akan menuju wahana 4D. Dalam bayangan saya, kita pasti disuruh
untuk memakai kaca mata 4D dan pasti menonton film-film yang horor. Film itu
mungkin mengenai kuntil anak, pocong, dan genderuwo. Saya pun terus berlari
menyusuri pintu masuk menuju tempat wahana 4D. Ternyata jalan masuk menuju
tempat wahana 4D sangat panjang dan berkelok-kelok serta gelap. Jalannya pun
bertingkat sehingga jika saya terus berlari itu cukup menguras tenaga saya.
Tapi tidak lama lalu saya menemukan dua orang petugas yang memberikan saya
kacamata 4D. kemudian saya sampai dan langsung memasuki areal wahana 4D. lalu
saya segera memilih tempat duduk. Karena tempat duduk yang ada pada urutan
paling depan berada di balkon paling bawah, saya pun segera berlari menuruni
balkon dengan tergesa-gesa. Saat sudah berada di balkon urutan terdepan, saya
segera mencari tempat yang paling tengah dan dekat dengan tangga. Sayapun
segera duduk sambil memegangi kertas yang saya bawa untuk mencatat mengenai
obyek wisata. Setelah itu saya pun menunggu. Sambil menunggu, saya
melihat-lihat keadaan tempat wahana 4D seperti ada gambar pohon. Saat saya
melihat-lihat sekitar, secara tiba-tiba teman saya, Selvi Catur Nilam S (VIII
D) mendatangi saya dan duduk disebelah kanan saya. Ternyata Selvi, panggilan
akrabnya datang tidak sendiri. Ia datang bersama Rosita Nur Aida (VIII D). Dia
juga teman sekelas saya. Kemudian Rosita menggeser Selvi sehingga duduk
disebelah kanan saya adalah Rosita. Katanya Rosita, dia ingin duduk disamping
saya. Entah alasannya apa, saya tidak tahu. Saya pun merasa tidak terganggu.
Saat kita bertiga membicarakan ruangan ini, tiba-tiba Selvi mengatakan
bahwa gambar pohon yang ada diatas kepala kami terlihat nyata. Saya pun segera
menyetujui pengucapannya itu. Memang benar nampaknya gambar pohon itu seperti
aslinya. Obrolan saya dan Selvi serta Rosita pun berlanjut. Saya juga bertanya
apakah ibunya Selvi yang kemarin bertemu dengan ibuku pada saat mengambil
rapor. Ternyata memang benar bahwa seorang ibu yang bertemu ibuku adalah ibunya
Selvi. Obrolan kami terhenti karena tiba-tiba suara musik dan lagu-lagu yang
sejak tadi dimainkan dimatikan. Lalu disusul suara seorang perempuan yang
menjelaskan mengenai ruangan dan tempat duduk di wahana 4D. Dia berkata bahwa
kamu semua harus duduk di atas kursi. Kami tidak boleh duduk ditangga maupun
didepan pintu masuk. Kami juga disarankan untuk meletakkan barang apapun di
kolong kursi maupun didepan kursi. Kemudian dia juga menerangkan mengenai tata
aturan menonton film 4D. Diantaranya kami tidak boleh ada yang mempunyai
gangguan penyakit jantung. Dan bagi ibu-ibu hamil disarankan untuk duduk diatas
kursi yang paling depan karena kursi itu mempunyai pegangan yang ada didepan
kursi itu. Saat kita menonton kita boleh melepas kacamatanya sejenak. Bagi
mereka yang takut dan tidak mau melanjutkan menonton film 4D-nya boleh
mengangkat tangannya maka petugas akan segera menghampirinya. Perasaan saya
menjadi takut dan tegang setelah mendengar perkataan petugas wahana tadi.
Apalagi dalam bayangan saya bahwa film yang akan diputar adalah film horor.
Sayapun bertambah tegang, ketegangan saya mulai menurun saat petugas mengatakan
bahwa film yang akan diputar berjudul “Dora dan Diego” yang berdurasi kurang
leih 9 menit. Setelah semua siap, film akan segera diputar. Pertama-tema, lampu
yang tadinya menyala kemudian dipadamkan. Setelah itu kita disuruh memakai kaca
mata 4D.
Setelah itu film mulai diputar. Muncullah pemain utama film itu. Mereka
adalah Dora, Diego dan Buts. Setelah itu, tiba-tiba kami berteriak karena kami
terkejut. Saya juga terkejut karena kursi yang kami duduki secara tiba-tiba
terangkat naik. Wajarlah bagi kami yang tidak siap. Setelah itu, Dora dan Diego
memperkenalkan teman satwa mereka. Teman-teman mereka adalah seekor burung
dengan anaknya, seekor ular dengan anaknya, dan seekor beruang dengan anaknya.
Usai perkenalan, kami kembali seperti semula. Dramapun berlanjut. Setelah Dora
memperkenalkan teman-temannya, Dora mendengar suara Swepper. Swepper adalah
teman Dora yang mencuri. Kemudian Diego memutuskan untuk mencari letak Swepper
menggunakan teropongnya. Kita sebagai penontonnya disuruh menyebutkan namanya
(Swepper saat kita melihatnya). Saat saya melihatnya kemudian saya menyebutkan
namanya. Namun saya menyebutkan namanya tidak terlalu keras. Takut ada yang
mendengarkan suara saya. Saya benar-benar merasa ada didalam film itu. Itu
membuat hati saya sangat senang. Mungkin itu terjadi karena ini adalah
pengalaman pertamaku menonton film 4D. Setelah Swepper ketemu, ternyata dia
sedang bermain-main dengan robot kupu-kupunya. Pada waktu itu. Remote control
robot tersebut sedang dipegang Swepper. Dia mencoba menyuruh robotnya untuk
mencuri pisang yang ada disampingnya dengan mengendalikannya melalui remote
controlnya Swepper. Lantas robot itu mau mencuri dan mengambil pisang itu.
Pertama Swepper hanya menyuruh mencuri satu helai pisang saja, namun akhir dia
meminta semua pisang yang sudah matang itu. Namun saya heran kenapa Swepper menyuruh
robot kupu-kupunya untuk mengembalikan semua pisang telah dicurinya. Kemudian
dengan sombongnya, Swepper menyatakan bahwa dia bisa mencuri apa saja
menggunakan robotnya. Namun kesombongan ucapannya terhenti karena robotnya
telah mencuri remote controlnya. Swepper terkejut, menurutku itu memang balasan
yang baik untuk Swepper. Ibarat senjata makan tuan. Kemudian robot itu mulai tidak
terkontrol. Ia mencuri apa saja yang ia mau. Ia juga mencuri batang pohon
tempat beruang tinggal, air rawa tempat ular hidup dan tempat hidup dan sarang
burung temannya Diego dan Dora. Dari sinilah masalah muncul. Robot kupu-kupu
itu seperti orang dendam, kejam dan tidak berperikehewanan. Penerowomgan robot
itu oleh Diego pun diakhiri. Dora, Dioego dan Butz berniat akan menghentikan
tindakan robot kupu-kupu yang tidak terkontrol itu. Karena remot controlnya
berada di tanagn robot kupu-kupu itu maka ia dapat mengendalikan dirinya untuk
mncuri apapun.
Tugas Diego dan Dora nampaknya
cukup sulit karena sekarang robot kupu-kupu itu sudah terbang jauh. Namun Dora
tak kehabisan akal. Ia lalu meminta alat transportasi yang berupa kapal boat
dari dalam tas ranselnya. Setelah kapal boat itu didapatkan sesuai keinginanya, ternyata banyak satwa yang mau ikut berpetualang
untuk mengehentikan tindakan kupu-kupu yang kejam itu bersama mereka. Saat
kapal boat mulai berjalan, kapal itu langsung terjun ke air. Lantas air yang
terkena kapal itu muncrat. Akupun langsung terperanjat terkejut dan berteriak.
Ternyata kami disemprot menggunakan air beneran. Aku teriak karena tidak terima
dengan perlakuan itu. Memang pada waktu itu aku sedang memangku papan, kertas
dan alat tulis menulis sehingga aku takut kalau airnya membasahi kertasku.
Namun ternyata kertasku hanya basah sedikit di ujung pojok atas. Akupun
bersyukur. Aku lalu melanjutkan menonton film 4Dnya. Petualangan Dora dan Diego
pun berlanjut. Mereka tidak hanya menempuh perjalan di air dengan kapal boat,
namun mereka juga menempuh perjalanan udara menggunakan helikopter milik Diego.
Saat terbang di atas tebing, mereka kembali menemukan laut. Tat kala air
muncrat. Kamipun kembali mendapatkan semprotan air. Entah dari mana, aku tidak
tahu karena aku sudah menduga akan ada semprotan lagi, akupun lebih menjaga
kertasku. Aku juga lebih menjaga pendengaranku karena dalam ruangan wahana 4D
suara yang dikeluarkan film itu sangat keras. Namun aku tetap enjoy saja. Saat
Dora dan Diego sampai di sebuah kutub mereka menemukan robot kupu-kupu itu
sedang menghisap es tempat beruang hidup mendarat. Kemudian Dora dan
teman-temannya berusaha mengambil alih remote controlnya. Karena terjadi
perebutan remote control itupun jatuh. Mengambil remote control itu adalah
tugas kami. Dora menyuruh kami untuk menangkap dan menekan tombol yang ada pada
remote control yang melayang mendekati kami. Sayapun mencoba untuk menangkap
remote control itu. Tapi tak ketangkap juga. Saya seperti berkhayal saja. Saat
saya merasa sudah menangkapnya, saya kemudian mencoba menekan tombolnya. Namun
saya harus berusaha berkali-kali sampai akhirnya kami semua dapat menekan
tombol itu. Setelah tombol itu tertekan kami, robot kupu-kupu itupun segera
mengeluarkan semua benda yang telah dicurinya. Tak terkecuali benda-benda milik
ketiga teman Dora dan Diego. Meskipun berhasil Dora, Diego dan Butz segera
pulang. Saat kembali ke taman, mereka menemukan kupu-kupu robot itu tengah
terbang dan bermain-main dengan kupu-kupu lainnya. Akhirnya kupu-kupu robot
dapat disenangi teman kupu-kupunya. Dora dan Diego pun senang. Mereka juga
berterima kasih kepada kami yang telah membantunya.
Setelah itu, Dora dan Diego pergi untuk melanjutkan petualangannya. Film
4D pun segera berakhir. Saat film telah berakhir, kami semua bangkit dari
tempat duduk dan melepas kaca mata 4Dnya. Kami pun keluar melalui pintu “Exit” yang ada disamping kanan stage di
wahana 4D, sambil keluar kita meletakkan kaca mata 4Dnya ditempat yang telah
ditentukan petugas. Dipintu “Exit” ada dua jalur pintu untuk keluar.
Ditengah-tengah pintu “Exit” ada seorang petugas yang memberikan alam dan
ucapan terima kasih dengan kami dengan
sangat ramahnya. Saya dan rombongan segera keluar dengan tertib. Setelah keluar
saya segera mencari Pak Prapto. Setelah ketemu, saya segera mengikuti beliau.
Saat seorang petugas menghalau kami untuk menonton pertunjukkan di areal
Scorpion States, Pak Prapto pun menolak dengan alasan kita akan segera menuju
areal Sea World Indonesia. Sebenarnya aku sangat ingin menonton di areal
Scorpion States karena aku menduga bahwa suara ledakan-ledakan yang terdengar
saat pertama aku menginjakan kaki di sini berasal dari areal pertunjukkan itu.
Menurutku pertunjukkan di areal Scorpion States berupa atraksi-atraksi dari
manusia yang handal. Atraksi itu mungkin sangat mendebarkan dan sekaligus
menegangkan. Namun saya tetap berprasangka baik terhadap keputusan Pak Prapto
yang menolak untuk menonton pertunjukkan di Areal Scorpion States mungkin
alasannya karena dua hal. Dua hal itu adalah waktu yang sudah semakin sore dan
mungkin karena pertunjukkan di Scorpion States hanya untuk hiburan bukan
edukasi atau pendidikan. Sayapun terus mengikuti langkah Pak Prapto. Saya
mengikuti beliau di urutan paling depan tepatnya disamping kanan beliau, sambil
berjalan, beliau bertanya kepada saya mengenai pengalaman saya di wahana 4D.
Lalu saya menjelaskan bahwa disana diputarkan film anak-anak bukan film horor
seperti yang saya bayangkan. Saya juga menceritakan bahwa kertas saya jadi
basah gara-gara disemprot air beneran. Pak Prapto pun menanggapinya dengan
santai, lantas beliau tersenyum dan menjelaskan bahwa dalam dunia wahana 4D,
penontonnya seakan-akan berada dalam film itu. Istilahnya penontonnya ikut
bermain peran akan penontonnya ambil bagian dalam film itu. Saya senang dengan
penjelasan Pak Prapto. Kami kemudian menlanjutkan perjalanan menuju Sea World
Indonesia. Tadinya Kami akan keluar dulu lalu baru menuju Seaworld Indonesia.
Namun saat seorang petugas datang membawa kunci gembok yang berniat membukakan
pintu gerbang untuk kami menuju Seaworld Indonesia, Pak Prapto memutuskan
mengikutinya. Kemudian ia menuntun kami menuju sebuah pintu gerbang yang
menghadap utara dengan pintunya tergembok. Ia lalu membuka pintu gemboknya, dan
membuka lebar-lebar pintu gerbangnya. Kemudian Pak Prapto mengucapkan
terimakasih lantas kami pun segera melewati pintu gerbang itu.
Setelah masuk, ternyata bangunan yang ada di depan mata kami adalah
“Seaworld Indonesia”. Tak kukira ternyata jaraknya sangat dekat dengan
Gelanggang Samudra kira-kira 10 meter. Kamipun masuk serambi Sea World
Indonesia dengan terus mengikuti Pak Prapto. Pak Prapto kemudian bertanya
kepada seorang kasir. Kami kemudian disuruh berbaris. Ternyata kami menunggu
supaya dipersilakan masuk cukup lama. Kurang lebih selama 10 menit. Sambil
menunggu dipersilakan masuk, saya bercanda denga teman-teman. Saya juga
meminjam catatan teman-teman saya. Sambil membaca catatannya, saya juga
bercanda mengenai obyek yang telah kami lalui. Saya juga sempat menghitung
piagam MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk Seaworld Indonesia. Seaworld
Indonesia berhasil meraih 27 piagam. Wow sangat banyak. Ternyata Seaworld
berhasil mendapatakan MURI karena Seaworld Indonesia berhasil menjadi wahana
yang bernilai edukatif yang mengutamakan materi dunia perairan khususnya ikan
dan makhluk laut lainnya yang terbesar di Indonesia. Saya sangat kagum dan
semakin penasaran dengan Seaworld Indonesia yang meraih penghargaan 27 rekor
Muri.
Kami lalu disuruh masuk. Masuknya perempuan dahulu baru laki-laki.
Setelah masuk, kamipun dicap dengan cap dari tangan petugas yang bergambar
ikan. Setelah saya masuk, saya segera mengobservasi kondisi di sana. Saya juga
segera mencatat semua yang saya lihat. Ikannya disini banyak. Ada yang
diletakkan di dalam aquarium ada juga yang diletakkan di kolam. Bentuk dan
jenis ikannya pun beragam. Ukuran dan tempat hidupnya juga berbeda-beda. Di
sini memang fasilitas untuk belajar mengenai hewan laut sangat lengkap. Tak
khayal kalau Seaworld Indonesia mendapatkan Rekor Muri sebanyak dua puluh tujuh
kali sebagai apresiasinya dari Muri (Museum Rekor Indonesia). Ikan yang pertama
saya lihat adalah ikan Aquatesy. Ikan itu mirip dengan ikan mas. Bentuknya
tidak terlalu besar. Namun, ikan ini memiliki keindahan dan nilai estenias pada
warna sisiknya yang berbeda-beda. Ikan ini berenang dengan indah seolah-olah
menghiasi aquariumnya sendiri. Saya juga menemukan makhluk laut yang sebelumnya
saya tidak menduga akan dapat menglihatnya di Seaworld ini. Hewan ini adalah
patride dalam film animasi Spongebob Squarpant. Ya, hewan ini adalah bintang
laut. Bintang laut itu ditempatkan pada sebuah kolam yang tidak terlalu luas
dan di atasnya tidak diberi tutup. Kolam bintang laut itu dibuat dangkal
sehingga saya dan pengunjung Seaworld lainnya tidak merasa kesulitan untuk
melihat dan mengambil photo sebagai kenang-kenangan maupun untuk mencari
inspirasi dan aspirasi. Saat itu saya sedang berkeliling wahana Seaworld
Indonesia sendiri. Tiba-tia secara tidak sengaja saya bertemu dengan Prisca
Carsa Moneteringtyas (VIII F). Kemudian saya bertanya kamu kenapa kok
berkeliling sendiri. Diapun menjawab bahwa ia tertinggal Happy (VIII F), teman
akrabnya. Lalu dia memutuskan untuk berkeliling bersama saya. Sayapun menyetujui
gagasan itu. Untung-untung untuk mencari teman berkeliling karena dari tadi
saya berkeliling sendiri. Kemudian kami memutuskan untuk melihat ikan dugong.
Ikannya sangat besar. Ikan itu termasuk ikan yang bergerak dengan lambat. Namun
tenaganya juga terlebih lebih kuat dari singa laut. Ikan itu sangat menarik
untuk saya abadikan melalui kamera Handphone saya. Namun sayangnya, saya tidak
bisa memotret semua bagian tubuhnya karena kepala ikan itu sedang berada di
atas aquarium besar. Jadi saya hanya bisa memotret ekor dan setengah dari
badannya. Mungkin ikan itu malu untuk difoto pikirku.
Kamipun melanjutkan observasinya. Sampailah kami di dalam ruangan
Seaworld yang khusus menjelaskan mengenai kehidupan makhluk laut dengan lengkap
dan detail. Disitu terpasang selebaran-selebaran yang berisi mengenai tata
kehidupan laut. Selebaran itu dipasang pada dinding-dinding. Saya sempat
membaca sebuah selebaran yang berisi mengenai cara adaptasi hewan-hewan laut
dengan lingkungannya. Ternyata mereka memnggunakan semua bagian tubuhnya untuk
beradaptasi. Ada yang berada possi dengan ekor, sirip, gigi dan warna tubuhnya.
Penjelasannya cukup mudah untuk dipahami. Tak sampai disitu fasilitasnya.
Disamping selebaran itu juga ada contoh adaptasi. Di situ ada ikan-ikan kecil
yang sedang berenang yang menandakan bahwa ini adalah proses adaptasi yang
sukses. Ternyata makhluk hidup yang dikarantina disitu tidak hanya ikan,
bintang laut dan udang tetapi juga ada hewan bercangkang keras. Ya, binatang
itu adalah kura-kura. Kura-kura berada di dalam kolam kecil seperti
bintanglaut. Aku dan Prisca tidak dapat mengambil gambar dikarenakan cahaya
yang ada di ruangan itu sangat redup. Tetapi kita masih bisa mengenang sedang
dan hidupnya di air yang tidak diberi oksigen (02). Selain bintang laut dan
kura-kura yang ditempatkan di kolam terbuka, ada juga hewan lain. Seperti ikan
hiu, tapi tenang ikan hiu yang ada di kolam itu masih kecil-kecil dan
pengunjung dapat memegangnya dengan syarat pengunjung hanya boleh memegang
badannya saja. Pengunjung tidak diperbolehkan memegang sirip dan ekor ikan hiu
tersebut. Pengnjung juga dilarang menarik dan mengangkat ikan hiu tersebut.
Setelah membaca petunjuk dan peraturannya aku jadi tahu bahwa ikan itu adalah
ikan hiu. Saat tahu bahwa ikan itu adalah ikan hiu aku jadi merasa tertantang
untuk memegangnya. Kemudian saya dan Prisca bermusyawarah apakah saya dan
Prisca akan memegangnya. Mufakatnya, saya akan memegangnya sedangkan Prisca
(VIII F) tidak mau memegangnya, entah alasannya apa, saya sendiri tidak tahu.
Kemudian saya memintanya untuk memegangkan catatan, papan, alat tulis menuluis
dan handphone saya. Lantas saya kemudian mengulurkan tangan saya ke dalam air.
Mulanya saya takut kalau-kalau ikan hiu megigigt tangan saya. Apalagi ikan yang
ada disitu kurang lebih ada 5 ekor. Panjangnya masing-masing kira-kira 20 cm
dan beratnya kurang lebih 2 ons.
Pertama saya berusaha memegang ikan hiu yang berenang ke arah barat namun
saya tidak berhasil. Karena saya melihat pengunjung lainnya yang ada di dekat
sedang berusaha memegang ikan hiu itu seperti saya memukul-mukul air itu supaya
ikan hiunya mendekat, sayapun mengikutinya. Ternyata benar ada ikan hiu yang
berenang mendekati tangan saya. Sayapun tidak melewatkan kesempatan itu yang
sejak tadi saya tunggu-tunggu. Akhirnya saya dapat memegangnya. Perasaan saya
pada saat itu sangat tegang. Saya takut kalau tiba-tiba ikan hiu itu berubah
menjadi buas yang awalnya jinak. Setelah saya pegang ikan hiu itu segera
berenang meninggalkan belaian tangan saya. Saya masih dibuat penasaran dengan
ikan hiu itu. Saya ingin memegang ikan hiu itu lebih lama lagi. Sayapun kembali
memukul-mukul air yang ada di depan saya. Namun kali ini yang datang bukan ikan
hiu tetapi ikan pari. Saya tidak menyadari bahwa di dalam kolam itu tidak hanya
ada ikan hiu tetapi juga dua ikan pari. Saat ikan pari itu datang ke tangan
saya, sayapun langsung menarik tangan saya keluar dari air. Saya takut kena
racun ikan pari karena sepengetahuan saya ikan pari tadi memiliki racun di
bagian ekornya. Saya tidak tahu apakah ikan pari tadi memiliki racun di bagian
ekornya atau tidak. Namun saya tetap berpostive thingking. Kalau misalnya ikan
pari itu dipamerkan dan boleh dipegang pengunjung, pasti itu bukan ikan pari
yang beracun. Saat saya mengeluarkan tangan saya dari air secara tiba-tiba,
saya dan Prisca (VIII F) tersenyum. Sedikit tertawa mungkin karena saya menarik
tangannya sedikit lucu. Prisca pun menertawakan saya sepuasnya.
Setelah saya mengeluarkan tangan saya dari air, sayapun langsung meminta
semua barang yang telah saya titipkan kepadanya. Saya takut kalau Prisca
kecapekan, karena barang-barang yang saya titipkan kepadanya bisa dibilang
cukup berat. Priscapun lalu memberikan semua barang itu. Karena tangan saya
masih basah barang itu saya letakkan di atas pinggiran kolam. Kemudian saya
mengibas-ibaskan tangan saya supaya cepat kering. Secara tiba-tiba Prisca
bertanya kepada saya apakah saya membutuhkan tissue. Ternyata Prisca (VIII F)
membawa tissue, sayapun mengatakan membutuhkan tissue itu. Prisca lalu memberi
saya dua buah lembar tissue. Saya kemudian berterimakasih kepadanya dan
cepat-cepat mengeringkan tangan saya dengan tissue tadi. Setelah kering, tissue
kotor itu saya masukkan ke dalam saku celana saya karena di situ tidak tersedia
tempat sampah. Setelah itu saya mengambil semua barang yang saya letakkan di
atas pinggiran kolam tadi.
Saya dan Prisca pun melanjutkan observasinya. Mulanya saya akan
meneruskan observasinya ke lantai dasar dulu. Namun karena banyak pengunjung
yang menaiki tangga ke lantai dua, saya dan Priscapun langsung mengikuti
mereka. Saya tertarik menaiki tangga itu karena tangga itu unik. Tangga itu,
dibangun di samping atas kolam ikan hiu tadi. Tangga itu dibangun dengan konsep
tanah liat. Jadi tangga itu seperti tangga yang dibuat dengan tanah liat. Saya
dan Prisca lalu menaiki tangga yang unik itu dengan santai. Sayapun
menikmatinya. Setelah berada di atas kami dapat melihat kolam ikan yang terbuat
dari kaca. Kolam itu dinamai Aquarium Besar. Didalam aqurium itu kita menjumpai
ikan-ikan besar hidup disitu. Ikan-ikan itu bentuk dan warnanya beragam. Ada
ikan pari, cakalang, kura-kura dan masih banyak lagi. Kami dapat melihatnya
dari atas kolam melalui sebuah jendela
kaca yang berbentuk lingaran. Ikan-ikan yang aku lihat sangat mengagumkan.
Ikan-ikan itu berenang kesana kemari dengan lincah.
Di dalam aquaium besar itu juga ditempatkan semacam batuan dari laut.
Batu itu bermanfaat untuk menghiasi aquarium itu supaya terlihat seperti laut
aslinya sekaligus sebagai tempat ikan untuk bersembunyi atau untuk membangun
tempat tinggal mereka. Karena aquarium besar itu berada di ruang tertutup
sehingga sinar matahari tidak dapat memasuki air di dalam aquarium itu. Padahal
sinar matahari itu baik untuk ikan. Bisa uintuk membantu metabolisme dalam
tubuh ikan itu sendiri maupun untuk mendapatkan rasa hangat dari sinar
matahari. Untuk mengatasinya, pengelola wahana Seaworld Indonesia memasang
lampu-lampu sumber energi di atas aquarium besar itu. Sehingga panas dari lampu
itu dapat memancar ke dalam air dan dapat menghangatkan tubuh ikan-ikan itu.
Setelah puas melihat-lihat ikan yang ada di situ, kamipun langsung beranjak
pergi dari situ. Di sepanjang lokasi yang kita lewati ada tempat yang unik dan
berwarna. Tempat itu berada di sepanjang tangga menurun tempat kami turun dari
atas aquarium besar itu. Saat kita melewatinya pakaian kami yang mulanya
berwarna biru gelap menjadi berwarna biru menyala. Kami dibuat heran tetapi
saya sangat senang tangga itu berbelok. Saat saya belok saya dan Prisca bertemu
dengan teman-teman Prisca (VIIIF).
Mereka banyak yang bercerita mengenai ikan-ikan yang telah mereka lihat.
Kita semula saling melengkapi cerita sehingga data-data yang kami dapatkan
dapat menjadi lebih jelas, lengkap dan banyak. Begitu juga saran Pak Hadi pada
saat kita berangkat. Setelah selesai bertukar data, kami lalu turun dari
tangga. Saat kami melangkah beberapa langkah, kita menemukan Aquarium Gold
Fish. Di situ ada aquarium yang dihuni oleh ikan mas koki. Ikannya sangat
cantik dan berwarna-warni. Ikan ini memiliki ciri khas yaitu bagian kepala dan
perut yang membesar. Ikan ini dapat berenang dengan lincah. Usai mencatat semua
hal mengenai ikan itu, saya tertarik untuk berfoto di samping aquarium
tersebut. Saya tertarik karena di ruangan itu berwarna biru jadi saya pikir
bagus untuk background belakang foto saya. Setelah saya foto bagus ruangan itu
akan tetapi saat saya berfoto diri saya hasilnya tidak bagus. Hal itu
dikarenakan redupnya cahaya yang ada. Jadi saya gagal memoto diri saya sendiri.
Setelah selesai mencatat, kami pun langsung keluar dari Sea Wolrd. Saat menuju
pintu keluar, saya dan Prisca bertemu dengan Happy (VIIIF). Orangnya humoris
jadi kami bertiga berjalan sambil melewati ataupun bercanda. Saat sampai di
pintu keluar, saya sempat bingung mau memilih keluar yang mana karena disitu
ada tiga pintu keluar. Akhirnya saya memilih pintu keluar yang dipilih Prisca.
Gagal Membeli Oleh-oleh
Saat keluar dari pintu, woww banyak pedagang yang menjajakan boneka, kaos
dan aksesoris yang bertemakan dunia laut. Ada boneka ikan, hiu, ikan tenggiri
dan masih banyak model lainnya. Aku tertarik untuk membeli dan melihat-lihat
boneka itu. Aku pun melihat-lihat sambil memegang-megangnya. Aku mau membeli
barang itu sebelum membelinya. Aku ingin mendapatkan barang yang bagus
kualitasnya. Saat kulihat-lihat, semua produk bonekanya bagus dan lembut.
Bulu-bulu boneka dan jahitannya rapi. Setelah saya cek kualitasnya, baru saya
melihat harganya. Alangkah terkejutnya saya ternyata harga boneka dan barang-barang
lainnya disitu sangat mahal. Harga satu buah boneka ikan laut itu mencapai Rp.
128.000,00. Menurutku itu adalah harga yang pantas untuk membeli lima buah
kaos. Jelas tidak sebanding dengan satu buah boneka. Saya jadi kecewa.
Sebenarnya boneka itu akan saya oleh-olehkan untuk adik saya tercinta. Namun
karena harganya sangat mahal saya tidak jadi beli. Saya pun hanya berkeliling
sambil melihat-lihat barang lain. Pada saat itu saya tidak mau membeli kaos
disitu karena saya tahu pasti gambar kaosnya ikan. Menurutku kalau kaos
bergambar ikan itu untuk anak kecil bukan anak SMP seperti aku. Setelah jenuh
berkeliling akupun langsung meninggalkan tempat perdagangan (toko) itu. Aku
keluar tanpa membawa apa-apa. Jadi gagal aku membeli oleh-oleh boneka ikan untuk
adikku gara-gara harganya yang menurutku terlalu tinggi. Setelah keluar aku
terus berjalan bersama teman-temanku menuju bus kami.
Saat aku berjalan aku tidak terfokus. Pandanganku bukan melihat jalan
yang aku lewati. Aku malah melihat-lihat pemadangan di sekeliling areal Sea
World Indonesia. Aku menjumpai tumbuhan yang masih asri. Ternyata di Jakarta
ada juga tumbuhan yang masih asri. Mungkin jumlahnya tidak banyak. Terlepas
dari tumbuhan itu, aku melihat kolam besar di samping bangunan. Sayangnya kolam
itu kosong tidak ada ikannya. Bahkan kolam besar itu malah terkesan kumuh dan
tidak terawat karena di dalamnya ada air yang kotor ditambah sampah yang
berserakan. Aku tidak terlalu memperdulikan kolam itu karena kolam itu kotor.
Aku terus berjalan sampai aku menemukan tulisan “Terima kasih Atas Kunjungan
Anda” terpasang di atas kepala saya. Saya kemudian melihat lebih jauh lagi
hingga terlihat bahwa tulisan itu tidak hanya dalam satu bahasa. Ternyata dalam
satu papan itu ada 4 buah bahasa. Ada bahasa Inggris, Cina, Indonesia dan Arab.
Tulisan itu tersusun secara rapi dan bahasa itu terdengar halus di telinga. Hal
itu membuat aku tertarik karena dapat diartikan bahwa yang datang ke Sea World
Indonesia ini tidak hanya orang Indonesia. Bisa menyesal nich kalau aku sendiri
orang Indonesia belum pernah ke sini. Akupun terus berjalan sampai aku
menemukan dua jalur jalan. Jika di Jakarta kita kalau mau menyeberang harus
melalui zebra cross. Saya lalu menyeberangi jalan itu dengan zebra cross dan
lanjut menuju bus 3 SMP N 1 Pengasih. Sambil berjalan, aku melihat-lihat lapak
pedagang yang menjual pakaian. Aku sangat ingin membeli kaos karena sejak awal
aku memang berniat membeli kaos. Karena sejak awal aku memang berniat membeli
kaos. Karena di PP IPTEK TMII tadi saya tidak membeli kaos makanya saya ingin
memanfaatkan kesempatan ini untuk membeli kaos. Sayapun berjalan menuju bus
kami untuk mengambil uang. Saat sampai di bus saya lalu berniat mengambil uang
Rp. 50.000,00, akan tetapi karena saya berasa ingin membuang air kecil jadinya
saya buang air kecil dulu di kamar mandi bus. Setelah selesai buang air kecil,
saya turun dari bus. Saya lupa mengambil uang. Kemudian saya bekumpul di
kerumunan teman-teman saya. Kemudian kami saling bercerita mengenai obyek
wisata yang telah kami kunjungi. Saya juga sempat meminjam HP-nya
Trimurtiningsih Laras (VIIID) untuk melihat-lihat hasil fotonya dan bertukaran
lagu-lagu melalui aplikasi bluetooth. Saya meminta lagu kurang lebih jumlahnya
8 buah. Saya jadi ingat ingin membeli kaos saat Salma Nurultsani (VIII D)
datang dan membawa barang kaos belajaannya, senilai Rp. 25.000,00. Setelah
ingat sayapun bergegas akan membeli kaos. Karena tidak percya diri (PD) dan
takut kalau tidak bisa menawar harganya, sayapun mengjak teman-teman saya. Saya
juga mengajak Timurtiningsih namun ia menolak ajakan saya dengan alasan dia mau
membeli kaosnya di Cibaduyut. Sayapun menyetujui saran itu dengan perasaan
kecewa dan berat hati. Sayapun melajutkan percakapan dengan teman-teman saya.
Setelah mendapatkan kabar bahwa kita akan segera berangkat meninggalkan Taman
Impian Jaya Ancol, kita langsung membubarkan diri dan bergegas menuju bus kita
masing-masing.
Kemudian kita memasuki bus dengan tertib. Setelah bus 3 SMP N 1 Pengasih
penuh dan semua rombongan lengkap, Pak Ngudi memberikan pengumuman yang membuat
saya terkejut. Pak Ngudi mengumumkan bahwa kita tidak jadi mengunjungi Pantai
Marina karena keterbatasan waktu (waktu yang sudah sore) dan kondisi pantai
Marina yang tidak lebih bagus dari Pantai Glagah. Pak Ngudi juga menjelaskan bahwa
jika kita jadi mengunjungi Pantai Marina, kita akan kehilangan banyak waktu untuk
menuju Cibaduyut. Pak Ngudi memperkirakan bahwa jika kita kehilangan banyak
waktu di Pantai Marina, saat kita sampai di Cibaduyut kita tidak akan mendapatkan
apa-apa karena sudah malam. Sayapun setuju dengan alasan itu, kalau kita tidak
bisa membeli apa-apa di Cibaduyut, habislah diriku. Aku tidak bisa membeli kaos
dan oleh-oleh khas Bandung. Tetapi saya sedikit tidak percaya dengan alasan
kita tidak mengunjungi Pantai Marina yang kedua yaitu bahwa Pantai Marina lebih
jelek dari Pantai Glagah. Sebagai orang yang pernah mengunjungi Pantai Glagah saya
sedikit menyesalkan statement itu. Saya pun kembali bertanya kepada Pak Ngudi
apakah statement itu benar adanya. Pak Ngudi pun kembali menjelaskan bahwa itu
benar. Pendapat itu juga didukung oleh pendapat teman saya yang orang tuanya
tinggal di kota Jakarta, Ageng Prasasti (VIII D). Setelah mendapat dua pendapat
itu sayapun mencoba untuk mengerti walaupun saya masih sedikit tidak percaya. Sebelum
kita berangkat, saya minum antimo dulu untuk jaga-jaga agar saya tidak mabok
perjalanan karena saya sedikit tidak PD untuk tidak mabok perjalanan. Setelah
minum antimo, ternyata kru bus membagikan minuman berkarbonasi dan snack.
Karena saya sudah minum obat antimo saya dilarang minum berkarbonasi karena
dapat memicu mual dan mabok perjalanan. Lambat kemudian cepat bus kami keluar
dari Taman Impian Jaya Ancol. Melalui Pantai Ria di Jakarta Utara. Saat saya
melewati Pantai Ria, saya sempat melihat-lihat pantainya. Ternyata bersih dan
rapi.
Menuju Cibaduyut
Setelah puas melihat-lihat pemandangan di Pantai Ria melalui jendela kaca
bus, saya langsung duduk santai sambil mendengarkan musik dari HP saya ditemani
ayunan lambat langkah bus kami. Bus kami berangkat pada pukul 15.30 WIB. Bus
keluar melalui pintu keluar Taman Impian Jaya Ancol. Di sepanjang kawasan Ancol, saya melihat
fasilitas-fasilitas yang banyak guna menunjang orang yang akan berwisata ke
Ancol. Ada hotel dan motel untuk orang yang menginap, ada alat-alat olahraga
air, dan masih banyak lagi. Sambil bus berjalan keluar, saya melihat hotel yang
ada disamping jalan di kawasan Ancol. Ternyata tidak saya saja yang
memperhatikan hotel itu. Hotel itu nampak sangat bagus dan mewah. Apalagi letak
dan posisi hotel itu. Hotel itu menghadap ke barat terletak di samping kanan
Pantai Ria Ancol. Jadi saat sore hari penghuni hotel itu dapat melihat sunset
di Pantai Ria yang indah. Terlepas dari pikiran saya itu, tiba-tiba ada teman
saya yang mengucapkan kenapa kita menginap di Graha Wisata Ragunan tidak di
hotel itu. Sayapun tersenyum geli, pasti mahal kalau kita menginap di hotel
itu. Lambat laun bus kami sampai di Jalan Laksamana R.E. Martadinata. Bus kami berjalan ke arah timur. Di sepanjang Jalan
Laksmana R.E. Martadinata, kami dapat melihat tingginya angka kesenjangan
sosial di Jakarta Utara. Di sepanjang jalan itu terlihat gedung-gedung mewah
nan megah berdiri di antara ratusan bahkan ribuan rumah tak layak huni. Salah
satu teman saya bahkan menyebut kumpulan itu sebagai sebuah kerajaan. Sayapun
sependapat karena barisan itu membentang dari barat sampai dengan timur kurang
lebih sepanjang 3 km, bak sebuah kerajaan yang saya herankan ada salah satu
rumah yang berani dibangun di bawah menara tower seluler karena kalau di desa
tidak ada yang berani. Terlepas dari pemandangan tadi, ternyata bus kami sudah
sampai di Kecamatan Cilinung, Jakarta Utara. Setelah mengetahui itu saya jadi
ingin tidur (ngantuk sekali). Saya tidak tahu tiba-tiba ngantuk, entah karena
obat antimo tadi atau karena kecapekan. Saya pun segera menjadi PW untuk tidur
di kursi saya, mengingat Pak Hadi memperbolehkan kita untuk tidur saat kita
melakukan perjalanan pulang. Setelah dapat PW sayapun segera tidur. Perjalanan
tidak terasa saat saya tidur dengan keinginan cepat sampai di Cibaduyut dengan
tepat waktu dan selamat.
Di Cibaduyut, Asyiknya Wisata Belanja Murah
Sekitar pukul 21.00 WIB, aku secara tiba-tiba bangun. Saat aku bangun
ternyata kita sudah ada di Cibaduyut. Sebelum aku tahu, aku sedikit terkejut
karena bus kita tiba berada di tengah-tengah kerumunan orang berdagang seperti
pasar. Saat aku mengetahui bahwa di situ adalah Cibaduyut tempat kita akan
membeli oleh-oleh, akupun langsung mengambil sejumlah uang dan langsung keluar
bus mengikuti teman yang ada di depan saya. Saat sudah sampai di luar bus,
tanpa berpikir panjang saya menghampiri sebuah kios pakaian yang dimiliki
seorang pemuda. Saya tertarik dengan kios pakaian itu karena disetiap barisan
kaos yang dijualnya terpasang papan harga yang murah. Harga pakaian atau kaos
di situ beragam tergantung kualitas dan corak bahannya. Harganya antara Rp.
15.000,00 sampai Rp. 100.000,00. Di situ saya langsung mengambil lima potong
kaos yang coraknya menurutku bagus. Kebanyakan coraknya di situ bertuliskan
“Bandung Paris van Java”. Asyiknya, beli kaos bagus dan murah, kapan lagi. Beli
lagi yang banyak. Sebenarnya harganya boleh ditawar, namun karena harga kaos
semuanya sudah pas atau harga mati jadinya saya gagal menawar. Usai membayar,
saya beranjak pergi dari kios pakaian itu. Ternyata saat saya keluar dari kaos
itu, ada sebuah kios yang menjual pakaian kaos, celana yang murah-murah. Saat
saya memilih kaos, saya senang karena disitu ada kaos kesukaan saya. Sayapun
cepat-cepat memilih mengingat Pak Prapto hanya memberi waktu lebih kurang 45
menit untuk berbelanja. Akhirnya saya memilih satu kaos berukuran “small” dan
sebuah celana “boxer”. Rencananya celana boxer itu untuk saya dan kaosnya untuk
adik saya sebagai oleh-oleh. Transaksi harga selesai, ya langsung keluar dari
kios pakaian itu. Saya berjalan ke utara.
Saya berniat membeli jam tangan digital. Setelah saya berjalan kurang
lebih 5 menit, akhirnya saya menemukan kios jam tangan saya langung masuk dan
melihat-lihat jam tangan yang dijajakan. Jam tangannya ukuran, model, dan
bentuknya bervariasi. Saya jadi bingung mau meilih yang mana. Jam tangan
digital berwarna hitam pilihan saya. Lalu saya bertanya harganya. Ternyata
harganya masih terlalu mahal bagi saya. Sayapun menawarnya. Harganya pun
langsung anjlok kurang lebih 20%. Namun setelah saya pikir-pikir, saya tidak
terlalu membutuhkan jam digital karena saya jarang keluar rumah (pergi main).
Dari segi harga masih mahal dan harganya itu cukup untuk membeli dua kaos yang
bagus. Khan mubatzir! Karena saya tidak jadi membeli jam digital sayapun
langsung keluar dari outlet jam tangan tersebut. Di depan outlet jam tangan itu
saya melihat banyak teman-teman saya memasuki toko yang di lantai dua. Tokonya tampak
besar, bersih, dan bagus. Tokonya juga megah semacam distro pakaian. Sayapun
tertarik untuk membeli pakaian di sana. Tanpa pikir panjang, saya mengejar
teman-teman saya itu namun sayangnya tidak terkejar. Sayapun memasuki distro
pakaian itu sendiri. Saya langsung masuk dan melihat-lihat barang yang dijual
di dalam distro itu. Barangnya banyak, tersusun rapi di dalam rak. Banyak
barang yang dijual diantaranya kaos berbagai motif dan corak, sepatu, jam
tangan, sandal dan masih banyak lagi. Lantainya bersih dan suasananya tenang. Saya
langsung berkeliling untuk mencari barang yang cocok untuk oleh-oleh. Sayapun
langsung melihat barang-barang yang ada di rak pinggir. Di situ saya menemukan
pakaian dengan berbagai ukuran dan motif. Ukurannya banyak dan beragam dari S
sampai XL semua ada. Motifnya pun beragam ada kaos batik, sablon dan gambar
lain. Saya suka sekali dengan kaos batik. Namun karena harganya melebihi
rata-rata kaos yang saya beli, akhirnya saya tidak jadi membelinya. Sayapun
tetap memikirkan keadaan dan kondisi kantong “kocek” saya.
Akhirnya saya hanya membeli dua potong kaos yang berukuran M. Setelah
saya mengambil dua buah kaos itu, saya lalu mendaftarkan barang itu pada
penjual. Lalu penjual memberi saya nota dan sebuah kantong plastik untuk
membawa kedua buah potong kaos tadi. Namun saya juga diberi pesan oleh
penjualnya bahwa bukan kantong plastik itu yang untuk membawa kaos tadi pulang
melainkan kantong plastik itu harus ditukar di tempat kasir untuk mendapatkan
kantong plastik yang untuk membawa pulang kaos tadi. Sayapun segera menuju
kasir. Karena awalnya saya tidak tahu letak kasir di mana, sayapun bertanya kepada
seorang ibu yang sedang berbelanja. Ibu itu lalu menjelaskan dengan detail
letak kasir. Saat saya tanya ibu itu menjawab dengan ramahnya. Saya lalu
berterima kasih kepada ibu tadi. Saya segera mengikuti petunjuk ibu tadi. Saya
segera mengikuti petunjuk ibu tadi. Setelah kurang lebh tiga menit saya
berjalan, akhirnya saya menemukan letak kasir. Ternyata letak kasir itu berada
di tempat paling belakang jika ditinjau dari tempat pintu masuk saya tadi.
Tanpa berlama-lama saya langsung menyerahkan sekantong plastik yang diserahkan
penjual tadi kepada saya. Kasir lalu menghitung harganya dan membungkusnya.
Saya lalu membayar. Setelah barang tadi berada di tangan saya, saya langsung
meninggalkan kasir. Tak lupa dengan mengucapkan terima kasih kepada kasirnya
dan ia pun menjawab dengan ramah dan sopan. Saat saya berbalik ternyata di
depan kasir itu ada seorang penjual jam tangan. Lagi-lagi saya tertarik untuk
membelinya. Saya lalu mencoba untuk mendekati penjual jam tangan itu. Ternyata penjual
jam tangan itu seorang wanita yang masih muda dan cantik. Saya lalu berusaha
menyapa dan melihat-lihat jam tangan itu. Moga-moga bisa dapat jam tangan
digital yang harganya lebih murah dari jam tangan yang dijual di outlet luar
tadi.
Saya lalu melihat jam tangan digital yang berwarna hitam pekat. Saya lalu
bertanya harganya. Dengan lemah lembut penjualnya menjawab ternyata harganya
masih mahal sekali. Saya coba untuk menawarnya dengan harga yang lebih murah.
Penjualnya lalu menjawab tawaran saya. Penjualnya menjawab karena seluruh jam
tangan yang dijual di rak tempatnya berjualan sudah di diskon 30%. Namun saya
tetap berusaha untuk menawarnya dengan cara merengek-rengek minta turun harga.
Akhirnya hati penjual wanita itu luluh juga. Ia setuju dengan tawaran saya.
Namun saya berpikir-pikir lagi harganya masih mahal untuk sebuah jam tangan
digital. Sayapun kembali menawar harganya. Alhamdulillah, saya diperolehkan membawa
jam tangan digital itu untuk di setting kan sekalian. Kemudian penjual jam
tangan wanita itu mencari temannya untuk men-setting-kan jam tangan digital
yang akan saya beli. Saat ia bersemangat jam tangan digitalnya akan saya beli,
saya secara tiba-tiba memutuskan untuk tidak jadi membeli jam tangannya karena
alasan ekonomis dan kegunaannya. Saya sedikit takut nanti kalau saya beli orang
tua tidak setuju karena harganya terlalu mahal. Saya sangat menyesal dan
kecewa. Namun saya tetap berpositif thinking mungkin bukan waktunya saya untuk
membeli jam tangan digital. Saya lantas pergi dari jajakan dagangan wanita itu.
Saya lalu melanjutkan berkeliling melihat-lihat barang-barang lain yang
dijual di distro itu. Saya berjalan menuju tempat penjualan celana panjang,
kaos kaki dan sepatu. Saya lihat celana panjang, namun menurut saya tidak ada
cocok ukurannya untuk saya. Saya mau membeli kaos kaki tetapi saya tiba-tiba
teringat bahwa saya masih punya kaos kaki di rumah. Saya lalu memutuskan untuk
membeli sepatu. Lalu saya melihat-lihat barangnya. Sepatunya unik, bagus, dan
bervariasi bentuknya. Akupun sampai bingung mau memilih sepatu yang mana.
Rencananya aku juga mau memberi barang itu (sepam) untuk adik-adikku di rumah
saat aku sudah memilih ternyata ukurannya kekecilan untukku. Jadi tidak ada
yang pas ukurannya dengan kakiku. Lalu saya mencari dulu sepatu yang untuk saya
pribadi. Untuk yang dibuat oleh-oleh nanti mencarinya belakangan. Setelah cukup
lama melihat-lihat sepatu yang dijajakan, saya jatuh ati pada sepatu yang
berwarna hitam cerah. Saya tidak tahu sepatu itu apa merk-nya. Nampaknya
sepatu-sepatu yang dijual tidak ber-merk atau mungkin itu barang dalam negri.
Tanpa pikir panjang, saya langsung bertanya pada karyawan distro (toko) itu, berapa harganya. Ternyata harganya
sangat mahal, bahkan tiga kali lipat lebih dari harga kaos-kaos yang saya beli.
Saya barusaha menawarnya. Namun harganya sudah pasti dan mati. Sepatu itu tidak
boleh saya lagi ditawar harganya. Saya lalu memutuskan untuk tidak jadi membeli
sepatu itu. Saya lantas berjalan meninggalkan tempat sepatu itu. Sebenarnya
saya sangat kecewa. Namun saya ingat kembali pesan teman saya, Ageng Prasasti
(VIII D) yang mengatakan bahwa di Cibaduyut banyak sepatu yang murah namun cepat
rusak. Dia juga menambahkan bahwa walaupun sepatu-sepatu di Cibaduyut
bagus-bagus, tapi tidak tahan lama dipakai. Setelah mengingat pesan itu, aku
jadi tidak galau lagi dech.
Keberuntungan yang Tak Terduga
Lantas aku segera keluar dari distro (toko) itu. Aku keluar menuruni
tangga yang kulewati saat masuk distro (toko) itu. Aku turun dengan hati-hati
karena tangganya sedikit licin. Setelah sampai dibawah aku meneruskan wisata
belanja ini. Dari kejauhan aku melihat siswa-siswi SMP N 1 Pengasih banyak yang
sedang membeli oleh-oleh berupa makanan khas kota Bandung. Disana juga ada guru
kami Bu Siwi, Bu Wahzanati, dan Bu Rini. Aku melihat-lihat sekilas makanan
makanan khas kota Bandung. Di sana banyak sekali makanan khas yang dijual. Ada
dodol, pisang selai, kue mocci, peyem, jenang, dan lain-lain. Dodol yang dijual
beraneka ragam dan bervariasi. Ada dodol kacang merah, dodol susu, dan dodol
ketan. Jenangnya juga beragam ada jenang garut dan jenang manis. Di sana
guru-guru kami banyak membeli oleh-oleh tak terkecuali Bu Wahzanati. Ternyata
Bu Wahzanati sedang membeli selai pisang. Saya pun langsung bertanya apakah
selai pisang itu enak atau tidak. Ternyata Bu Wazanati menjawab enak dan Bu
Wahzanati membeli pisang selainya sampai tiga bungkus. Aku terbuat heran dan
penasaran untuk membeli selai pisang itu. Setelah bertanya kepada Bu Wahzanati,
saya lalu memilih-milih selai pisang unutuk saya beli. Tiba-tiba, Bu wahzanati
memanggil nama saya dan beliau langsung memberikan sesuatu di tangan saya sambil
tersenyum. Saya langsung membuka tangan saya dan ternyata isinya adalah
sejumlah uang. Sayapun langsung berterima kasih dan Bu Wahzanati membalas
sambil berpesan agar uangmu dibelikan oleh-oleh untuk keluargaku. Terima kasih Bu
Wahzanati, ibu baik dech! Saya lalu membungkus beberapa makanan khas kota
Bandung, ada dodol dengan berbagai rasa dan juga tidak ketinggal saya
membungkus jenang khas Bandung. Setelah ini saya menuju kasir untuk membayar.
Ternyata harga semua barang yang telah saya bungkus sama dengan sejumlah uang
yang diberikan Bu Wahzanati. Saya senang menjalankan amanah Bu Wahzanati dengan
sangat sempurna. Setelah selesai membeli dan membayar harga oleh-oleh, saya pun
langsung meninggalkan lapak penjual oleh-oleh itu. Saya memutuskan untuk
berjalan menuju bus untuk menaruh semua barang-barang yang sudah saya beli di
bus karena saya rasa sudah terlalu berat untuk saya bawa.
Saya berjalan menuju bus dengan tergesa-gesa karena waktu yang diberikan
untuk berbelanja sudah hampir habis padahal saya belum membeli oleh-oleh yang
dipesan adik saya yaitu boneka. Saya berjalan menuju bus kurang lebih dua menit
dengan jarak antara 100-130 meter. Setelah sampai di luar bus, saya segera
mencari pintu masuk. Saya menemukan pintu masuk depan, namun karena pintu masuk
depan sulit di buka, akhirnya saya memasuki bus dengan membawa barang belanjaan
saya melalui pintu masuk belakang. Di dalam bus, saya lalu menaruh semua barang
yang sudah saya beli di atas kursi saya. Saya pun menatanya agar terlihat rapi
dan nyaman nanti jika kursinya saya gunakan untuk duduk. Saat saya menata
barang belanjaan saya, saya tidak menyadari bahwa dalam bus tepatnya kursi
depan nomor dua ada teman saya dari kelas VIII C, yaitu Muhammad Ilyas yang sedang
sakit. Secara tiba-tiba ,dia memanggil nama saya. Saya pun terkejut dan
langsung mencari suara itu, kalau-kalau ada membutuhkan bantuan saya. Setelah
saya tahu bahwa yang memanggil saya adalah Muh. Ilyas cs, saya langsung
menghampirinya. Ternyata benar dia membutuhkan bantuan saya. Dia meminta saya
untuk membelikan minuman hangat (teh manis hangat disebelah timur Pasar Cibaduyut.
Tanpa pikir panjang saya memenuhi permintaannya, itung-itung sebagai sarana
untuk mencari amal/pahala. Diapun memberikan sejumlah uang untuk membeli teh
manis hangat itu. Saya lalu pergi ke sebelah timur Pasar Cibaduyut. Saya
berjalan sambil sekali-kali berlari agar menghemat waktu dan Muh. Ilyas (VIII
C) agar tidak terlalu lama dia menunggu saya.
Mengingat bahwa Ilyas sejak tadi pagi sakit (tidak enak badan) karena
mabok perjalanan saat bus berjalan menuju taman Impian jaya Ancol. Tentunya dia
membutuhkan minuman hangat untuk menghangatkan badannya dan dinginnya malam di
Cibaduyut. Saat saya berjalan dengan langkah kecil-kecil di tengah halaman
pasar Cibaduyut, saya bertemu dengan teman sekelas saya. Mereka adalah Risky F
(VIII D) dan Afin D (VIII D). Mereka sedang duduk sambil jongkok di tengah
lapangan. Saya tidak tahu, mereka sedang menunggu siapa. Saat saya lewat did
epan mereka, mereka sedang asyik bercakap-cakap dan terlihat di samping mereka
terdapat semacam oleh-oleh yang dibungkus koran dan dimasukkan ke dalam wadah
yang berlubang seperti tempat ayam. Menurut saya itu unik. Saya pun bertanya
kepada mereka, oleh-oleh apa yang mereka beli. Mereka menajwab bahwa oleh-olh yang
mereka beli adalah “peyem”. Lalu saya bertanya apa itu peyem? Ternyata peyem
adalah sejenis tape, tetapi bukan tape. Pada umumnya keduanya memiliki
perbedaan yang cukup mencolok. Kalau tapi biasanya berwarna putih dabn berair
serta lunak. Beda dengan peyem, peyem lebih kering, tidak keras dan juga tidak
lunak namun warnanya kuning alami. Peyem rasanya juga lebih manis daripada tape. Pasalnya tape itu berair,
bahkan ada yang agak kecut, sepet, atau pahit karena kebanyakan ragi. Dengan
alasan itu akupun berniat akan akan memberli peyem setelah membelikan Muh.
Ilyas the manis hangat. Karena saya tidak tahu tempat orang yang men jual
peyem, saya bertanya kepada Ann D (VIII D). Dan Afin menjawab bahwa tempat
penjual peyem itu ada disamping tempat saya membeli oleh-oleh bersam Bu
Wahzanati tadi. Setelah kurang lebih 30 detik, saya berbincang-bincang dengan
mereka, saya kemudian meneruskan langkah saya. Saya berjalan sambil melihat
kanan kiri supaya saya bisa menemukan warung yang menjual minuman hangat.
Dari kejauhan saya melihat beberapa teman saya membeli seplastik minuman.
Kemudian saya menghampiri mereka, saya lalu menyapa mereka dan langsung menuju
warung yang mereka tinggalkan. Setelah sampai di warung itu, saya bertanya
kepada penjualnya, apakah di warung ibu ada minuman hangat? Ya, ibu penjual
minuman itu menjawab ada. Lalu saya memesan satu gelas teh manis hangat yang
dibungkus plastik. Setelah mendengar ada pesan saya, ibu itu lalu beranjak
membuat the manis hangat. Sambil menunggu saya melihat-lihat keadaan sekitar
warug ibu tadi. Ternyata disekitar ibu berjualan minuman hangat itu, ada
fasilitas kamar mandi umum. Dan tanpa sengaja saya melihat beberapa teman saya
duduk-duduk di samping kamar mandi umum itu. Fasilitas di Cibaduyut ternyata
lengkap-lengkap juga. Setelah teh manis yang dibuat oleh penjual wanita
tersebut jadi, saya langsung membayar.
Ternyata uang yang dititipkan Muh Ilyas (VIII C) ada kembaliannya.
Setelah ibu itu memberikan uang kembalian itu saya lalu berterima kasih
kepadanya dan langsung beranjak pergi meninggalkan warung minuman ibu tadi.
Saya berjalan cukup santai karena khawatir kalau nanti minuman hangat yang saya
bawa itu pecah. Apalagi itu bukan minuman saya, bisa-bisa saya dimarahi Ilyas.
Saat saya sadar bahwa saya masih punya rencana untuk membeli peyem saya pun
mempercepat langkah saya. Saya berjalan kurang lebih dua menit jika dihitung
dari warung penjual minuman tadi menuju tempat bus kami parkir. Setelah saya
sampai di bus, saya lalu masuk bus dan langsung memberikan minuman plastik
pesanan Ilyas kepadanya. Tak lupa juga saya menyerahkan uang kembaliannya
kepadanya. Setelah Ilyas mengucapkan terima kasih kepada saya lantas saya
menjawabnya. Lalu saya dengan agak tergesa-gesa, berlari-lari kecil menuju
tempat saya membeli oleh-oleh tadi. Karena saya berlari, otomatis saya cepat
sampai di tempat penjual oleh-oleh tadi. Sampai disana, saya langsung memesan
satu kilo peyem dan harganya tidak mahal. Kurang dari Rp. 10.000,00. tidak
mahal khan? Penjualnya malah menjawab pesanan saya dengan kata “iya, peyemnya
baru dibuatkan”.
Mendengar jawaban penjualnya saya sedikit heran, karena saya
melihat-lihat apa yang dilakukan semua karyawan penjual oleh-oleh itu tidak ada
satupun dari mereka yang melakukan packing peyem. Ternyata yang membeli peyem
itu tidak hanya saya sendiri, sehingga kita saling berteriak memesan peyem.
Secara tiba-tiba seorang penjual oleh-oleh tadi, berbicara bahwa penjul
peyemnya tidak ada ditokonya tetapi berada di samping tokonya. Beliau berbicara
sambil menunjukkan arah dimana penjual peyem itu berada. Lantas beberapa dari
kami langsung kecewa dan berteriak sebagai tanda penyesalan karena penjualnya
tidak berterus terang sejak awal bahwa penjualnya berada di samping tokonya.
Beberapa dari kami lalu beranjak menuju tempat penjual peyem tersebut. Jaraknya
tidak terlalu jauh hanya sekitar 50 meter.
Setelah sampai di tempat penjual peyem kami siswa-siswi SMP N 1 Pengasih
yang antri membeli peyem saling berteriak memesan peyem. Ada yang memesan satu
kilogram, dua kilogram, dan bahkan ada yang memesan empat kilogram. Apa tidak
berat tuh? Ya, memang pada awalnya saya hanya memesan satu kilogram, namun pada
akhirnya sama memutuskan untuk membeli peyem seberat dua kilogram dengan alasan
agar penjualnya cepat dalam memberikan uang kembaliannya kepada kami. Saya pun
terus antri dan berteriak memesan peyem seberat dua kilogram. Akhirnya, setelah
saya menunggu kurang lebih 5 menit, kini giliran saya untuk membawa peyem
pulang. Setelah peyem berada di tangan saya tidak lupa membayar dengan harga
yang telah ditentukan. Setelah saya mendapatkan peyem yang akan saya bawa
pulang sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah, saya pun langsung pergi. Saya
pun pergi, namun setelah melihat di samping penjual peyem itu ada seorang
penjual buah strawberry, saya pun tertarik untuk membelinya. Dan saya kembali
mengunjungi toko itu. Setelah sampai disana, penjual buah itu menawarkan
dagangannya. Dia menawari saya buah strawberry dan buah kelengkeng. Saya pun
memilih membeli buah kelengkeng. Saya juga tidak salah pilih. Saya memilih buah
strawberry yang sudah bersih, besar-besar, dan kelihatan masih segar. Saya lalu
bertanya soal harganya.
Harganya sedikit mahal untuk saya karena itu saya menawarnya. Ditengah
cara transaksi kami, penjual buah itu bertanya kepada saya, saya ringking
berapa di kelas. Saya lantas menjawab ringking satu. Setelah mendengar saya
ringking satu, penjual buah itu akhirnya lunak juga hatinya untuk mengurangi
harganya. Setelah kami sepakat tentang harganya, saya lalu membawa barangnya,
dan tak lupa sebelum beranjak pergi saya membayar dulu. Setelah ini saya
langsung pergi. Saat saya berjalan dengan santai, tiba-tiba terdengar suara Pak
Prapto yang menginformasikan bahwa bus kami akan segera meluncur pulang. Maka
dri itu, semua siswa SMP N 1 Pengasih yang sedang berada di luar bus terutama
yang sedang berbelanja diharap segera menuju bus masing-masing. Mendengar
informai itu, saya terus berlari-lari takut nanti tertinggal bus. Beban
belanjaan yang ada di kanan dan kiri tangan saya mencapai 2 kg lebih tidak saya
hiraukan. Dalam pikiran saya hanya berlari cepat secepat mungkin dan cepat
sampai dibus agar tidak tertinggal bus. Saya pun terus berlari sampai capek dan
berkeringat karena jaraknya memang cukup jauh kurang lebih 1 km. setelah kurang
lebih 4 menit saya berlari, alhamdulillah akhirnya sampai juga saya di depan
bus rombongan saya.
Alhamdulillah ternyata bus 3 SMP N 1 Pengasih, bus rombongan saya belum
berangkat. Setelah itu saya langsung memasuki bus lewat pintu masuk depan. Setelah
berada di dalam bus, saya pun langsung mencari kursi milik saya. Setelah berada
di dalam kursi, saya lalu rebahan di atas kursi itu sambil meletakkan dan
menata semua barang-barang yang sudah saya beli. Setelah selesai menata, saya melihat
sekeliling kursi yang ada di dalam bus. Ternyata belum semua kursi terisi teman
saya berarti hanya saya yang ada di dalam bus ditemani beberapa teman saya dari
kelas lain. Melihat itu, pikiran saya acuh tak acuh, yang penting saya sudah
berada di dalam bus dan tidak tertinggal di Cibaduyut. Tetapi setelah menunggu
kurang lebih 5 menit, keadaan bus masih sama, yaitu sepi. Saya pun menyesalkan
informasi yang Pak Prapto sampaikan tidak 100% benar. Nyatanya bus belum juga
berangkat. Dengan pertimbangan itulah, saya memberanikan diri untuk keluar dan
melanjutkan wisata belanja saya. Setelah berada di luar bus, saya melihat ada sekelompok
deretan penjual boneka. Tiba-tiba sayapun teringat akan janji saya kepada adik
saya untuk membelikannya boneka yang bagus. Tanpa pikir panjang saya langsung
berjalan ke arah penjual boneka yang letaknya paling ujung. Di situ saya
langsung memilih-milih boneka yang bagus.
Ada dua pertimbangan saya dalam memilih boneka untuk adik saya tersayang.
Yang pertama, boneka itu harus ada nilai edukatif-nya dan yang kedua, agar
boneka itu berwarna sehingga dapat membuatnya senang. Atas dasar itu, saya
memutuskan untuk membeli boneka panda yang menggendong anaknya dengan dominasi warna
putih dan pink. Saya kemudian menanyakan harga boneka panda itu. Walaupun
bentuknya sedang, ternyata harganya juga sedikit mahal. Mungkin karena bahan
yang digunakan untuk membuat boneka itu cukup berkualitas. Saya pun berusaha
menawar harganya. Namun sayangnya penjual boneka itu tetap pada pendiriannya
bahwa harganya sudah “pas” tidak boleh ditawar. Saya lalu berpikir sejenak.
Dalam pikiran saya, janji harus diutamakan uang tidak menjadi penghalang.
Setelah itu, saya lalu menyetujui harganya. Saya meminta penjualnya untuk
membungkus boneka panda itu agar terlihat rapi dan tidak kotor karena bahan
lapisan luarnya mudah terkena debu dan kusam. Setelah saya membayar, saya
berjalan menuju bus. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya berkisar antara 5-6
meter. Sampai di bus, saya langsung naik dan mencari tempat duduk saya. Saya mulai
melepas kepenatan sambil rebahan di atas kursi setelah seharian tadi kita
melakukan wisata belajar dengan meng-observasi obyek wisata.
Karena bosan, saya lalu mengaktifkan Hp. Saya bisa Facebook-an untuk
melepas kejenuhan sambil menunggu bus berjalan meluncur pulang, kami satu bus
banyak bercerita tentang pengalaman berbelanja kami di Cibaduyut. Ada yang berbelanja
kaos yang seragam, boneka-boneka unik, dan lainnya. Semuanya senang dengan
bercanda ria. Tapi saya jadi tidak enak hati karena ada beberapa orang dari
kami yang tidak berbelanja dengan alasan lagi sakit jadi, kondisinya tidak fit
untuk berbelanja di luar. Apalagi udara malam di Cibaduyut saat itu terbilang
cukup dingin. Ya, semoga mereka cepat sembuh, amien! Kalau untuk saya pribadi,
dinginnya udara malam di Cibaduyut itu tidak terasa karena tertutup oleh rasa
senang saya dalam menikmati wisata belanja malam di sana. Apalagi di sana
harganya murah-murah, bisa ditawar lagi. Kesan saya yang paling mendalam adalah
pada saat saya bertransaksi barang dengan penjual-penjual di sana. Rata-rata
penjualnya adalah orang sunda asli. Ya, otomatis saya harus berusaha belajar
sambil mempraktekkan bahasa sunda secara langsung. Ternyata saya bisa belajar
walaupun sedikit demi sedikit. Kesan yang lain, adalah para penjual di sana
ramah tamah dan juga jujur. Buktinya sewaktu saya membeli barang, penjualnya
melayani saya dengan baik. Juga saat ada pembeli yang mau menge-chash Hp-nya di
toko panjualnya, penjualnya mengingatkan agar nanti jangan sampai lupa untuk mengambilnya.
Bukan malah mau mengambil Hp pembelinya.
Selamat Tinggal Cibaduyut
Setelah kurang lebih 15 menit kami menunggu, akhirnya crew bus dan para
guru pendamping bus kami mulai memasuki bus. Setelah peserta cheking dan semua
sudah lengkap, bus mulai berjalan meninggalkan Cibaduyut. Bus berjalan ke arah
selatan dengan tujuan RM “Sukahati”. Bus berangkat dari Cibaduyut pukul 22.50 WIB.
Pemandangan malam nampaknya tidak terlalu asyik karena dibarengi oleh dinginnya
udara pada saat itu walaupun sudah semua AC ditutup.
Memandangi luar bus lewat jendela bus pun ku akhiri, saya lalu mencari
hiburan lain di dalam bus. Sampai aku teringat bahwa aku masih mempunyai snack
dan minumam bersoda. Mungkin kalau saya makan badan bisa tambah hangat dan bisa
membangkitkan “mud” saya. Saya lantas membuka snack itu dulu. Saya memakan
sebagian isinya. Saya lantas memintakan teman saya untuk membukakan tutup botol
“Sprite” saya. Ternyata dia bisa, walaupun itu tidak menggunakan alat
pencongkel (pembuka) tutup botol. Lantas saya meminumnya dengan cara
menggunakan sedotan. Saya minum beberapa tegukan, namun badan rasanya sudah
mulai segar. Saya mulai aktif lagi. Sambil makan dan minum, saya melihat-lihat
indahnya malam Kota Bandung. Dingin tak terasa lagi. Saya lalu mendengarkan
music player dari Hp saya. Semuanya gembira, tak terlihat seorang pun yang
murung. Mungkin karena sudah puas berbelanja. Perjalanan ini seperti lama,
namun ternyata sebentar. Hanya sekitar dua jam, maka pada pukul 23.15 WIB, kami
sampai di Rumah Makan Sukahati. Kami kemudian turun untuk makan malam. Kami
masuk dan tanpa penjelasan dari pihak bus, kami disuruh memasuki lorong menuju
ruang makan untuk siswa. Ternyata ruang makan untuk para siswa itu letaknya berada
di belakang lorong para penjual. Ya, di dalam
lorong itu kami dapat menjumpai para pedagang yang menjual barang-barang
oleh-oleh, seperti ada kaos, boneka, jaket, dan aksesoris lainnya. Pada saat
saya melewati seorang pedagang laki-laki, dia menawari saya dua buah boneka
kecil “shaun the sheep” dengan harga yang sangat terjangkau. Saya juga melihat,
dia tidak hanya menjajakan boneka saja tetapi banyak aksesoris. Saya ingin juga
meng-oleh-olehkan adik saya boneka itu karena adik saya memang suka film “shaun
the sheep”.
Karena tak bawa uang, sayapun lalu menunda keinginan saya itu. Saya
berencana membeli boneka itu setelah makan malam. Saya lalu mengikuti langkah
teman-teman yang terus menyusuri lorong itu. Sampai di ujung lorong, saya
menemukan rumah yang ada ruang makannya dan lengkap dengan kamar mandi. Namun,
letak kamar mandi itu ada di luar ruang makan sebelah kiri rumah makan. Karena
saya merasa kurang nyaman sebelum buang air kecil, maka saya memutuskan untuk
menuju kamar mandi terlebih dahulu. Setelah selesai buang hajat, saya lalu memasuki
ruang makan dan mulai mengambil piring untuk makan. Semua dilayani petugas
rumah makan, mulai dari mengambil sayur, mengambil tempe, dan mengambil daging.
Namun, saya merasa tidak nyaman kalau harus dilayani terus seperti itu. Saya
lalu mengambil kerupuk dan secangkir teh manis hangat. Beranjak dari meja
tempat mengambil makanan saya menuju meja makan. Saya memilih tempat yang
banyak teman-teman saya. Saya memilih tempat makan di sebelah barat. Tanpa
berbosa-basi lagi, perut mulai meminta makanan alias perut keroncongan. Saya
lalu berdo’a dan menyantap makanan dengan santai. Semua saya nikmati dengan
penuh rasa. Setelah saya makan, saya lalu mengikuti teman-teman yang mau sholat
Maghrib dan Isya yang di jama’ qasar. Tiba lagi saat saya melewati lorong itu.
Saya kembali menemukan hal yang menarik bagi saya. Saya tertarik melihat
kaos-kaos yang bergambar Kota Bandung. Namun, saya tetap menimbang-nimbang lagi
apakah saya butuh kaos itu. Saya rasa kaos yang sudah saya beli sudah cukup
banyak bagi saya. Sehingga saya tidak jadi membeli kaos itu. Saya juga tidak
jadi membeli boneka “shaun the sheep” karena saat tawar harganya, penjualnya
tidak memperbolehkan. Jadi, saya juga tidak jadi membeli boneka itu.
Sebenarnya saya menyesal tidak jadi membelikan boneka itu untuk adik
saya. Namun apa dikata, saya sudah memutuskan untuk membelinya. Dengan rasa
galau, saya meninggalkan pedagang aksesoris itu. Lorong kembali saya telusuri
sampai ujung. Sampai di ujung, kami menemukan pintu keluar. Lantas saya
berusaha mencari masjid. Pada waktu itu, saya berjalan berkelompok dengan
teman-teman saya. Secara tiba-tiba, kami dihadang beberapa orang pedagang. Ada
pedagang syal, boneka, dan makanan serta baju dan kaos. Saya sendiri secara
langsung dihadang oleh seorang kakek-kakek yang berjualan syal. Saat ditawari
syal, sebenarnya saya mau membelinya, supaya kalau nanti saya pakai, saya bisa
terlihat keren dan modis. Saya jadi mengurungkan niat saya dan saya menolak
untuk membeli syal itu karena ternyata kebanyakkan syalnya itu bertuliskan
suporter sepak bola. Ada Viking, Jack mania, dan lainnya. Saya tidak jadi
membeli syal-syal itu karena takut nanti kalau bisa menimbulkan perpecahan
karena sekarang ini banyak suporter bola yang suka bentrok. Saya menolak
membeli syal itu kepada kakek itu dengan alasan bahwa saya bukan jack mania
ataupun viking. Lantas saya langsung meninggalkan kakek itu.
Saat saya mau berjalan ke bus untuk menaruh jacket, tiba-tiba di depan
saya adas seorang bapak-bapak yang berjualan jenang dodol. Dia menawari saya
jenang dodol itu. Namun karena saya merasa sudah pernah merasakan dan memakannya.
Saya jadi kurang begitu menyukainya. Tapi saya tetap ingin membelinya sebagai
tambahan oleh-oleh untuk keluarga di rumah walaupun kemarin pada saat adikku
piknik, dia juga sudah membeli oleh-oleh seperti itu di Jogja. Langsung saya
bertanya harganya. Saat saya dengar harganya sama di Jogja, saya pun lalu
menawarnya. Karena penjualnya berkeras dengan harganya, saya jadi ilfeel dan
saya tidak jadi membeli. Saya pun meninggalkan bapak-bapak itu. Saat saya mau
kembali memasuki bus, saya kembali dihadang oleh seorang penjual boneka.
Penjual boneka itupun langsung menyodorkan dagangannya dan langsung menawari
saya.
Dia menawarkan dagangannya sambil promosi ria. Dia mengatakan bahwa
bonekanya bagus, halus, chiby-chiby dan harganya kalau kita membeli di supermarket
bisa 1,5 kali lipat lebih mahal. Memang, saya lihat boneka itu sedang, unik
bentuknya, dan halus bulu-bulunya. Saya tertarik untuk membeli. Kemudian saya
mengambil uang di dalam bus. Saat uang sudah berada di tangan saya langsung
turun ke luar bus. Seketika itu, penjual boneka tadi berada di depan pintu bus.
Saya langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk menawar harganya karena pada
saat itu banyak siswa yang mau naik turun bus untuk mengambil sesuatu di dalam
bus. Karena merasa tergesa-gesa, akhirnya penjual itu memperbolehkan boneka
dagangannya saya beli dengan harga yang jauh lebih murah daripada harga yang
tadi ditawarkan. Terima kasih penjual boneka. Setelah mendapatkan boneka itu
saya kembali ke dalam bus untuk meletakkan boneka itu di kursi saya. Tiba-tiba,
aku teringat sesuatu saat Pak Khusnul menjemput kami. Oh … iya, tujuan kami
setelah makan malam adalah sholat jama’ qashar di Masjid RM Sukahati. Dengan
segera kamipun turun dari bus dan berjalan menuju masjid itu.
Pusing yang Mendera
Jarak masjid itu dengan bus kami tidak terlalu jauh, hanya sekitar 50
meter. Jalan yang saya tempuh sudah bagus. Jalanannya sudah dicorblock. Tiba di
depan masjid itu saya langsung terbelalah. Soalnya di depan masjid itu ada
beberapa orang pedagang jacket yang menjajakan dagangannya dengan beralaskan
tikar. Saya sebetulnya ingin sekali membeli jacket itu. Saya lihat jacket-nya
bagus dan halus. Saya tidak jadi membeli karena uang saya tertinggal di dalam
bus. Saya pun mengurungkan niatan saya untuk membeli jacket itu. Melihat banyak
teman yang sudah mulai berwudhu, saya pun langsung segera mengikuti mereka,
takut tertinggal. Saya lantas memasuki tempat wudhu untuk berwudhu. Fasilitas
di tempat itu sudah cukup lengkap. Di sana ada kamar mandi, WC, kaca untuk
berkaca, dan lantai tempat wudhunya bersih. Pokoknya nyaman di sana. Setelah
berwudhu saya mulai memasuki areal masjid. Ternyata di dalam sana sudah ada
beberapa teman saya yang sedang menunaikan sholat. Saya pikir shalat yang
mereka lakukan adalah shalat subuh, sehingga saya berniat shalat subuh dan
langsung mengikuti mereka. Pada saat berdiri, saya merasa seluruh bangunan
masjid itu bergerak. Saya pusing dan bingung. Rasanya saya berputar-putar sendiri.
Setelah shalat, saya baru sadar bahwa shalat yang harus kita kerjakan adalah
shalat jama’ qhasar maghrib dan isya’.
Ternyata saya salah. Saya jadi bingung. Untung saja ada rombongan Pak
Didit yang akan melakukan sholat jama’ qasar magrib dan isya’, tanpa ragu saya
lalu mengikuti mereka menjadi makmum. Saat saya berdiri dan sujud, saya kembali
merasa pusing. Sholat yang saya lakukan jadi tidak khusuk. Sambil sholat saya
mencari sebab asal saya pusing. Mungkin karena bangunan masjid yang menurut
saya menghadap ke arah timur atau juga karena saya kurang tidur. Setelah
selesai sholat, saya berdo’a agar saya diberi kesembuhan dari pusing ini oleh
Allah dan semoga kita sampai di SMP N 1 Pengasih dengan selamat. Amien!!!
Setelah selesai sholat, saya kemudian meninggalkan masjid itu dan berjalan
menuju bus kami. Sampai di bus, saya langsung tiduran di atas kursi dan
berharap semoga rasa pusing saya cepat hilang. Saya dan rombongan juga merasa
capek. Kami menunggu crew bus selama 15 menit. Setelah semua crew bus memasuki
bus, kami langsung meluncur menuju SMP N 1 Pengasih. Kami berangkat pada pukul
23.55 WIB.
Saat bus kami berjalan, saya kembali menata semua barang yang telah saya
beli. Saya menata mereka dengan tujuan agar posisi duduk saya nyaman. Pada saat
itu “Sprite” saya belum habis, maka saya menatanya di tempat paling atas dan
bersandarkan kursi teman saya, Jody Prasetya (VIII A). Setelah itu saya mencari
posisi yang nyaman untuk saya tidur-tiduran dan mendengarkan musik. Saya
kemudian menghidupkan Hp saya dan langsung memutar music player dalam Hp saya.
Saya memutar lagu yang menurut saya bagus untuk didengar dan bagus untuk
mengantar saya tidur. Lama-lama saya terlalu asyik mendengarkan lagu. Saat saya
mulai bosan akupun meletakkan Hp ku di samping jendela bus dan sekaligus
mematikan music player-nya. Saat aku mulai ngantuk, tiba-tiba ada seorang teman
yang meminta izin meminjam Hp saya. Sayapun memperbolehkannya. Lama-kelamaan
saya tertidur pulas. Sebelum tertidur, saya masih sempat melihat jam, ternyata
jam sudah menunjukkan pukul 01.15 WIB. Saya sudah ngantuk sekali. Mungkin
karena saya sudah terlalu capek. Akhirnya, rasa capekpun membawa saya ke alam
mimpi.
Perjalanan ke Gombong
Bus terus melaju tanpa saya sadari. Saya baru sadar saat saya bangun pada
pukul 04.15 WIB. Saat saya bangun, tiba-tiba bus berhenti di depan sebuah SPBU,
saya tidak tahu SPBU mana itu karena tidak menemukan petunjuk jalan dan tempat
disitu. SPBU itu sendiri belum ada petugasnya. Selesai melihat-lihat keadaan
luar, tiba-tiba terdengar suara Pak Ngudi yang menginstruksikan kita supaya
turun menuju mushola. Sayapun segera turun dan mengikuti langkah Pak Ngudi.
Ternyata kita dibawa ke sebuah mushola yang jaraknya tidak terlalu jauh dari
bus kami. Hanya sekitar 200 meter. Sampai di mushola itu saya dan teman-teman
langsung duduk di serambi mushola. Kami duduk di sana sambil mengucek-ucek mata
karena masih ngantuk. Apalagi kita tidurnya kurang dari 4 jam. Setelah 5 menit
kami duduk-duduk, tiba-tiba ada seorang pengurus mushola itu yang memberi
informasi bahwa ternyata belum masuk waktu sholat subuh. Mendengar informasi
itu, hati saya menjadi tergugah untuk menunaikan sholat tahajud. Saya pun
segera mengambil air wudhu dan langsung berwudhu. Selesai berwudhu, saya lalu
memasuki mushola itu. Saya langsung menunaikan sholat tahajud. Dalam sholat,
saya masih sempat pusing dan merasa bahwa mushola itu berputar-putar. Maka dari
itu, saat saya melakukan gerakan sujud, saya sempatkan untuk membaca do’a agar
disembuhkan dari penyakit “pusing” ini. Setelah selesai sholat sayapun
duduk-dudk di dalam masjid sambil menunggu adzan subuh. Setelah kurang lebih 5
menit kami menunggu, akhirnya datanglah seorang pengurus masjid yang langsung
berada di barisan depan dan mulai adzan. Pada saat beliau adzan, saya sedikit
tertawa geli karena mendengar suara logat adzan muadzin tersebut. Saya sedikit
merasa asing dengan logat itu, namun pada dasarnya lafal adzan yang dibacakan
sama. Maka dari itu, saya tetap berusaha menyesuaikan diri. Setelah muadzin
tadi ber-adzan, para siswa dan guru serta masyarakatpun langsung berdatangan
menuju mushola itu. Namun karena musholanya terbilang kecil, orang yang mau
sholat subuh harus bergantian dan berkloter-kloter seperti orang yang mau
ibadah haji.
Alhamdulillah saya berada di kloter pertama, jadi saya langsung bisa
sholat subuh berjamaah. Setelah selesai sholat subuh berjamaah, saya lalu
keluar mushola itu untuk segera memakai sepatu mengingat masih banyak orang
yang belum menunaikan sholat subuh. Sambil memakai sepatu saya
berbincang-bincang dengan teman saya. Saya dan teman saya membicarakan tentang
toilet yang ada di hadapan kami tetapi toilet itu bukan bagian bangunan dan
mushola itu. Saat saya tanya teman saya tentang jasa penggunaan toilet itu, saya
terkejut mendengar jawabannya. Ternyata, toilet itu digunakan tidak untuk
cuma-cuma alias kita harus membayar kepada penjaga toilet itu setelah kita
menggunakan toilet itu. Saya jadi mengurungkan niat saya untuk buang air kecil
di toilet itu karena sebenarnya pada saat itu saya ingin buang air kecil. Saya
kemudian berjalan menuju bus bersama teman-teman dan Pak Khusnul. Saya tidak
tahu apa tujuan Pak Khusnul berjalan menuju bus 3. Setahu saya, Pak Khusnul
bukan bagian crew bus 3 maupun guru pembimbing kami. Saya baru tahu tujuan Pak
Khusnul menuju bus 3 saat Pak Khusnul membangunkan para siswa SMP N 1 Pengasih
yang belum sholat subuh. Ternyata masih banyak teman-teman saya yang masih
terlelap tidur. Kemudian Pak Khusnul membangunkan mereka dengan paksa. Sayapun
setuju dengan tindakan Pak Khusnul yang bertujuan untuk mendidik itu.
Setelah mereka bangun, Pak Khusnul mengajak mereka ke mushola tadi untuk
menunaikan sholat subuh. Setelah kejadian itu, bus pun menjadi sepi. Karena
tadi saya belum jadi buang air kecil, saya pun mencari toilet. Mengingat di
tempat itu ada SPBU, pasti ada toiletnya. Kemudian saya berjalan menuju SPBU
itu. Saya terus mencari-cari toilet di SPBU itu, namun sialnya saya tidak
menemukannya. Sayapun kembali ke bus. Tanpa melihat-lihat keadaan bus itu saya
lagsung membuka pintunya. Namun, ternyata orang-orang yang ada di dalamnya
bukan teman-teman saya. Saya kemudian tersadar bahwa itu bukan bus saya.
Sayapun langsung keluar dan menutup kembali pintu bus itu. Betapa malunya saya
pada saat itu, kemudian saya mencari bus saya. Sebelum saya masuk bus, saya
terlebih dahulu menelitinya. Dan akhirnya saya menemukan bus saya. Ternyata bus
saya tidak jauh dari bus yang salah saya masuki tadi. Kedua bus itu parkir
bersebelahan. Sayapun kemudian masuk bus saya dan saya memutuskan untuk buang
air kecil di dalam kamar mandi bus. Setelah selesai buang air kecil saya duduk
di kursi saya sambil bersantai menunggu teman-teman saya yang sholat subuh
tadi. Tak berselang 15 menit, teman-teman saya yang dari mushola mulai
berdatangan. Setelah semua memasuki bus dan sudah lengkap, tak terkecuali crew
bus dan para guru pendamping kami, bus kamipun mulai meluncur menuju Gombong,
tempat terakhir kita untuk membeli oleh-oleh.
Kami berangkat pukul 04.20 WIB. Di perjalanan menuju Gombong aku banyak
tidur di dalam bus. Mungkin karena kelelahan dan rasa pusing yang mendera saya.
Saya tidak tahu jalan-jalan mana yang dilewati saat saya tidur. Saya baru
terbangun saat bus sedang berhenti di depan sebuah toko. Toko itu bernama
Gethuk Goreng “88” Pak Rodus. Toko itu menjual aneka makanan oleh-oleh dan
gethuk goreng. Bus kami berhenti disitu karena kami akan membeli oleh-oleh di
toko itu. Mendengar bahwa toko itu adalah toko tempat kita akan membeli
oleh-oleh di Gombong, saya langsung turun bus mengikuti teman-teman yang sudah
ada di depan. Kamipun memasuki toko itu dan segera memilih-milih makanan yang
dijajakan. Semua makanan dijajakan di atas rak kecuali untuk gethuk goreng.
Gethuk goreng dibungkus menggunakan besek dan diletakkan di atas meja kasir
yang luas. Sehingga saat pembeli mau membeli gethuk goreng bisa secara langsung
pesan di tempat kasir. Saya dan teman-teman lain serta para guru juga sibuk
memilih oleh-oleh. Saya sendiri tidak bermaksud membeli oleh-oleh dengan alasan
penghematan.
Saat saya sampai di rak yang ada dodol garutnya, saya menjadi ingin
membeli. Namun saya tidak jadi membeli dodol itu karena seorang guru, Bu Tin
mengatakan bahwa dodol itu tidak enak rasanya alias kecut karena dodol itu
berperasa nanas. Bu Tin juga menyarankan saya untuk membeli gethuk goreng.
Beliau mengatakan bahwa gethuk goreng rasanya lebih enak daripada dodol itu.
Sayapun tertarik untuk membeli gethuk goreng itu. Maka dari itu, saya
berjalan menuju kasir. Kebetulan disitu ada sepiring gethuk goreng yang khusus
untuk dicoba para pembeli sebelum mereka membelinya. Saya tidak melewatkan
kesempatan itu. Awalnya saya hanya mengambil satu potong gethuk goreng, dan
sayapun mencicipinya. Ternyata rasanya biasa saja, seperti gethuk yang digoreng
biasa. Dengan alasan itu, saya tidak jadi membeli gethuk gorengnya. Karena saya
tidak jadi membeli, saya jadi ingin mencicipi lagi gethuk goreng itu. Akhirnya
saya mengambil dua potong gethuk goreng lagi. Gethuk goreng itu saya nikmati
sambil berjalan menuju bus tanpa membeli oleh-oleh apapun. Saya lalu memasuki
bus dan duduk di kursi saya sambil menunggu teman-teman yang sedang membeli
oleh-oleh di toko itu. Kami menunggu mereka kurang lebih selama 25 menit.
Kemudian semuanya mulai memasuki bus masing-masing. Setelah semua lengkap, bus
kami berjalan pulang menuju SMP N 1 Pengasih.
Perjalanan Pulang
Bus mulai berjalan menuju SMP N 1 Pengasih pada pukul 09.00 WIB. Di dalam
bus, udara sudah terasa panas mungkin karena hari sudah mulai siang. Kemudian,
saya membuka lubang AC yang ada di atas kepala saya. Setelah saya membukanya, wah
udara terasa sejuk. Kemudian saya menikmati pemandangan yang tersaji di kanan
dan kiri jalan yang kami lewati. Ternyata jalur yang kami lewati itu berbeda
dari jalur kita berangkat. Saya tidak tahu jalan mana saja yang dilewati.
Pemandangan itu lama-lama membuat rasa kantukku bermain. Saya merasa tidak
tahan lagi menahan rasa kantuk saya. Akhirnya rasa kantuk itu mengantarkan saya
pada alam mimpi yang indah. Saya baru terbangun dari tidur saya saat saya
melewati sebuah jalan yang banyak debunya. Saya sungguh terkejut, kenapa
jalan-jalan itu tertutup debu yang cukup tebal. Bukan hanya badan jalan yang
tertutup debu namun juga pohon-pohon dan tumbuhan yang ada di kanan kiri jalan
itu.
Saya tidak tahu daerah mana itu. Saya baru tahu daerah yang saya lewati
pada saat bus sudah mulai memasuki kawasan Pantai Glagah. Saya mengetahui bahwa
kita sudah sampai Kecamatan Temon, berarti sebentar lagi kita akan sampai di
SMP N 1 Pengasih. Bus kemudian memasuki daerah Plumbon dan kemudian memasuki daerah
Wates. Kami juga melewati Alun-alun Wates dan perjalanan dilanjutkan menuju SMP
N 1 Pengasih. Tak berapa lama, bus kamipun sampai di SMP N 1 Pengasih.
Alhamdulillah, semua sampai di SMP N 1 Pengasih dengan selamat. Kemudian, kami
turun dari bus masing-masing sambil membawa barang-barang yang telah kami beli.
Kemudian kami melakukan ceking peserta. Setelah itu semua siswa diperbolehkan
pulang menuju rumah masing-masing. Alhamdulillah, karya wisata ini dapat sukses
dan lancar.
PENUTUP
Alhamdulillah, karya wisata ini dapat berjalan dengan lancar dan sukses.
Kesuksesan karya wisata ini tak luput dari kerjasama berbagai pihak. Maka dari
itu saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu.
Semoga Perjalanan Karya Wisata SMP N 1 Pengasih ini dapat menjadi sebuah
kenangan yang berharga dan sulit untuk dilupakan. Dan semoga menjadi kesan
tersendiri bagi kita semua.
Bagi saya sendiri, saya sangat merasa senang. Mungkin perjalanan karya
wisata ini bisa menjadi perjalanan saya yang pertama dan terakhir ke Jakarta.
Makanya saya sangat mengapresiasi kegiatan karya wisata ini. Bagi saya,
pengalaman ini adalah pengalaman yang berkesan sekali. Di perjalanan itu saya
seperti menemukan keluarga kedua setelah keluarga pertama yang ada di rumah. Di
perjalanan itu pula saya banyak menemukan motivasi hidup dan yang terpenting
dari itu semua adalah kebersamaan yang terjalin di antara kita. Rasanya saya
sangat ingin mengulangi momentum itu. Semua rasanya bagitu cepat. Namun saya
masih terus mengenang perjalanan itu.
Saran-saran yang saya berikan diantaranya :
1)
Semua peralatan yang akan digunakan karya wisata
sebaiknya dicek dulu supaya tidak ada gangguan dalam perjalanan.
2)
Sebaiknya saat perjalanan, rute-rute yang akan dilewati
dipastikan dulu supaya nanti tidak terjebak macet.
3)
Dalam perjalanan, sebaiknya semua perjalanan dipastikan
tepat waktu.
4)
Obyek-obyek wisata yang kurang bersih, sebaiknya
dibersihkan lagi.
5)
Sebaiknya, sarana dan prasarana MCK baik di dalam bus
maupun di obyek wisata pelayanannya lebih ditingkatkan.
Menurut saya, cukup sekian saran-saran yang saya berikan, semoga bisa
menjadi periksa dan pelayanannya dapat ditingkatkan. Harapan saya semoga karya
wisata yang akan datang lebih baik lagi. Aamiin!
No comments:
Post a Comment